Dua Puluh Tujuh

92.5K 8.2K 242
                                    

Yang ... sayang. #eak

Yang nungguin babang Rahman? Ngacuuuuung. Buahahahaha. Nongol nih bareng si unyul Rania.

◎○◎○◎○◎

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

◎○◎○◎○◎

Rahman memijat tengkuknya yang terasa kram. Hampir dua jam ia menekuri berkas-berkas kasus Eliya.

Kasus ini stuck. Tak ada bukti-bukti yang bisa meringankan Eliya.

Rahman tetap melakukan penyelidikan kasus ini, meski secara sembunyi-sembunyi sebelum kembali membuka kasusnya. Akan banyak hati yang tersakiti jika kebenaran terkuak.

Rahman mendesah lelah, dan membaringkan tubuhnya di sofa yang ada di ruang kerjanya.

Sepulang dari kantor, Rahman membuka berkas-berkas itu dan membaca ulang.

Menutup matanya dengan satu lengannya, Rahman mencoba menikmati empuknya sofa.

Kruk ...

Sial! Rahman mendesis mendapati perutnya keroncongan minta di isi. Agak malas, ia menyeret kakinya menuju dapur. Hanya menemukan dua botol air mineral dan sebuah telur, begitu membuka kulkasnya.

Rahman menggeram. Ia lapar. Butuh makan. Kapan terakhir kali ia mengisi perutnya? Rahman bahkan lupa, saking banyaknya kasus yang ia tangani.

Sedikit lemas ia menuju kamarnya, dan mandi. Lima belas menit kemudian, Rahman sudah keluar dari kamarnya dalam keadaan lebih segar dan berganti pakaian.

Menyambar dompet dan kunci mobil, Rahman bergegas menuju supermarket.
.
.
.
"Nggak mau, Tan. Aya maunya yang itu." Rengek Rayya begitu Rania mengambil sekotak susu UHT rasa stroberi.

"Tapi tante suka yang ini, Ray." Sewot Rania yang tetap memasukan susu UHT rasa stroberi tersebut.

Rayya bersendekap, dengan mimik wajah mencebik mendapati Rania tetep kekeh pada keputusannya untuk membeli susu UHT rasa stroberi.

Tiba-tiba saja, sekotak susu UHT rasa cokelat masuk ke dalam troli milik mereka.

Rayya sudah jingkrak-jingkrak mendapati keinginannya terkabulkan.

Sedangkan Rania hanya cengo. Menoleh cepat mendapati Rahman sudah berdiri di belakangnya.

Posisi mereka seolah-olah Rahman tengah memeluk Rania dari belakang, karena memang tangan satu tengah menahan troli agar tidak kabur. Sedangkan satunya mengambil susu kotak keinginan Rayya.

Jantung Rania kembali berulah, kali ini dua kali lipat masa kerjanya. Mendapati aroma maskulin yang menyeruak ke indera penciumannya, belum lagi dada bidang Rahman yang terlapisi jaket bomber membuatnya semakin merona.

Rania mengerjapkan mata, menyadarkannya dari lamunan sesaat yang mengatakan bahwa dada itu sepertinya peluk-able sekali. Dan ia teramat ingin merasainya.

Mantan Suami - Tamat  (HAPUS SEBAGIAN) Où les histoires vivent. Découvrez maintenant