W

3.1K 317 54
                                    

REA POV

Hal yang membuatku bertahan sampai detik ini dan memilih tidak mengakhiri hidupku adalah karena aku percaya pasti akan datang keajaiban yang membuatku yakin inilah kehidupan sesungguhnya, inilah yang seharusnya aku rasakan. Agar ketika mati nanti, aku tidak menyesal pernah hidup.

Jika ada yang bertanya, apakah aku pernah berniat untuk bunuh diri saat masa-masa sulit dalam hidupku?? Jawabannya pernah dan sialnya aku sangat menyesal karena telah memiliki niat itu dalam pikiranku. Sekarang aku lebih memilih untuk menertawakan masalah yang ada, mereka datang silih berganti seakan mempercayakan padaku bahwa aku manusia paling kuat di muka bumi.

Jika boleh aku bertanya, apakah yang kamu rasakan ketika orang yang sangat berarti dalam hidupmu harus lenyap dari dunia yang penuh masalah ini? Sedangkan kamu sendirian.
Mungkin pertanyaan ini banyak sekali jawabannya namun sayang sekali aku tak membutuhkan jawaban apapun kerena kenyataan telah menjawab segalanya.

Kenyataan yang lebih buruk dari sekadar mimpi buruk, kenyataan yang lebih pahit dari sekadar secangkir kopi hitam tanpa gula, kenyataan yang lebih rumit dari sekadar soal matematika.

Memang kenyataan tak semanis wajah kamu.

Stop

Membicarakan tentang kenyataan memang tak pernah habisnya seperti makan kuaci satu karung, bisa habis tapi kamu akan kelelahan dan tidak kenyang sedikitpun kecuali lidah kehilangan indra pengecapnya.

Stop

"Ed bangun.. Ed. "

Seseorang mengguncang bahuku cukup keras meskipun suaranya tak terlalu keras memanggilku.

Tubuhku menggeliat begitu gorden jendela terbuka seakan cahaya matahari meneriakiku 'bangunlah pemalas!, ada wanita cantik di depanmu'. Oke, sepertinya kalimat terakhir itu suara hatiku.

Setelah pergolakan batin, aku memutuskan untuk duduk, mulai mengerjapkan mata.

"Sejak kapan kamu di sini?. "

"Sejak tadi. "

Semenjak aku bekerja sama dalam mengurus kafe dengan zelin dia jadi sering main ke rumah, seperti saat ini datang sesuka hati nya bahkan sang pemilik rumah pun belum bangun.

"Ed.. "

Zelin memanggilku ketika kami baru selesai sarapan bubur ayam yang dibawakan zelin dan sekarang kami duduk bersebelahan di sofa.

"Hmm.. "

Aku masih sibuk membalas chat dari aira yang mengatakan kalau dia tidak jadi datang hari ini dan ditunda jadi lusa.

"Papa menyuruhku ke London besok. "

Entah kenapa mendengar perkataan zelin tadi membuatku menghentikan chatku dengan aira.

"Ngapain?. "

"Katanya buat menghadiri pernikahan anak temannya. " ucap zelin sambil menatapku ragu.

Apaan sih lebay banget papa nya, masa itu doang zelin harus pergi ke London segala.

Aku hendak berdiri tapi zelin menahan tanganku.

"Gimana? Aku harus pergi atau nggak?. "

"Aku pergi ambil minum dulu. "

"Nggak mau, jawab aja sekarang apa susahnya sih. "

Susahnya karena kenapa kamu harus bertanya padaku??.

Aku mengurungkan niatku untuk berdiri.

"Pergi aja. Nanti papa kamu marah. "

WishesWhere stories live. Discover now