Good date/ bad date

1.5K 87 0
                                    

Jimin menatap sendu Rena yang nampak riang memakan tteobokkinya yang bahkan menjerit senang saat mendapat tteobokki berbentuk pikachu atau sedih saat dia memakan telingan, tangan, kaki atau badannya.

"Kenapa oppa menatapku? Oppa maukah?"-tanya Rena sembari meyodorkan tteobokkinya dan Jimin hanya menggeleng.

"Sudah besar padahal, tapi makannya masih belepotan"-ucap Jimin membersihkan bagian wajah Rena yang terkena saus.

"Setelah ini makan ice krim mochi kan?"-tanya Rena.

"Gak usah yang itu sekarang lagi musim hujan"-tolak Jimin menggelengkan kepala.

"Tapi oppa sudah janji jadi harus ditepati"-balas Rena.

"Baiklah tapi mochi krim saja ne?"-tawar Jimin dan Rena menggeleng.

"Yang isinya matcha?"-tawar Jimin lagi tapi Rena masih menggeleng.

"Satu pack gimana? Kalau tidak mau tidak usah"-tawar Jimin terakhir kali.

"Call, tapi satu pack mochi isi matcha tidak ada penawaran lagi"-ucap Rena final.

Mereka berjalan keluar perumahan menuju toko yang berinstrektur gaya Jepang, bahkan semua makanannya adalah khas Jepang. (Mobil Jimin dibawa kabur Dian dan Novi).

"Annyeong haseyo imo, aku mau satu pack mochi isi matcha"-sopan Rena.

"Baiklah tunggu saja"-jawab sipenjaga toko.

"Duduk disini saja ne"-usul Rena lalu duduk disalah satu bantal yang ditaruh dilantai yang berada didekat jendela yang disusul Jimin.

"Oppa akan kuliah lagikah?"-tanya Rena tiba-tiba.

"Kenapa memang?"-tanya Jimin balik.

"Tidak aku hanya bertanya"-jawab Rena.

"Tidak lagi karena sudah cukup oppa hidup jauh darimu itu menyulitkan"-ucap Jimin menggapai tangan Rena lalu menggenggamnya. Tak lama pelayan datang membawa satu kotak mochi yang isinya 6 buah dengan enam warna.

"Woah...cantiknya"-puji Rena lalu mengambil salah satu mochi dan memakannya.

"Masitta"-puji Rena dan memakan terus mochinya. Merasa diperhatikan Rena mendongak menatap Jimin yang sedari tadi menatapnya.

"Kenapa? Oppa mau?"-tanya Rena memberi potongan ketiga mochinya yang setengahnya sudah dimakan.

"Apa itu enak?"-tanya Jimin menatap Rena bukan mochinya.

"Heum"-jawab Rena masih menyodorkan tangannya.

"Tapi aku mau yang lebih enak"-jawab Jimin mengambil lelehan matcha dari mochi yang sudah dimakan setengahnya menggosokkanya kebibir Rena dan mengulum bibir cery itu. Mengisap, menggigit, dan menyesap itulah yang dilakukan Jimin sedangkan Rena masih terpaku dengan apa yang dilakukan Jimin.

Dirasa tak ada pergerakan Jimin menggigit kuat bibir bawah Rena membuatnya luka dan kesempatan diambil Jimin saat Rena meringis kesakitan. Memasukkan lidahnya menyusuri setiap inci isi dari mulut Rena tidak perduli dimana mereka sekarang. Rena mendorong dada Jimin saat cangkupan oksigennya sudah menipis. Tidak mungkinkan dia mati konyol seperti ini?. Jimin melepas ciumannya saat Rena mendorong dadanya membuat benang saliva tipis dimasing-masing ujung bibir mereka. Menatap wajah merah dan kelelahan Rena padahal yang bermain sejak tadi itu Jimin. Menyapu pelan bibir Rena memutus benang saliva yang tersambung diujung bibir mereka.

"Apa yang oppa lakukan?"-tanya Rena malu karena sekarang mereka menjadi pusat perhatian.

"Kenapa?"-tanya Jimin balik.

Boy friend || Park JiminWhere stories live. Discover now