2. Apakah Dia Memberiku Harapan?

131K 8.4K 2.4K
                                    

Ada yang berbeda dari cara dia melihatmu,

cara dia membalas pesanmu,

cara dia bercerita kepadamu,

dan, kau mulai bertanya:

Apakah dia sedang memberiku harapan?

***

ATURAN MEMBACA:

1. Siapkan hati dan sekotak tisu.

2. Komen bagian-bagian yang bikin kamu jleb. Komentar dari kalian adalah dukungan nyata agar buku ini tetap bisa lanjut.

3. Screenshot dan share di Instagram Stories atau media sosial favoritmu! Tag aku di @alvisyhrn.

***

Ada yang berbeda dari cara dia memandangmu.

Sebab setiap kali tatapan kalian bertemu di lorong sekolah, yang entah bagaimana sering terjadi akhir-akhir ini, dia akan langsung membuang muka sepersekian detik, seolah dia telah memandangmu lebih dulu, lebih lama, dan malu jika kau menangkapnya. Namun, sedetik kemudian, dia akan berbalik menatapmu, dengan sedikit binar dan salah tingkah di bola matanya dan sudut-sudut bibir yang sedikit melengkung, canggung. Lalu, sudah, dia akan kembali dalam kesibukannya, dan kau tertinggal menatap punggungnya yang menjauh. Tanpa sadar dirimu tersenyum.

Tadinya, kau biasa saja. Tadinya, dia hanyalah teman sekelas tanpa arti. Teman sekelas yang tak menonjol. Duduk di bangku tengah-tengah, bukan yang paling pendiam, bukan yang paling ramai, bukan yang paling nakal, bukan yang paling rupawan. Tetapi, siapa peduli jika caranya memandangmu membuatmu merasa sedikit... spesial.

Dalam hidupmu, kau melihat teman-temanmu jatuh cinta dan dicintai. Dan, itu membuatmu insecure: Teman-temanku sudah menemukan pasangan, aku kapan? Tetapi, siapa yang mau menerima diriku yang biasa saja ini? Dan, sejak kau menemukan perbedaan dalam tatapan matanya, harapan baru menyala di hatimu, dan kau mulai bertanya-tanya di dalam hati: Bolehkah aku merasa seperti ini padahal yang dia lakukan hanya memandangku? Apakah ada makna dari tatapannya itu?

Ini tak berhenti di situ.

Pun, ada yang berbeda dari cara dia membalas pesanmu.

Kau butuh belasan, bahkan puluhan menit menanti balasan pesan teman-temanmu. Tetapi, dia tak pernah membuatmu menunggu lama. Satu hai sederhana darimu, dan dia akan menghabiskan waktu online bersamamu. Tadinya, percakapan kalian hanya seputar urusan sekolah.

"PR buat besok apa ya?"

"Nyatet nggak pas pelajaran Sejarah tadi?"

"Guru-guru makin nyebelin banget, deh. Udah sekolah sampai sore, eh PR-nya nonstop, kayak kita punya seratus jam sehari."

"Ngapain deh belajar trigonometri segala. Emang kepake pas kerja nanti?"

Lalu, percakapan tiap malam ini akan berlanjut lebih personal. Kau bercerita tentang kehidupanmu: Teman-temanmu yang sibuk dengan pacarnya, orang rumah yang menuntut ini-itu, kebingungan memilih jurusan untuk kuliah nanti, masa depan yang tak jelas. Dan, dia selalu jadi pendengar yang baik, serta penasihat terburuk favortimu. Karena dia selalu merespons keluhan-keluhanmu dengan gurauan semacam...,

"kau kebanyakan mikir. Coba, PR buat besok udah dikerjain?"

"Seru tahu kalau gurunya killer. Berasa kayak di film horor tanpa perlu hantu."

Jika Kita Tak Pernah Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang