Bagian duapuluhenam

Start from the beginning
                                    

"Enggak ah, lagian gak mungkin kan kalo lo ngasih susu kesukaan lo itu. Yang ada lo nangis darah entar gegara nyesel ngasih susu itu ke gue."

Juni terkekeh mendengarnya, "enak aja, lebay banget dong gue. Udah nih ambil aja kalo lo mau."

"Lo serius? Tumben biasanya pelit kalo menyangkut rasa pisang."

"Gue udah bosen minum susu mulu, tadi pagi juga susu sekarang di kasih susu lagi. Mumpung gue lagi bosen minum susu, lebih baik ini buat lo dari pada gue buang trus mubazir?!" ucap Juni seraya menyodorkan kotak susu tersebut pada Saskia.

"Tapi jangan bilang kak Dion kalo susu ini gak di minum sama gue." Lanjut Juni.

Saskia melihat perubahan Juni kali ini sampai matanya terus tertuju pada air muka Juni yang seakan ada rasa lain tersirat di wajahnya. Saskia dapat melihat senyum palsu yang terukir di wajah Juni. Namun, niat tidak ingin membuat Juni sedih lebih baik ia menuruti perkataannya.

"Yaudah dehh. Thank's ya!" jawab Saskia seraya meraih susu tersebut dari tangan Juni.

"Iya sama - sama. Eh gue mau ke toilet dulu ya bentar."

Saskia mengangguk menanggapinya seraya menyeruput susu yang di berikan Juni. Kemudian Juni lekas keluar kelas menuju toilet yang berada tidak jauh dari kelas.

Ia hanya melewati beberapa kelas dari kelasnya untuk menuju toilet. Namun seperti biasa banyak siswi yang memperhatikannya seakan dia adalah pusat perhatian sekarang.

Tapi Juni tetaplah Juni yang tidak terlalu memperdulikan sekitarnya. Ia hanya fokus melihat jalan hingga langkah membawanya sampai di toilet.

Langkahnya terhenti saat melihat seseorang yang tengah berdiri di depan cermin.

"Hay Juni!" sapa seseorang tersebut saat menyadari keberadaan Juni.

Juni tersenyum menanggapinya kemudian ia melanjutkan jalan menuju bilik toilet yang kosong.

"Tunggu," ucap Grisa yang hendak menahan Juni sebelum masuk ke bilik toilet.

Juni mengernyit dahinya, "ada apa kak?"

"Lo..." Grisa menjeda ucapannya karena sedang memikirkan sesuatu.

Juni semakin penasaran dengan apa yang hendak Grisa katakan padanya. Seakan ada hal penting yang hendak di beritahukan kepadanya.

"Kenapa kak?" tanya Juni lagi.

"Emm.. Gajadi deh. Lo mau ketoilet kan? Yauda masuk aja gue gak jadi ngomong." jawab Grisa kemudian ia berlalu keluar toilet meninggalkan Juni.

Juni hanya menatap heran dengan kepergian Grisa. Ia sama sekali tidak tahu apa yang hendak Grisa katakan padanya. Namun Juni dapat melihat dari mata Grisa bahwa ia terlihat sangat ragu untuk mengatakan sesuatu karena ada alasan tertentu yang sama sekali Juni tidak tahu.

Namun Juni tidak terlalu menghiraukan itu semua, mencoba untuk tidak menerka yang tidak-tidak. Setelahnya ia segera memasuki bilik toilet.

Tidak butuh waktu lama, Juni hendak segera keluar dari bilik toilet namun niatnya ia hurungkan karena mendengar sesuatu dari luar bilik.

"Ehh, lo tau gak? Gue denger dari seseorang yang bilang alasan kenapa kak Senio gak masuk selama ini," ucap seseorang tersebut.

Juni seketika terdiam beberapa saat, ia sangat tidak menyangka bahwa seseorang sekarang sedang membicarakan Senio.

"Kenapa kenapa?" tanya seseorang yang lain.

Entah rasa apa yang membuat Juni semakin penasaran dengan perbincangan tersebut. Ia mendekatkan telinga nya di pintu, berniat untuk mendengarkan pembicaraan tersebut.

My Senior (Senior Series 1)Where stories live. Discover now