Kontak Impas.

10.7K 1.4K 135
                                    















"Percaya kemarin siang gua lunch sama Eunha?"

Jimin yang lagi minum sprite-nya tersedak kaget, nyaris muncrat. Sedikit terkejut sama omongan Jungkook barusan.

"Gercep bangsat."

Jungkook mengedikkan bahunya cuek.

"Engga. Cuma memaanfatkan kesempatan, kemarin ga sengaja ketemu,"

"Terus dia mau?"

"Kalo gak mau gua gak bakal cerita. Tapi antara mau sama terpaksa mungkin,"

"Terpaksa pasti." kata Jimin lugas.

"Sialan."

Jungkook usap keringat didahinya pakai handuk kecil, posisi lagi dipinggir lapangan basket kampus abis latihan.

Cewek-cewek kampus pada mupeng liatnya, geregetan sendiri. Suka pada teriakin nama Jungkook, bikin yang punya nama sedikit risih.

Dan Jungkook gak peduli.

"Lo tau? Kemarin dia manggil gua, Jim."

"Gimana? Jungkook, gitu?"

Jungkook menggeleng cepat, "Kamu, katanya."

"Ais, si bangsat."

"Gua soft, Jim."

"Alay banget sih lu,"

"Lu gak ngerti. Itu tandanya dia orangnya lembut,"

"Ya, ya. Serah lu dah."

Jimin pasrah, tiap hari jadi tempat curhat sahabatnya yang lagi jatuh cinta nyaris gila. Bukan Jungkook yang biasanya, kali ini dia seperti terlalu mendamba.












••

Hari menjelang petang, sekitar pukul 17.30. Jungkook keluar dari kampus mengendarai motor masih dengan kecepatan lambat.

Jarak 7 meter didepan, kedua mata nangkep seseorang yang lagi jalan membelakanginya. Celana jeans navy, sepatu kets putih, atasan pink yang feminim, rambut panjang diikat satu dan sling bag berukuran sedang tersampir dibahu.

Tersenyum tipis sekilas, lalu melajukan motornya cepat mendekati.

"Eunha."

Eunha sedikit kaget, tatap orang disampingnya yang masih mengendarai motor jalan lambat menyamakan. Buang nafas pelan, orang ini suka datang tiba-tiba. Batin Eunha.

Eunha berhenti, "Kamu lagi."

Jungkook harus terbiasa dengan panggilan itu dari Eunha, dia bisa mati kalo terus-terusan ngerasain soft didalam hati setiap Eunha panggil dia Kamu.

"Ya, aku lagi."

"Ada apa?"

"Mau kemana?"

Bukan jawaban, malah pertanyaan yang jadi tanggapan.

"Aku mau pulang,"

"Jalan kaki?"

"Mau ke halte depan sana,"

"Lho, ga ada yang jemput?"

Eunha menggeleng pelan, "Lagi ga ada yang bisa jemput."

Jungkook senang, dia bisa lebih banyak dengerin kalimat yang keluar dari mulut Eunha, walaupun harus dia yang terus-terusan nanya seperti waktu makan siang kemarin.

Gak banyak percakapan yang terjadi kemarin, Eunha makan sedikit dan buru-buru pulang dengan kekeuh gak mau dianterin.

"Ayo aku anter,"

"Gak usah, makasih."  Katanya dengan senyum tipis nyaris gak terlihat.

"Udah sore banget, Eunha."

"Ya, tau."

"Ayo, naik." Jungkook mengedikkan kepala, suruh Eunha naik di jok belakangnya.

Eunha sempat loading, mau tetap pulang naik bus atau terima tawaran dari Jungkook.

"Gak bakal nyulik kamu, kok."

Ada rasa menggelitik didalam hati, ngebuat Eunha menahan senyumnya mati-matian. Sekali lagi, gak mau terlalu banyak tunjukin ekspresi ke orang asing.

Ya, Jungkook orang asing.















••

"Terima kasih," ucap Eunha setelah turun dari motor Jungkook.

"Sama-sama."

Jungkook mengedarkan pandangan kesekitar, akhirnya bisa tau rumah Eunha. Kalau suatu saat nanti mau ngapel gak perlu pakai gps lagi.

Rumahnya lantai dua, cukup besar. Dan berada dikawasan perumahan elite. Tapi tetap gak sebesar rumah milik orang tua Jungkook.

Eunha beralih ngambil sesuatu didalam saku celananya, "Ini." Selembar uang disodorin ke Jungkook.

Dahi berkerut bingung, mata memicing tatap selembar uang dan wajah Eunha secara bergantian. Wah, Jungkook sedikit tersinggung.

"Aku bukan driver,"

"Tapi kamu udah anter aku,"

"Terus?"

"Supaya impas, gak punya hutang balas budi,"

"Berarti kamu anggap aku tukang ojek."

Eunha diam, tanpa sadar pasang muka sedikit cemberut didepan Jungkook, reflek. Jungkook yang liat berasa gemas sendiri, kurang ajar memang.

"Bukan gitu maksudnya. Nanti aku merasa punya hutang sama seseorang kalo abis dibantuin, aku gak mau."

Jungkook tersenyum tipis dengarnya, bahkan ketika ngomong seriuspun masih tetap keliatan cantik dan imut. Lama-lama didekat Eunha bisa gila.

Jungkook dorong tangan Eunha pelan yang masih nyodorin uang ke dirinya, "Simpan aja uangmu." Tangan Jungkook beralih ambil handphone didalam saku jaket.

"Kasih kontak kamu, aku anggap impas." Katanya sambil menyodorkan handphone-nya ke Eunha.

Padahal Eunha belum bilang setuju. Tiga kali ketemu, Eunha bisa menyimpulkan kalau Jungkook tipikal yang pemaksa.


















••

Mau dipaksa kamu juga dong @/jk .g

Jungkook gercept bgt bgst ga bisa sante.

Vanilla ㅡ jjk x jeh ✔Kde žijí příběhy. Začni objevovat