S2

2.6K 315 31
                                    

REA POV

Sepersekian detik bibir kami masih menempel. Begitu banyak emosi yang aku rasakan saat ini. Bibirku mulai bergerak melumat bibir bawah zelin, dia tak membalas, aku terus melumat dengan tangan mulai menjalar ke tengkuknya.

Waktu terasa berhenti.

Ruang tersisa seperti hanya untuk kita berdua, apapun disekitaran kita terasa pengap seperti tanpa udara dan suara.

Ketika bibir zelin ikut membalas lumatan demi lumatanku.

Dan hatiku terbelah dua. Satu masih di tempatnya, untuk Aira. Satunya lagi untuk wanita dalam dekapanku ini.

Pagutan bibir kami semakin dalam, di saat hatiku berkecamuk dengan pikiranku. Ragu, paruhan hati mana yang harus ku pilih.

Rasa asin di bibirku, bercampur pada ciuman kami. Air mata zelin membuatku semakin tidak tau apa yang harus ku lakukan. Tapi yang pasti kami sekarang mencoba mendapatkan lebih banyak lumatan sebelum semua ini berakhir.

Karena ini harus berakhir.

Tanganku tak terkontrol menyingkap kaos zelin, seakan hasrat yang selama ini tertahan masih punya tempat untuk bebas.

Zelin mendorong tubuhku, membuat bibir kami terpisah. Aku melihat mata zelin terpejam dengan air mata masih terus mengucur. Perlahan, matanya terbuka dan langsung di sambut oleh mataku yang memandangnya.

Aku ingin berteriak

Rasa sesak menghantam dadaku. Kamu memang bajingan Ed.

Begitu banyak kepedihan di matanya. Zelin menutup mulutnya ketika dia tidak mampu membendung suara tangis, dia membenamkan wajahnya pada sandaran sofa agar aku tidak mendengar jerit tangisannya yang pilu.

Aku baru saja menyakitinya. Aku perempuan, zelin perempuan dan aku sangat tau bagaimana perasaannya melihat apa yang baru saja terjadi di antara kita berdua.

Aku berdiri, beringsut berlari menuju kamarku meninggalkan zelin di ruang tamu sendirian sebelum dia mendengar jeritan tangis yang lebih kuat dari tangisnya. Berbagai bentuk emosi bergantian mengejekku. Pedih, bingung, benci, sayang, khawatir dan rasa bersalah mulai tak terkendali merajai batinku.

Aku tak pernah percaya kalau hati bisa di isi oleh dua pemilik hati, aku tak percaya jika perasaan bisa terbagi. Hanya orang jahat yang akan melakukan itu semua. Dan aku yakin dan percaya kalau akulah orang jahat itu.

Seperti teringat sesuatu. Aku kembali berlari ke lantai bawah menemui zelin. Saat aku ingin memanggilnya, dia sudah tidak ada.

Kemana gadis itu? Aku tidak melihatnya lagi duduk di sofa tadi.

You are so fucking stupid Ed.!!

Tentu saja zelin sudah berlari pulang ke rumah sama seperti sikap pengecut aku tadi yang berlari ke kamar meninggalkannya.

Losers !, stupid, bitch, crazy! Asshole!!

Apalagi!! Hina saja aku sepuasnya!, aku memang pantas untuk itu semua.

Aku berjalan kembali ke kamar. Kakiku tersandung ditangga karena tidak memperhatikan langkahku, perih pada jempol kakiku tidak apa-apanya dengan sakit yang harus ditanggung zelin. Aku mengunci pintu kamar dan terduduk dengan kepala tertunduk, kedua tanganku mencengkram rambut dikepalaku.

Kenapa kamu tinggalkan zelin sendirian tadi, bodoh!. Seharusnya aku memeluk menenangkannya, menghentikan tangisnya sambil mengatakan 'kalau ini semua akan baik-baik saja'. Bukannya pergi seperti orang yang tidak punya tanggung jawab telah membuatnya menangis.

WishesWhere stories live. Discover now