I4

2.4K 253 50
                                    




"Ceritakan tentang masa lalu kamu. "

Aku dan Zelin sedang berada di balkon kamarku, dengan dia yang duduk di pangkuanku di atas sofa single. Bintang-bintang di langit malam memberikan suasana terang dan tenang.

Aku tidak tau harus mulai dari mana untuk menjawab pertanyaan Zelin. Membuka lukaku kembali untuk kuperlihatkan padanya, terasa begitu nyeri dan menyakitkan.

"Lebih baik kita bahas masa depan. " alihku.

"Ceritakan tentang masa lalu kamu, Ed. Sebagai pacar aku perlu tau." ucapnya menoleh ke belakang untuk melihatku.

"Sebagai apa?" godaku.

Wajahnya terlihat samar memerah dan dia kembali menolehkan wajahnya ke depan. Aku mengeratkan pelukanku, membuat jarak kami semakin dekat.

"Sebagai apa, sayang? " bisikku di telingnya.

Tubuhnya menegang dan dia tiba-tiba berbalik, lalu menciumku cepat.

"Itu udah di jawab." jawabnya.

"Jawabannya kurang banyak. "

Aku menciumnya, lebih lama dari apa yang dilakukan Zelin.

"Your lips like made of ecstacy." ucapku setelah aku melepaskan ciuman, napas kami masih sama-sama terengah. Zelin merubah posisi duduknya menghadapku, lalu bersandar di dadaku dan melingkarkan lengannya di pinggangku.

"Selama hidupku, aku tidak pernah merasa aman dan nyaman seperti ini. Aku ingin kita selamanya tetap bersama, Ed." ucap Zelin saraya mendongakkan kepalanya melihatku.

"Aku ingin ketemu papa kamu."

Zelin melepaskan pelukannya, "Jangan! "

"Kenapa?"

"Nanti pasti papa marah kalau tau aku pacaran sama perempuan. Aku nggak ingin kamu kenapa-napa, sayang. "

Aku melihat jelas raut khawatir di wajah Zelin ketika mengatakan itu. Tapi sungguh, dia tidak perlu khawatir.

"Dengan aku berani jatuh cinta sama kamu, berarti aku harus berani menerima resiko apapun itu. Besok kita ketemu papa kamu. " kataku.

"Tidak untuk saat ini, Ed. Kita jalani aja dulu."

Apa? Zelin boleh saja khawatir terhadap apa yang akan dilakukan papa nya padaku, jika aku terang-terangan bilang kalau aku menjalin hubungan dengan anak perempuannya, tapi Zelin tidak bisa mengatakan 'jalani aja dulu' , itu hanya kata-kata bagi orang yang tidak butuh komitmen dan kepastian.

"Nggak Zelin, aku nggak bisa jalanin hubungan diam-diam kayak gini. Aku butuh sesuatu yang pasti, aku nggak main-main soal ini." ucapku keras kepala.

"Iya iya, kita akan temui papa aku besok. Tapi kamu harus menceritakan semua masa lalu kamu sama aku."

Ya ampun, kenapa dia masih bahas-bahas masa lalu sih.


***

Tidak ada yang lebih menyedihkan daripada kehilangan orang-orang yang kamu sayang.

Keluarga? Yap, lebih tepatnya mama, papa dan adik perempuanku.

Di tahun kedua Sma ku. Aku harus kehilangan mama. Manusia dengan sejuta kekagumanku padanya yang tidak dapat tergantikan dengan seisi dunia sekalipun. Mama kecelakaan mobil ketika akan pergi ke salah satu pernikahan temannya. Pada saat itu aku menyalahkan papa karna tidak ikut mengantarkan mama hanya karna papa bilang dia sibuk bekerja. Aku marah, aku kecewa tapi itu tak lantas membuatku membencinya.

WishesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang