I3

2.1K 237 23
                                    

AUTHOR POV

Ed : Zelin, kamu kenapa?

Ed : kamu bisa menceritakan apapun masalah kamu sama aku.

Ed : apa yang di katakan Ester hingga kamu jadi begini?

Ed : aku mohon..biarkan aku masuk ke rumah kamu.

Ed : kamu membuatku khawatir.

Zelin masih meringkuk di kasurnya setelah menghidupkan ponsel yang sengaja di matikan dari kemarin dan baru membaca se rentetan pesan dari Ed. Dia memang menyuruh security untuk melarang Ed menyusulnya ke rumah. Dia juga mencoba menahan diri untuk tidak membalas pesan itu dengan segala kepedulian Ed padanya.

Zelin : kamu gak perlu khawatir. Aku baik-baik saja.

Ternyata Zelin tidak bisa menahan diri untuk itu.

Tidak sampai dua menit, ada balasan dari Ed. Membuat Zelin berpikir apakah dia hanya menatap ponselnya sepanjang waktu.

Ed : bagaimana bisa aku percaya. Terakhir kamu bilang begitu, tapi kamu dalam kondisi sangat tidak baik-baik saja.

Zelin : untuk apa kamu peduli Ed?? Kamu gak usah memberikan rasa kepedulianmu sama aku begitu besar.

Ed : kita teman, jadi wajar aku peduli sama kamu.

Zelin : aku ingat kita hanya teman dan aku juga ingat kamu sudah punya pacar. Maka dari itu aku takut. Kamu pasti paham itu Ed.

Cukup lama Ed membalas paham pesan itu. Ini pembahasan yang sangat tidak ingin dibahasnya.

Ed : maaf. Ini semua di luar kendaliku.

Zelin : aku ingin kita menjauh sampai aku dan kamu mampu menghilangkan perasaan yang di luar kendali kita ini. Dan mungkin takkan hilang.

Ed : tapi kita gak perlu melakukan itu, Zelin.

Zelin : perlu, Ed. Pengkhinatan gak akan pernah baik dalam hal apapun.

Ed : aku gak berkhianat dan aku gak akan mengkhianati Aira.

Zelin : itu Ed. Itu alasanya kenapa aku harus menjauh. Setiap kali aku dekat sama kamu, kalimat itu selalu berputar di kepalaku dan itu membuat aku sakit dan bersalah.

Ed mencoba menelpon ketika membaca pesan terakhir dari Zelin. Pikirannya kacau. Zelin malah tidak mengangkat panggilannya.

Ed : setidaknya jawab panggilan aku jika kamu tidak ingin kita bertemu.

Ed : Zelin.

Ed : Zelin!!

Astaga. Seharusnya ini bukanlah masalah besar ketika Zelin memintanya untuk menjauh sementara. Bukankah ini yang mereka inginkan? Bukankah ini yang seharusnya dilakukan? Tapi jauh di dalam hatinya, Ed tidak ingin itu terjadi.

Arghhhh..!!!

Ed melempar ponsel yang di pegangnya ke atas kasur. Dia cukup sadar diri untuk tidak melempar benda itu ke bawah dari balkon, dia tidak ingin menghambur-hamburkan uangnya.

Setelah menghabiskan sebatang rokok di bibirnya, Ed memutuskan untuk mandi dan pergi ke kafe. Banyak yang bisa dilakukan di sana.

Tapi setelah tiga puluh menit di kafe, dia teringat lagi pesan terakhir dari Zelin. Akhirnya dia mencoba lagi untuk pergi ke rumah Zelin dan memohon-mohon dengan cara apapun pada security agar dia diperbolehkan masuk.

"Ini penting sekali, pak. Biarkan saya masuk sebentar saja." mohon Ed.

"Maaf nona. Tapi non Zelin kemarin melarang nona untuk masuk dan menemuinya."

WishesWhere stories live. Discover now