"Maafkan juga kedatangan om yang mendadak ya Naura, Om harap kamu dapat memberikan keputusan kamu secepatnya," kata Danu.

"Iya, tante harap kamu menerima lamaran ini," lanjut Ani.

"Kalau begitu kami pamit dulu," kata Danu.

"Makasih udah datang Om, Tante," kata Naura, mencium tangan Ani dan menangkup tangan ke Danu.

"Hati-hati di rumah ya,"

Naura memandang kepergian Ani dan Danu, perlahan mobil yang dikendarai Om dan Tantenya itu menghilang dari pandangannya.

Naura menghela napas, lalu menutup pintu rumahnya.

Naura berjalan menuju kamar, mengambil wudhu lalu memakai mukenanya, langsung melaksanakan shalat Isya.

Ya Allah, Aku tau ini merupakan bagian dari rencanamu, aku mohon ya Allah, berikan yang terbaik untuk Hamba, dan berikan putunjuk Mu ya Allah.

🕊️🕊️🕊️

"Kamu kenapa melamun aja seharian ini?" tanya Gea yang menghampiri Naura ketika kelas telah usai.

"Haa? Enggak kok," elak Naura sambil memasukkan buku-bukunya kedalam tas.

"Aku rasa semakin hari masalah kamu semakin berat, apa yang kamu pikirkan?" tanya Gea menatap Naura.

"Nggak ada kok, kamu selesai ini mau kemana?" tanya Naura.

"Gak ada sih, palingan ngumpul-ngumpul di sekre, kamu mau langsung pulang?" tanya Gea.

"Nggak, aku mau ikut kajian muslimah yang di adakan INSANI," kata Naura, Gea mengangguk.

"Acaranya dimana? kamu hati-hati kesana ya!"

"Di mesjid PKM kok, kalau begitu aku pergi dulu ya?" kata Naura yang di angguki Gea, merekapun berpisah didepan kelas karena berbeda arah tujuan.

Naura berjalan menuju PKM yang tidak terlalu jauh dari kelas tempat dia kuliah tadi. Langsung menuju masjid yang berada tepat disamping PKM. Naura langsung duduk mendengarkan pengajian karena dia sudah terlambat setengah jam dari jadwal.

"Cara bergaul yang baik sudah di atur didalam islam, baik itu cara bergaul dengan orang tua, cara bergaul antara ikhwan dan akhwat, maupun cara bergaul dengan temanpun sudah di atur dalam islam, karena islam adalah agama yang sempurna, oleh karena itu seorang muslim dan muslimah harus mempelajari islam secara affah atau menyeluruh, sehingga setiap aktivitas yang dilakukan tidak membuahkan dosa dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah.

Kaidah fiqih mengatakan hukum asal muamalat, hubungan dengan manusia itu boleh, namun ada hal yang dapat mengharamkan sebuah hubungan itu, seperti berkhalwat atau berdua-duaan, ini tidak diperbolehkan, namun tidak disetiap kondisi, karena berkhalwat itu ada dua jenis yaitu boleh dan tidak boleh.

Tidak boleh jika di tempat tertutup dan tidak dapat dilihat oleh mata manusia yang lain, bukan berarti ditempat terbuka boleh ya, karena tempat terbuka tapi tidak ada siapa siapa juga tidak boleh.

Yang boleh jika tempat itu terbuka dan bisa dilihat atau dipantau banyak orang, dan hanya membicarakan hal penting yang benar-benar perlu harus dibicarakan maka boleh jika Ikhwan dan akhwat tersebut bertemu.

Yang kedua kita membahas ikhtilat, yaitu campur baur, yang diharamkan itu jika ikhwan dan akhwatnya bersenggol senggolan dan duduknya campur baur tidak dipisah, hal ini diharamkan. Jika dalam ruangan itu jelas batas ikhwan dan akhwatnya baik ada hijab maupun tidak, InsyaAllah masih diperbolehkan.

Dan untuk bicara, akhwat haruslah tegas dan jelas, janganlah memberikan suara yang lemah lembut, bicaralah seperlunya, tidak perlu curhat-curhatan kecuali kalau dia bisa ngasih solusi.

(sumber: youtube/yuvid.tv/cara bergaul ikhwan dan akhwat yang bukan mahram)

Sekian dulu kajian singkat kita, mungkin kita lebih banyak diskusi, ada yang mau ditanyakan?

Naura memandang sekitar, ada beberapa yang mengangkat tangannya.

"Ustadzah, saya mau nanya, bagaimana tanggapan ustadzah tentang pacaran syar'i?" tanya wanita yang duduk pada saf pertama.

"Mungkin kalian sebagian kalian sudah pernah mendengar pengajian  yang membahas ini, kalau didalam islam itu tidak mengenal yang namanya pacaran syar'i, tidak ada didalam islam, maka jatuhnya itu haram dan dosa. Islam hanya mengenal menikah, tidak ada yang namanya pacaran, kadang sebagian orang memakai kata ta'aruf sebagai kedoknya pacaran, padahal ta'aruf itu sendiri juga ada batasnya, tidak ada yang namanya ta'aruf itu satu tahun, dan ta'aruf itu harus didampingi mahram. Walaupun mereka bilang mereka tidak melakukan sentuhan hanya sebatas jalan berdua, tetap saja itu hukumnya haram, bukankah jika kalian bertemu berdua kalian saling pandang? Panah syetan terdahsyat itu lewat mata. Intinya ya, tidak mungkin seorang muslimah mau memberikan dirinya begitu saja kepada lelaki yang bukan mahramnya, jikapun ada berarti dia bukanlah seorang muslimah, hanya wanita yang berlindung dibalik hijabnya tanpa mengetahui fungsi dari hijab itu sendiri. Ada pertanyaan lagi?"

"Bagaimana seorang wanita yang mengakunya tidak pacaran, tapi dia sering dekat dengan lelaki yang bukan mahramnya ustadzah? Terlihat kalau mereka itu seperti orang pacaran."

Entah mengapa pertanyaan itu seketika memohok dada Naura.

"Kamu pacaran sama Mas Fatih."

Rangkaian perkataan Gea terus berputar dikepalanya.

"Apa mereka memandang diriku demikian?" batin Naura sambil melirik ke arah penanya, dia tau wanita yang bertanya itu, karena wanita itu pernah sekelas dengan Naura disalah satu mata kuliah.

Setelah mengajukan pertanyaan itu, entah mengapa wanita itu menoleh pada Naura, dan pandangan Naura masih ke arah wanita itu, mereka saling terdiam lalu segera mengalihkan pandangan.

"Ya Allah, apa aku telah salah dekat dengan Bang Fathan?"

---

A/n:

Assalamualaikum!!

Apakabar?

Entah mengapa aku selalu merasa hari menuju malam minggu itu berjalan dengan cepat, baru hari sabtu kemaren bikin part 9, eh hari ini harus ngejar part 10 😂

Selamat menikmati yaa, semoga kalian suka sama ceritanya, aku yakin cuma butuh 5 menit kalian baca part ini, tapi aku bikinnya 3 jam hasil bolak balik fikiran mikirin alur ceritanya.

Yang berbaik hati tinggalkan voment nya yaa 😘

Hanya penulislah yang paham derita penulis 😂

Suara penulis mana?

Suara pembaca?

Ig: came_sa

Sebuah Rasa Berujung Asa [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن