Problem

9.3K 1K 274
                                    



Hello, mau kasih tau aja sebelum baca. Kalo chapter ini gak ada yg bikin baper.























Suara pintu ditutup dengan sedikit keras, gak menghiraukan panggilan Mama dari dalam sana. Kepala rasanya memanas, Jungkook marah saat ini.

Masuk mobil dengan gusar, dan melaju dengan kecepatan lebih. Buang nafas kasar, dalam keadaan begini dipaksa untuk mikir cari solusiㅡyang ada malah semakin emosi.

Jungkook gak mau terperangkap, dia harus keluar dari keadaan ini sebelum terlambat.










"Saeron adalah pilihan yang terbaik, harusnya kamu berterima kasih sama Ayah,"

"Gak bisa, Jungkook gak cinta sama dia."

"Cinta bisa datang kapan saja. Lagi pula umurmu berapa? Tau apa kamu soal cinta?"

Jungkook mendengus kesal dalam duduknya, gak kerasa tangan sedikit mengepal.

Minah cuma bisa diam ngeliat anak satu-satunya dan mantan suaminya sedang berdebat seperti ini, rasanya mau angkat bicarapun belum dapat waktu yang tepat.

"Kalo ini semua hanya soal bisnis, Ayah gak perlu bawa Jungkook masuk ke dalamnya, apa lagi harus bertunangan dengan Saeron."

"It's not only about bussines. Kamu akan tau nanti,"

"Tetap Jungkook gak mau, aku udah punya pacar dan aku cinta sekali sama dia."

"Tinggalin, putusin dia."

Jungkook menggeleng cepat, "Gak. Sampai kapanpun gak bakal aku tinggalin."

Raut wajah Kyuhyun berubah emosi, tangannya reflek menggebrak meja dengan keras ngebuat Minah terlonjak kaget tapi tidak dengan Jungkook.

"Siapa yang ajarin kamu untuk ngebantah?! Ayah gak pernah, Mama kamu apa lagi."

"Mas, mas. Udah, jangan keras begitu." Tangan Minah terulur pegang lengan Kyuhyun, bermaksud ngasih ketenangan.

"Aku cuma gak mau tunangan sama dia, yah. Apa lagi harus menikah nantinya, aku bisa cari kebahagiaanku sendiri."

"Apa bentuk kebahagiaan menurut kamu? Tanpa masa depan yang jelas, kamu gak akan bahagia."

Jungkook tersenyum miris mendengarnya, gelengin kepalanya sekali lalu natap Ayah yang duduk di depannya. "Ayah, ngeraguin aku?"

"Semua yang Ayah lakuin semata-mata hanya untuk kebahagiaan masa depan kamu. Putra Ayah satu-satunya."

"Jungkook gak akan bahagia untuk hal itu."

Dia bangkit dari duduknya, pergi keluar dari rumah Ayahnya tanpa pamit. Meninggalkan Ayah yang sedang emosi dan Mama Minah yang dari tadi nemenin dia tapi belum bisa membantu.

Jungkook faham, Mama gak cukup berani untuk ngebantah Ayah yang sifatnya keras kalau sudah emosi. Dan lagi, Kyuhyun tipikal orang yang gak bisa diresist dan sifat itu menurun kepada Jungkook.





















••

"Stop, Jek. Lu bisa mampus, gak kasian sama perut?" Jimin tahan lengan Jungkook yang siap tuang sloki berikutnya, gak tau udah ke berapa. Botol kosong udah berjejer diatas meja.

Tapi tangannya ditepis sama Jungkook, gak peduli dan seakan tuli Jungkook tetap tuang sloki berikutnya.

"Sadar, anjing. Lu minum vodka bukan wine,"

Vanilla ㅡ jjk x jeh ✔Where stories live. Discover now