BAGIAN 24 - KAPAN MAU NGLAMAR?

Começar do início
                                    

"Pusing mah." Adu Gendis. Mamah menempelkan punggung tangannya ke kening Gendis. Siapa tahu, demam. Tapi, tidak.

"Kok keringetmu banyak gitu sih, dek?" mamah jadi cemas. Tidak biasanya Gendis begini. "Beneran cuma pusing?" mamah memastikan kembali. Gendis mengangguk sekenanya, sebenarnya sesak napasnya masih mendera. Hanya saja, sudah jauh lebih baik, tidak seperti tadi.

"Libur ya, mah? Mamah berangkat deh, adek sendirian juga nggak papa kok."

"Yakin? Sendirian nggak papa?" Gendis menjawab 'iya' dengan pelan. Raganya tak bisa diajak kompromi kali ini. "Yaudah, tidur aja deh ya?"

"Iya,"

Was-was, sudah pasti. Hati orang tua mana yang tak takut kalau anaknya, menunjukkan gejala-gejala yang tidak umum. Semua orang juga sempat khawatir, ketika mamah bilang Gendis tidak ikut.

"Mamah, di rumah aja deh. Temenin adek." Tutur bapak.

"Aku aja." Kula mengajukan diri.

"Modus." Seloroh Panji.

"Apasih, lo Nji."

"Udah cukup. Kalian ih." Lerai bapak, dua anaknya ini sungguh sholeh. Doa itu namanya. "Yaudah, Kula dirumah. Jagain adek."

"Siap!" Kula menempelkan jarinya tepat di alis. Kemudian melenggang, ke atas. Kamar loteng adik kembarnya itu.

-WFTW-

"Kenapa adek napasnya pendek-pendek gitu, sih?" gumam Kula. Cemas juga dia. Kula masih menunggui Gendis yang terlelap, tapi terlihat tidak nyenyak. Dia ikut baringan di samping Gendis sembari membaca buku.

'Klunting!'

Kula meraih ponsel Gendis di nakas bundar di samping tempat tidur.

"Mba Annur," gumamnya, Kula segera membuka pesan itu. Bukan bermaksud mengutak-atik privasi Gendis. Namun sudah ada beberapa jumlah pesan yang tertera. Membuatnya mau tidak mau membuka dan membacanya. Siapa tahu penting. Apalagi, Kula tak tega jika harus membangunkan Gendis.

Assalamu'alaikum, Gendis.

Katanya kamu sakit? Sakit apa, Ya Allah.

Syafakillah, aku ketemu sama mamahmu. Kebetulan juga aku sama ummi.

Cepet sembuh dong dek. Mbak, kangen kamu.

Kula tersenyum, melihat pesan dari Annur. Maniknya melirik Gendis. "Banyak yang sayang sama lo, dek. Jangan sakit lagi ya." Kula menyampirkan helaian rambut yang jatuh menutupi muka, ke belakang telinga.

Jari Kula perlahan bergerak, membalas pesan Annur.

Syukron katsir.

Ini aku, Kula. Gendisnya lagi tidur. Nih disamping aku.

'Ckrek!'

Kula mengirimkan fotonya bersama Gendis yang barusan diambil. Membuat Annur, terkikik geli, karena ulahnya.

"Kenapa si Nnung?" ummi hampir saja memekik, karena Annur yang sedikit berisik. Annur otomatis menunjukkan hasil chatnya dengan Kula. Dan membuat umminya juga terkekeh. "Ada-ada aja,"

"Mamah, ini lo. Kelakuan Kula." Gantian, Annur yang langsung akrab dengan mamahnya Lanang itu, menunjukkan padanya. Dan membuat mamah geleng-geleng kepala.

"Jail banget, itu anak. Ya Allah."

"Namanya juga cowok, kan?" ummi nimbrung.

-WFTW-

"Dek, makan dulu." Kula berjongkok, tepat di depan wajah Gendis yang tidur miring. "Udah, mas bikinin bubur, tuh."

"Emang mas bisa bikin?" ucap Gendis, seperti sedang kumur-kumur, karena tak jelas, seraya membuka matanya.

"Bisa lah, hello! Ini mas Kula, adek!"

Gendis mencebik, "nggak yakin."

"Ayo, bangun cobain dulu, makanya." Kula menarik tangan Gendis. Agar mengikuti Kula, menuju ruang makan. Disana sudah tersaji semangkuk bubur, lengkap dengan kerupuk.

"Mas, goreng kerupuk?" Kula mengangguk sombong. Alisnya dia naik-turunkan, dan tersenyum miring. Sok badboy.

"Udah makan sini." Kula duduk dihadapan Gendis. Dengan berpangku tangan. Senyumnya masih awet, terpatri disana. "Cobain dong."

Setelah berdoa, Gendis mulai makan. "Enak nggak?" tanya Kula. Pandangannya tak lepas dari Gendis.

"Ini beli kan?"

"Dibilangin bikin sendiri. Kan kalau mi instan, mana boleh, ya, kan? Sama mamah. Jadi, aku beli, bubur instan. Trus kerupuknya, kan emang digoreng. Tapi bukan aku yang goreng."

Cengo, Gendis diam tanpa kata, mulutnya menganga. "Kan judulnya bikin sendiri. Belinya kan mentah. Tinggal seduh, jadi deh. Dah ya, diabisin. Gue mau sholat dulu, di masjid baru komplek kita. Asiiik!" Masjid komplek, yang alhamdulillah, sudah mulai bisa digunakan, karena renovasi habis-habisan.

"Dasar alien," batin Gendis. "Ya," okelah, Gendis hargai usaha Kula. Demi menyiapkan makanan untuknya. "Makasih!" walaupun, ingin sekali Kula ikut Gendis jadikan lauk makan.

-WFTW-

Udahlah..
Tak perlu lah aku banyak cuap.
Maafkan kalo jelek. :')

Terima kasih sudah membaca.

Salam hangat,
HOI

Wonosobo, 08 Desember 2018.

We Find The Way ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora