Bad day

3.4K 157 5
                                    

Rena membolak-balik buku bacaannya. Rena dan Jimin sekarang berada di perpustakaan kota, seharusnya Rena sekarang berada dirumah bukan disini tapi karena permitaan Jimin dia menurut saja.

"Apa oppa sudah selesai?"-tanya Rena kala melihat Jimin berdiri dari duduknya.

"Iya. Ayo, tapi apa kau tak lapar?"-tanya Jimin menaikkan alisnya.

"Iya aku lapar maka dari itu ayo pulang"-rengek Rena, Jimin tersenyum saat melihat rengekan imut dari Rena.

"Baiklah ayo"-ajak Jimin mengusak lembut rambut panjang hitam legam milik Rena.

Mereka berjalan menuju kasir yang ada disebelah pintu membayar buku belanjaan Jimin kemudian keluar memasuki mobil dan menuju rumah Rena.

Rena lelah sungguh hari ini dia belajar olahraga di jam terakhir ditengah matahari yang panasnya menyengat. Rena menyamankan posisinya disebelah Jimin yang sedang fokus menyetir. Rena menurukan sandaran tempat duduknya agar dia bisa berbaring dan hal itu menarik perhatian Jimin. Jimin mendapati Rena sedang gelisah mencari posisi nyaman mungkin?.

"Kita makan dulu bagaimana? Kau tak akan bisa tidur dengan baik saat sedang kelaparan"-ucap Jimin sambil melihat Rena sebentar lalu kembali fokus pada jalanan didepannya.

"Uangku sudah habis kita pulang saja oppa"-ujar Rena.

"Biar ku traktir"-tawar Jimin.

"Tak usah aku tak mau merepot oppa"-tolak Rena halus.

"Aku tak mungkin kerepotan hanya untuk mentraktir calon kekasihku bukan?"-kata Jimin menatap Rena lekat selama beberapa detik sebelum kembali fokus kepada jalanan.

Rena terdiam sejenak mencerna kata-kata Jimin...calon kekasih? Pikir Rena dan...

Blush...

Rona merah menghiasi pipi Rena yang membuatnya menjadi lebih merah, Rena menunduk dalam menyembunyikan wajah memerahnya. Jimin menoleh terkekeh melihat sikap Rena menurutnya Rena sangat imut lihatlah merah yang menghiasi wajah, telinga, bahkan lehernya. Ini pertama kali Jimin melihat hal seperti itu setahunya orang hanya bisa memerah sampai telinga tapi Rena berbeda.

"Apa yang oppa katakan"-ucap Rena.

"Apa? Bukankah itu benar?"-goda Jimin masih fokus pada jalanannya.

"Tapi bukankah oppa menyukai Irene eonni?"-ucap Rena mencoba menenangkan jantungnya yang berdetak kencang.

"Itu sebelum aku tahu kalau ada gadis cantik bernama Rena dan ternyata dia sangat dekat. Untuk apa aku mengejar yang jauh yang belum pasti kudapatkan sedangkan kau ada didekatku? disampingku? Terus menerus berputar diduniaku? Maaf aku baru menyadari keberadaanmu"-ucap Jimin mengakhiri kaliamat panjangnya dengan sebuah senyuman manis menampilakan deretan giginya dan membuat matanya hanya segaris beberapa detik sebelum kembali fokus kepada jalanan lagi.

Rena tidak tahu, entah mengapa hatinya menghangat, dadanya berdetak sangat cepat, dan perutnya membucah bagaikan ribuan kupu-kupu sedang beterbangan dengan bebas disana membuatnya mual juga bahagia. Tanpa sadar Rena juga memamerkan senyuman manisnya membuat matanya juga hanya segaris.

Jimin membelokkan mobilnya kesalah satu star buks dan memarkirkannya dengan rapi. Rena kembali menegakkan tubuhnya dan memajukan kursi mobil seperti semula dia akan membuka pintu mobil kalau saja Jimin tidak lebih dulu membukakannya pintu. Rena turun dengan salah tingkah ditambah saat Jimin merentangkan tangannya seolah meminta digandeng. Rena menaikkan alisnya bingung menatap tangan Jimin kemudian menatap wajah Jimin yang sedang tersenyum manis.

"Ayo"-kata Jimin menggandenga tanga Rena yang masih kebingungan.

Lagi Rena salah tingkah wajahnya memerah, jantungnya berdetak kencang sedangkan perutnya membuncah lagi. Rena tak tahu apa yang dirasakannya hanya saja dia merasa nyaman saat berada disamping Jimin dan lagi tanpa sadar Rena tersenyum dan membalas genggaman tangan Jimin.

Boy friend || Park JiminWhere stories live. Discover now