Dua

115K 9.7K 139
                                    

Wawa Zainal as Embak Eliya Wardhana. Cantik, tak? 😊😊

★★★★★★★

Eliya menatap seorang gadis yang berusia seperempat abad, membuat parasnya ayunya terlihat lebih dewasa.

"Mbak, Rania kangen." Gadis bernama Rania langsung memeluknya dengan erat.

"Duh, adeknya mbak kok manja gini sih?" Eliya mengusap kepala Rania yang berbalut hijab, sama seperti dirinya.

"Kamu semakin cantik pake hijab." Rania mengangkat kepalanya dari bahu Eliya dan tersenyum.

Eliya mendudukan Rania di sofa ruang tamu, rengkuhan erat di pinggangnya masih bisa dirasakan.

"Aku ingin menebus kesalahanku, Mbak. Gara-gara aku mbak yang memikul beban itu. Seharusnya itu aku, Mbak. Aku yang harusnya berada di sana, bukan mbak El."

Eliya merangkum wajah Rania dan menatapnya lekat.

"Ran ... Kita udah sepakat gak bahas ini lagi."

Kembali Rania memeluk Eliya. Ada titik airmata yang berkumpul di ujung matanya. Rania begitu menyanyangi wanita tiga puluh tahun ini.

"Udah dong, Bu Dokter nangisnya. Udah gede juga, masa cengeng sih."

Rania menghapus kasar jejak airmatanya yang mulai turun, dan memberikan senyum terbaiknya.

"Ingatkan mbak, Rania, kalo mbak ada salah."

"Harusnya Rania yang ngomong kayak gitu, Mbak."

"Kita saling mengingatkan kalo gitu."

Rania mengangguk cepat, menyetujui perkataan Eliya. Diliriknya sebuah koper yang tergeletak di depan pintu.

"Kamu mau kemana? Kok bawa koper?."

"Aku pergi dari rumah." Jeda sebentar, "aku lagi berantem sama bang Jendra. Dia ... mau nikah lagi."

Eliya terkesiap. Ada rasa sakit yang tiba-tiba mencuat ke permukaan. Seolah-olah ada paku yang baru saja dicabut dengan paksa. Sakit.

Rania melihat perubahan mimik wajah Eliya, betapa bodohnya dia telah mengungkit masalah ini.

Harusnya Rania bungkam. Ia tahu pasti bahwa kakak iparnya ini, bukan maksudnya mantan kakak iparnya ini masih mencintai Abangnya. Dulu hingga sekarang.

Hanya saja, takdir sedang mempermainkan hidup wanita yang sudah dianggap sebagai kakak kandungnya ini.

"Maaf," ucap Rania lirih.

Eliya tersadar, dengan senyum mengembang tapi penuh paksaan ia mengusap lembut lengan Rania.

"Gak papa, Ran. Emang seharusnya Jendra bahagia. Dia patut bahagia."

Ya Tuhan. Andai saja ia bisa kembali ke masa lalu, Rania akan memilih untuk tak melakukan kesalahan fatal itu. Kesalahan yang pada akhirnya membuat seluruh keluarganya hancur, apalagi melihat pengorbanan wanita ini begitu besar. Membuatnya masuk ke dalam jurang penyesalan tak berujung. Terkutuklah sikap emosional remajanya dulu.

Nasi sudah menjadi bubur, Rania hanya bisa berdoa agar kakak iparnya ini segera menemukan kebahagiaannya.

"Ya udah, istirahat sana. kebetulan mbak udah masak. Habis gitu kita makan. Kamar kamu ada di belakang. Gak apa-apa, 'kan?"

Rania mengangguk dan segera pergi meninggalkan Eliya yang masih duduk di sofa.

Eliya menatap punggung mantan adik iparnya yang mulai menghilang memasuki area dapur.

Mantan Suami - Tamat  (HAPUS SEBAGIAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang