vi. Worst morning

7.4K 824 71
                                    

Heloooo, ada yang masih dapat notif? Hahaha,










"Kamu gak sarapan?"

"Gak, kamu aja."

Lantas Jungkook reflek alihin pandangannya ke Eunha, wanita itu melangkah santai melewati meja pantry menuju ruang tengah setelah menjawab pertanyaan seadanya.

Duduk santai diatas sofa sambil tekan tombol remot untuk nyalain tv pagi ini.

"Kenapa?"

Dari meja makan Jungkook bertanya, posisi ruang tengah dan ruang makan gak jauh amat memang.

Disini Jungkook masih santai, mencoba mengerti. Setelah kejadian kemarin siang, dia pulang-pulang udah dikasih punggung istri.

Dan Jungkook terlalu segan untuk bersikap kalo mereka gak ada apa-apa, bahkan malam itu sekedar peluk tubuh Eunha seperti biasa saat tidurpun gak dilakukan.

"Males, ntar aja makan siang."

Baru aja mau gigit sandwichnya pagi ini, tapi diurungkanㅡjawaban Eunha terlalu menginterupsi. Siapa sangka ya, kejadian kemarin siang akan berdampak seserius begini paginya.

Oke, Jungkook terima sikap cuek Eunha sekarang; mulai dari dia gak banyak omong, gak pakein dasi, sampai sekedar temenin sarapanpun enggak.

Mereka setiap paginya biasa sarapan bareng bytheway. Dan keadaan kayak gini tuh asing, tapi ya Eunha sampai sebegitunya.

Terus, tadi Eunha bilang apa katanya? Tolak sarapan sampai makan siang? Hell, there's a fetus in her womb. Eunha udah keluar toleransi Jungkook.

Pria berkemeja abu itu tarik nafasnya dalam lalu hembusin perlahan,

"Kamu marah ya jangan kayak gitu tapinya,"

"Harus gimana? Maumu apa?"

Eunha total sassy, sikapnya acuh dan sok sibuk sama televisi di depan. Jungkook dari belakang memperhatikan.

"Eunha,"

"Apa?"

"Sarapan kubilang,"

"Males kubilang, kedengeran?"

Buang nafas kasar, Jungkook mendecak samar. Beralih bangkit dari duduknya melangkah menghampiri Eunha.

Sandwich untuk asupan energi pagi ini gak jadi tersentuh, dibiarin merana diatas piring.

"Don't being too childish, kita masih punya banyak waktu lain untuk makan siang bareng, kalo sikap anehmu pagi ini gara-gara hal itu,"

"Childish?" Pertanyaan retorik, Eunha mendongak tatap lurus suaminya yang udah berdiri disamping sofa yang diduduki. Lalu terkekeh sekilas,

"Aku childish, lalu kamu apa? Egois?"

"Gak gitu, Eunha. Kamu ngerti bisa? Kemarin itu urusan pekㅡ"

"Iya, aku emang gak ngertiin dan childish, spekulasimu benar."

"Kamu kenapa sih?"

"Kamu bahkan gak tau aku sesiap apa kemarin kan? Berekspektasi terlalu tinggi tapi hasil zonk. Kamu juga gak ngerti aku,"

"Sibuk, Eunha. Kerja. Kamu tau sendiri itu,"

Sumpah, Jungkook stress. Bilang hiperbola, tapi saat ini beban kerjaan Jungkook lagi banyak, di kantor emosinya naik turun karena beberapa hal yang buat pusing.

Dan dia berharap dapat kenyamanan serta ketenangan di rumah, tempat melepas penat setelah seharian bekerja.

Tapi itu gak dia dapat sama sekali sekarang.

"Kenapa malah marah?"

"Aku gak marah astaga,"

"Bahkan daritadi kamu panggil aku pakai 'Eunha-Eunha' terus. Aku tau kamu marah,"

"Sumpah gak gitu sayang,"

"Aku gak suka sikapmu kemarin dan pagi ini, kemarin kamu tinggalin aku gitu aja terus sekarang malah marah-marah."

Eunha puncaknya emosi, kelihatan jelas dari kilat mata. Kepala Jungkook panas, terlihat dadanya naik turun samar tahan marah.

"Omonganmu gak ada yang bener, asumsimu salah semua. Lalu apa itu tetap sepenuhnya salah aku kemarin? Bahkan gak ada chat ataupun free call sama sekali kalo kamu mau ke kantor."

Berujar lugas sekali nafas, Jungkook lost control dan menyesal setelah itu juga. Soalnya respon si istri bungkam tiba-tiba dengan kedua mata memerah.

Tapi, dia ya harus gini. Supaya Eunhanya bisa berfikir lebih logis, gak mengedepankan emosi dan perasaan melulu dalam keadaan seperti ini.

"Aku gak suka ya gak suka, aku tau kamu capek."

Suaranya mulai pelan, sedikit gemetar tapi gak kentara. Sorotnya masih menatap Jungkook lurus,

Jungkook geleng kepala pelan, istrinya masih belum ngerti juga duduk masalah disini. Dia tau dia salah, tapi penyebab Jungkook bersikap seperti ini dan kemarin juga karena apa?

"Kamu kemarin cuma diam balas omonganku, aku udah coba sabar disana. Dan timingnya memang gak tepat, keadaannya mendesak."

"Gak gitu juga sikapnya, kan? Sabar sebentar lagi apa gak bisa?"

"Pikirin lagi deh, sikapku dan sikapmu kemarin kayak gimana. Kamu masih emosi sekarang, dan kepalaku lebih panas. Aku berangkat dulu."

Pria jangkung itu balik badan, gelengin kepala merasa  frustasi dan kembali menuju ruang makan. Ambil jas kerja yang ditaruh pada punggung kursi dengan kasar, sampai suara sret! nya buat Eunha sedikit terkesiap.

Dan bantingan pintu apartemen mengakhiri adu argumen mereka pagi ini, sikap yang diambil dari keduanya gak membuahkan hasil baik sama sekali.



























ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
whui. Banyak narasi bos q :(
And as you guys known, i'm still too weak on that point. Aku masih lemah dalam hal buat narasi, alias bobrokkkkk. Sawryyyy T.T

Dan ternyata chapter ini masih bawa orang berantem, kalyan berdua kenapa siy? @/jjk @/jeh :(

Menurutmu siapa yang paling salah disini? Jangan bilang gue yaaa hahaha

Vanilla ㅡ jjk x jeh ✔Where stories live. Discover now