Dua Puluh Enam (revisi)

117K 9.9K 846
                                    

Revisi done. Yang ini emang udah direvisi teruntuk yg bagian Eliya-Jendra nikah sudah saya hapus dan digantikan dengan yang baru.

Karena masalah rujuk bukanlah sesederhana yang saya pikirkan. Jadi daripada memicu polemik dan kekacauan. Saya memilih untuk merevisi bab ini.

Terima kasih.

○●○●○●○●

Tak bosan-bosannya Eliya menghidu harum dari setangkai bunga mawar putih yang dipegangnya.

Sungguh ia tak menyangka jika Halim memberikannya sebuah mawar yang diikat cantik. Sesaat pria itu akan memasuki mobilnya. Pantas saja ia memaksa Eliya untuk mengantarkannya ke parkiran basement.

Meski hanya setangkai namun terlihat cantik, membuat siapa saja akan tersenyum kala melihatnya. Tak terkecuali Eliya.

"Aku tulus tertarik sama kamu, El. Nggak peduli sesuram apa masa lalumu. Jadikan aku pilihan untuk masa depanmu kelak."

Eliya tertegun mendengar kalimat Halim, bahkan ia tak bisa membalas ucapan pria itu. Otaknya mendadak blank.

"Mas ...."

Halim menempelkan jari telunjuknya di bibir Eliya. "Aku nggak butuh jawaban kamu, El. Setidaknya untuk saat ini. Cukup kamu nilai seberapa pantas aku buat merjuangin kamu untuk masa depanku."

Kembali Eliya dibuat spechless. Ia hanya bisa memgembangkan senyumnya.

"Aku nggak mau janjiin apa-apa. Aku akan buktiin ke kamu, kalo aku pantas buat kamu." Tanpa menunggu jawaban Eliya, Halim menepuk lembut puncak kepalanya yang tertutup hijab. Membuat wanita dengan pendek seratus enam puluh centi itu tertegun kembali.

"Aku pamit. Assalamualaikum." Salam Halim langsung memasuki mobilnya, tanpa menunggu Eliya menjawab salamnya.

"Waalaikumsalam."

Yang tak Eliya ketahui adalah sebenarnya Halim tengah menyembunyikan getaran yang menghinggapinya, kala menyentuh pucuk kepala Eliya.

Walau tertutup hijab, tapi mampu membuat kinerja jantungnya melonjak berkali-kali lipat. Menahan hasrat untuk merengkuh dan mencium kening Eliya saat itu juga.

Jadi ... sebelum ia lepas kontrol akan lebih baik ia kabur.

Eliya kembali tersenyum, memandangi bunga pemberian Halim dan menghidunya.

Jujur ia tersentuh akan perhatian dari lawan jenis setelah delapan tahun. Apalagi ketertarikan yang diungkapkan Halim adalah bonus yang menyertainya.

Dan untuk pertama kalinya, ia berharap bahwa semua ini bukanlah mimpi yang akan buyar saat ia membuka matanya.

Belum sempat Eliya memasuki pintu lift tubuhnya merasakan tarikan yang kuat. Membuat tubuh kecilnya limbung, menabrak dada bidang seseorang.

Eliya memekik kesakitan, mendapati lengannya dicengkeram begitu kuat. Saking kuatnya, membuat genggaman bunga mawar tadi terlepas ke lantai. Dan terinjak oleh sepatu pemilik seseorang yang menarik tubuhnya.

Aroma parfum yang tak asing hinggap di indera penciuman Eliya. Tanpa menoleh pun, ia tahu siapa pemiliknya.

"Jen ... le-pas." Eliya mencoba berontak dengan melepas kaitan jemari Rajendra di lengannya.

Ia tahu tatapan Rajendra begitu menusuknya langsung dari depan. Namun tak menyurutkan berontakannya.

"Kamu milikku, El. Jangan coba macam-macam denganku. Termasuk berdekatan sama pria itu." Nada dingin Rajendra membuat bulu kuduk Eliya meremang.

Mantan Suami - Tamat  (HAPUS SEBAGIAN) Where stories live. Discover now