Mendongakkan kepala, Rania malah mendapati Rahman juga tengah menatap ke arah Rania.

Untuk sekian detik, mata mereka beradu. Menghantarkan degupan aneh yang sama-sama menjalari dada mereka.

"Iih, tante sama om kok saling liat-liatin gitu sih. Cie ...." celutuk Rayya kembali berjalan mendahului sepasang anak adam yang langsung dilanda kecanggungan.

Rania memilih mendorong troli dan mengekori Rayya, sedangkan Rahman mengosok tengkuknya, canggung.

"Mas Rahman mau belanja juga?" tanya Rania berusaha memecah aura tak mengenakan diantara mereka.

"Eh, iya. Kebetulan kulkas di apartemen kosong. Sekalian belanja bahan makanan."

"Oh, ya udah nih." Rania menyodorkan trolinya pada Rahman. "Kita belanja sama-sama aja."

Rania mendahului Rahman, menanyakan mana yang akan lelaki itu pilih. Tak lupa juga kadang terselip ejekan dan perdebatan kecil antara mereka berdua. Membuat mereka tak ubah seperti pasangan suami-istri yang sedang belanja bulanan.

Rayya pun terkadang tak luput dari keusilan mereka, bahkan Rania dibuat merona hanya karena celutukan keponakannya tersebut mengatainya cocok jadi istrinya om Rahman.

Demi apa? Hari ini dia sudah berapa kali merona hanya karena hal sepele yang berhubungan dengan Rahman.

Sepulangnya dari supermarket, Rayya teramat ingin mampir kr apartemen Rahman. Rania sendiri sebenarnya enggan menolak, hanya saja gengsi kalau tiba-tiba ia ingin mampir. Dia wanita, tak mungkin main ketempat lelaki single.

"Om, nginep boleh, nggak?" tanya Rayya dengan cengiran tanpa dosa, tapi mendapat pelototan dari Rania.

Rayya kembali terkikik. melihat rona merah di kedua pipi tantenya, yang kemudian menoyor kepala keponakannya itu.

"Tanteee ... sakit, tau. Main toyor aja. Ngapain juga melototin, Aya?" Rania kembali melotot.

"Awas aja nih bocah."

"Yaa, McD-nya kelewatan, Om." Rayya melemas begitu mobil Rahman melewati kedai makanan cepat saji ayam goreng.

"Ck! Kamu nih. Jangan sering-sering makan begituan. Nggak baik." Rayya mencebik.

"Aya lapar, Om."

"Ya udah, ntar tante Rania aja yang masakin buat kita."

Rania menatap horor ke arah Rahman, sedangkan Rayya cekikikan.

Masak? Buat Rahman?

Ya Allah! Mati aku! Ilmu masakku kan nggak secanggih mbak El.

Rania pasrah saja. Entah bagaimana hasil masakannya nanti.

Setelah memarkirkan mobilnya di basemant, Rahman menenteng belanjaannya juga Rania.

Membawanya kelantai apartemennya berada.

"Yeay, akhirnya sampai juga." Girang Rayya begitu memasuki apartemen Rahman. "Uwaaah, aku bisa Jakarta malam hari dari sini." Pekik Rayya langsung menuju balkon.

"Hati-hati, Ray."

Rahman dan Rania memilah-milah barang belanjaannya dan menatamya di dalam kulkas.

"Mas Rahman mau makan apa?"

"Ehm, terserah kamu aja, Ran. Mas nggak rewel soal makanan." Begitu saja, setelah itu menyusul Rayya di balkon dan mengajaknya bermain PS ditemani camilan yang sempat Rania beli.

Sejam kemudian, masakannya selesai. Ayam goreng kecap, tumis kangkung beserta tempr goreng.

Rania menggerutu dalam hati. Masakannya standart sekali sih. Kalu menurut lidahnya sendiri, rasanya sudah cukup enak.

Duh, kenapa jadi deg-degan sih? Berasa ikutan Masterchef aja.

"Ray, mas Rahman. Ayo makan." Panggil Rania lembut. Ugh!berasa manggil anak dan suaminya.

Tak lama Rahman dan Rayya duduk di meja makan. Rahman hanya menatap gerak-gerik Rania yang melayani makanan Rayya.

"Mas Rahman mau tempe goreng, nggak?" Suara Rania yang melembut seolah menghipnotis dirinya untuk menatapnya.

Apa nanti rumah tanggaku akan seperti ini, jika Rania jadi istriku?

"Mas..."

Rahman gerapan mendapati pemikiran konyolnya, juga mendapati tatapan Rania yang menunjukkan raut wajah bingung.

"Ekhem. Apa tadi?" Rahman berdeham, menyembunyikan kegugupan yang tiba-tiba hadir.

"Mas Rahman mau tempe gorengnya, nggak?"

"Oh, bo-boleh."

Rahman menggaruk tengkuknya yang tak gatal, kemudian menerima sepiring makan malamnya yang disajikan oleh Rania.

"Cie, om Rahman gugup." Celutukan Rayya sontak membuat Rahman tersedak makanannya, yang baru saja akan ia telan.

Rayya kembali terkikik geli melihat kegugupan dua orang dewasa ini.

Rania berdiri dari duduknya, dan mengangsurkan segelas air putih.

"Hati-hati mas, makannya." Rania menepuk pelan punggung Rahman, hingga ia menandaskan air minumnya.

Kali ini Rahman tak bisa lagi mengelak, kalo jantungnya berdegup lebih kencang dari sebelumnya.

Sial! Ada apa ini?

○●○●○●○●

Ok done. Silakan membaca ya.
Part ini khusus Rahman-Rania.

Eliya-Rajendra masih memadu kasih di ancol. Buahahahahahahha.....

Surabaya, 14/11/2018
-Dean Akhmad-

Mantan Suami - Tamat  (HAPUS SEBAGIAN) Where stories live. Discover now