BAGIAN 12 - CURHAT

109 28 30
                                    

Gendis sibuk mengarahkan barcode produk tepat pada scanner. Dia cepat sekali belajar. Sudah cocok jadi Mbak kasir.

"Totalnya, seratus duapuluh dua ribu." Pembeli segera membuka dompet, mengambil dan mengulurkan uangnya. Gendis segera menghitungnya dengan telaten.

"Uangnya pas ya Ibu?"

"Iya."

"Terima kasih, silahkan datang kembali." Ucap Gendis dengan senangnya. Entahlah, ada sensasi bahagia tersendiri saat melakukan itu.

"Duh, pinternya kasir satu ini." Goda partner kerja Gendis. Karyawati yang sudah dua tahun kerja ditoko ini.

"Ih, Mbak." Gendis malu sendiri. Pintu toko terbuka lagi. Itu tandanya ada pembeli. Gendis siap sedia mengucapkan kalimat khas, saat pembeli masuk minimarket. "Selamat da..tang."

-WFTW-

"Lo kenapa si?"

"Nggak papa Ta, udah gue bilang berapa kali coba." Keluh Kula, bosan dengan pertanyan Atta yang itu-itu saja.

"Gue nggak percaya. Lo tu aneh akhir-akhir ini. Uring-uringan kayak nggak dikasih uang jajan." Selanjutnya, terdengar gelak tawa dari mereka berdua disela-sela istirahat ekstra panah.

"Gue cuma lagi kesel aja sama adek." Atta sengaja diam. Biar Kula curhat sampai puas dan tuntas.

"Kamera gue rusak gara-gara adek." Atta memang baru tahu tentang hal ini. Soalnya, Kula tak cerita apa-apa. Dan memang Atta tak harus tahu juga.

"Dia emang udah minta maaf. Tapi gue masih kesel Ta. Bayangin aja, kamera yang gue beli dari hasil jerih payah gue dijatohin gitu aja sama adek."

"Tapi kamera lo masih bisa dibenerin kan?" Atta tidak membela siapapun disini. Dia juga tak akan mengahakimi Kula maupun Gendis.

"Ya masih."

"La terus lo masih kesel sama apa?" Atta menerka-nerka.

"Sama diri gue sendiri." Jawaban Kula sesuai dengan tebakan Atta. "Napa gue masih kesel aja sih? Gue bingung Ta."

"Maafin Gendis, terus maafin diri lo sendiri. Lo tuh kalah sama ego lo sendiri." Ada benarnya juga ucapan Atta. Akhirnya Kula paham sekarang, ungkapan 'aku adalah musuhku' memang benar adanya. Kula cuma perlu menang melawan ego. Gendis hanya lampiasan amarah Kula saja. Berarti dia juga perlu minta maaf sama adeknya itu.

"Makasih Ta." Ternyata, ada gunanya juga sesi curhat singkat bareng Atta. Sebenarnya, Kula sering curhat. Cuma sama Allah. Tapi ya, namanya juga manusia. Ada kalanya pengin cerita juga sama teman.

-WFTW-

Sepertinya Gendis mendapatkan banyak bonus. Didiami Kula, Nunu juga ikut-ikutan. Sekarang, Mas Kaka memergoki Gendis. Saat ini mereka duduk berhadapan. Dari tatapan Azka saja sudah tersurat banyak pertanyaan. Bagaimana jika Azka ngadu sama Panji? Oh, tidak! Gendis bakal jadi rempeyek nanti. Bukannya hiperbola, tapi kalau Panji sudah emosi. Lebih horor dari film horor.

"Adek ngapain disana?" Azka menunjuk dengan dagunya. Walaupun di luar, Gendis paham yang dimaksud adalah meja kasir. Gendis sudah meremas kuat roknya, takut. "Jujur aja dek."

"Aku...aku..." Akhirnya, Gendis bisa sebut diri sendiri pakai 'aku' tanpa merasa aneh. Bukan waktunya bangga buat itu. Harus jujurkah? Gendis bingung. "Aku cuma mau cari uang buat ganti uangnya Mas Kula. Itu aja." Gendis terus terang pada akhirnya. Meski tidak semuanya dia beberkan.

"Kamu pasti nggak bilang kan? Alias bohongin orang rumah." Skakmat, Gendis sudah tak bisa polah lagi. Tahu saja Mas Kaka ini.

"Iya, tapi kalo udah dapet uangnya, aku janji buat berenti." Azka terkekeh mendengarnya.

"Harusnya kamu bilangnya sama orang rumah. Bukan sama aku." Iya juga ya? Kini Gendis bagai orang linglung.

"Mas mau bantu nggak?"

"Bantu apa?"

"Rahasiain ini dari Mas Panji." Azka menunjuk dirinya. Apa bisa?

"Aku nggak janji." Azka itu tidak bisa bohong. Bakal kentara kalau lagi nyimpan sesuatu.

"Plis!" Gendis memohon dengan muka melasnya. Kalau boleh bilang sekarang, Azka ingin sekali ketawa. Habisnya, Gendis sangat imut.

"Iya. Aku diem. Sama Panji doang kan?" Mata Gendis melebar.

"Ih! Mas!" Azka terpingkal-pingkal sekarang. Pipi kempotnya terlihat jelas. Membuat Azka yang manis semakin manis. Tidak kerasa Gendis juga tersenyum kecil. "Mas Kaka kan kawannya Mas Panji. Jadi sembunyiin dulu dari dia. Hehe."

"Dasar, adek nakal." Azka menjitak kepala Gendis yang buat empunya meringis.

-WFTW-

Terima kasih sudah membaca.

Salam hangat,
HOI

Wonososbo, 15 September 2018.

We Find The Way ✔Where stories live. Discover now