W3

2.5K 252 16
                                    

REA POV

Tanpa disadari telah banyak hal yang terjadi di antara kita. Kita jelas tertarik pada satu sama lain. Bukan salahmu saja jika kita berakhir dengan ciuman kemarin lalu, aku juga ikut membalasnya. Aku tau kamu bingung, namun sebingung-bingungnya kamu di sini tetap aku yang paling tidak pantas menyimpan perasaan untukmu. Kamu cerdas, baik, lucu dan juga cantik tapi kuakui memang lebih cantikkan aku, hanya saja kamu keren. Sungguh aku terpaksa mengatakannya :p

Jujur saja, sejak awal kita bertemu aku sudah merasakan ada magnet yang luar biasa kuat pada kamu hingga aku terus penasaran ingin mengenal lebih jauh. Kamu wanita pertama yang membuatku merasakan itu Ed. Bukannya aku sengaja menarik perhatianmu pada apa saja yang membuatmu menyukaiku, walaupun sempat terpikir olehku jika kita bersama pasti aku akan mengalami hari-hari yang menyenangkan dalam hidupku, tidak setelah aku mengetahui bahwa kamu sudah memiliki kekasih.

Aku pernah menjalin hubungan dengan beberapa laki-laki tapi aku tidak pernah merasakan perasaan membuncah ketika kamu menciumku. Lalu aku sadar, betapa jahatnya aku pada Aira. Tidak pernah sedetik pun aku berharap kamu mempertimbangkan untuk meninggalkan Aira demi aku, itu jelas bukan penyelesain yang baik untuk kasus ini.

Jika kedekatan kita membuat hubunganmu dan Aira menjadi tidak baik. Katakan saja, aku akan menjauh kalau memang itu yang kamu inginkan. Tapi sesungguhnya aku tidak mengharapkan kehilangan seorang teman sepertimu meski seterusnya ini akan sulit.
-Zelin-

Aku masih saja membaca pesan Zelin untukku ketika kita di pantai waktu itu. Sejak seminggu lalu ketika kami di club untuk merayakan ulang tahunku, sikapku semakin aneh pada Zelin. Ya aneh. Karena untuk pertama kalinya aku tidak mengerti akan sikapku sendiri.

Tapi aku bersyukur Zelin tidak marah. Aku bersyukur dia bijaksana. Dan aku juga bersyukur karna sepertinya Zelin memiliki tekad lebih kuat daripada aku, karna setiap kali berada di dekatnya, aku tidak pernah merasa selemah ini.

Dari kemarin aku tidak menemui Zelin hingga hari ini. Kata Vania, dia juga tidak masuk kuliah. Aku mencoba menghubunginya pun tidak pernah di jawab.

Jam masih menunjukkan pukul satu siang. Vania juga sedang ada jam kuliah katanya. Sebenarnya aku bisa saja pulang, karna seperti kata Zelin dan Vania kalau aku tidak harus selalu berada di kafe setiap hari kecuali hari kamis karna memang hari itu kafe tutup. Pekerjaannya tidak banyak selain hanya membuat pembukuan keuangan yang masuk setiap harinya, meng-handle kinerja karyawan di sini dan bertemu klien, itu pun lumayan jarang.

Akhirnya aku memutuskan pergi ke rumah Zelin dengan motor Kawasaki hitam yang baru saja aku beli dua hari yang lalu. Walaupun Ester sudah menawarkanku sebuah mobil darinya, tetap saja aku tidak ingin selalu menyusahkannya. Dia sudah cukup baik padaku hingga membantu meringankan hukuman penjaraku.

"Anggap saja ini bayaran sewa aku menumpang tinggal di rumahmu. "

Aku tetap bersikukuh tidak mau. Karna jika aku memang sedang membutuhkan mobil, aku bisa saja meminjam mobil mewahnya itu. Kalau saja jarak kafe dari rumahku dekat aku lebih ingin menggunakan sepeda. Mungkin karena banyak kelebihan bersepeda, yang salah satunya menyehatkan.

Walaupun seperti kata Ester kalau (sungguh aku tidak ingin menyebutnya) aku bandel, nakal, tidak suka taat aturan tapi kebiasaanku cukup baik selain malas bangun pagi tentunya. Hehe.

Motorku tepat berhenti di depan pagar rumah Zelin. Setelah membuka helm fullface-ku. Aku menghampiri dua orang Security yang sedang menjaga di pos nya.

WishesWhere stories live. Discover now