Chapter 9

41.6K 3.8K 54
                                    

Selamat membacaaa
(づ ̄ ³ ̄)づ

******

Jeritan kembali terdengar seperti sahutan. Savy dan Isaiah lari menuju sumber teriakan. Ballroom terlihat sepi bahkan para pelayan dan pemain orkestra pun ikut berlarian keluar.

"Semuanya tetap di tempat!"

Suara perintah Isaiah terdengar menggema membuat orang-orang berhenti di tempat dan mengurungkan diri menuju suara teriakan.

Para tamu mulai berkerumun di taman, Isaiah dan Savy harus menerobos mereka. Dengan kasar Isaiah mendorong orang-orang untuk membukakan jalan untuknya. Savy mengikutinya dari belakang. Sebelum Savy melihat apa yang terjadi Isaiah berbalik dan menahan tubuhnya agar ia tak bisa maju lebih jauh lagi.

"Kembalilah ke atas."

"Ada apa?"

"Tak ada bantahan, cepat kembali ke kamarmu sekarang!" Savy melangkah mundur dan semua orang kembali mengerumuni menghalang Savy untuk melihat apa yang telah terjadi.

Terdengar sebuah tembakan yang memekakan telinga membuat para tamu yang bergerombol lari berceceran. Savy terdiam melihat pemandangan di depannya. Killian berdiri tegap dengan kaki kanannya bertumpu di atas wajah dari sebuah tubuh yang telah terkulai tak berdaya. Cahaya rembulan menyinari rambut silver pria tersebut. Darah segar mengalir di sekitarnya.

"Killian hentikan. Dia sudah mati."

Isaiah mencoba mendekat ke arah Killian tapi sekali lagi Killian mengarahkan pistolnya ke jantung mayat tersebut. "Killian! Ku bilang hentikan sekarang juga!" Tak menghiraukan peringatan Isaiah, Killian kembali menarik pelatuk tersebut dan menembak mayat yang telah terkapar tersebut.

Suara letupan pistol tersebut membuat Savy berjingkat kaget dan jeritan para tamu wanita kembali terdengar ketika Killian kembali menembaki tubuh yang telah tak bernyawa itu berkali-kali. Para tamu terdiam di tempat menatap adegan horror di depan mata mereka.

"Jangan habiskan pelurumu. Ingatlah itu  adalah peluru terakhir pemberian orangtuamu jadi jangan kau buang sia-sia. Tenangkan dirimu." ujar Isaiah mencoba menenangkan Killian. Killian sama sekali tak menunjukan ekspresi bahkan ekspresi marahpun tak ada. Hanya tatapan kosong yang ia arahkan pada wajah mayat di kakinya. Ia akan kembali menarik pelatuk pistolnya ketika sebuah suara menghentikan pergerakannya.

"lakukanlah atau aku akan memutus lehernya." Savy terkesiap ketika dengan cepat seorang pria menarik tubuhnya dan menempelkannya pada dadanya. Ia melingkari leher Savy dengan todongan pisau tqqajam.

"Savy...." Isaiah tak bisa menguasai keterkejutannya, ia pikir anak itu telah naik ke kamarnya. Killian kini mengubah haluan tangannya dan mengarahkan pistol ke arah pria yang menyandera Savy. "Jangan melakukan sesuatu yang sembrono Killian. Turunkan pistolmu sekarang juga." Isaiah berada di posisi yang serba salah. Ia tak ingin melukai Savy dan juga ia tak ingin sampai Killian melakukan hal yang bodoh.

"Lakukanlah!"

"Ja-Jacob? Ouch!" Savy mendongakkan wajahnya untuk melihat wajah orang yang menyanderanya tapi pergerakannya membuat leher mulusnya terkena goresan pisau tajam yang ditodongkan pada Lehernya.

"Halo nona manis. Maaf kita harus bertemu ditempat dan waktu yang tidak tepat. Sayang sekali padahal aku cukup menyukaimu." Savy dengan susah payah berusaha meneguk ludahnya. Kerongkongannya terasa sangat kering. Di depannya Killian telah mengarahkan pistol pada Jacob yang menempel padanya. Ia menatap tak berdaya ke arah Isaiah. Isaiah menurunkan tangan Killian dan memegangnya agar ia tak kembali mengangkat pistolnya. Pria itu masih tak berekspreai menatap Savy.

TRANQUILITY (Complete)Where stories live. Discover now