17. Perihal Daru

127 19 0
                                    

Pagi ini Sany berangkat sekolah sendirian. Semalam saat makan malam Niko meminta maaf kepadanya karena hari ini tidak bisa mengantar karena harus pagi-pagi sekali pergi ke kampus, Sany tidak masalah toh ia juga suha tahu sebelum Niko bilang. Sasti dan Gardi sempat menyarankan agar berangkat bersama Daru. Tapi emang dasarnya Daru itu kelewat amit-amit jadi dia menolak keras dan memilih berangkat sekolah pagi-pagi sekali dan memilih tidak ikut sarapan takut saat sarapan kembali dipaksa oleh Sasti dan Gardi.

Lalu saat istirahat berdering, Sharen mengajak Sany ke perpustakaan terlebih dahulu sebelum ke kantin untuk meminjam buku, katanya Sharen butuh bacaan novel. Sharen memang tidak pintar banget, setidaknya wawasannya cukup luas dibandingkan Sany.

"Gue tunggu di sini, males ikut lo keliling-keliling," ucap Sany seraya menarik kursi.

"Ya udah." Sharen segera meninggalkan Sany untuk mencari buku.

Sementara itu Sany yang duduk di kursi tangannya ia letakkan di atas meja untuk dijadikan bantalan kepalanya.

"Lo belum baikan juga sama Daru?" tanya seseorang sambil menarik kursi berjarak tiga kursi dari Sany.

Sany yang memunggungi mereka—sambil menatap langit-langit—bergeming ketika orang itu menyebut nama Daru

"Belum."

Itu suara Zita, Sany kenal betul. Sany terkejut jika ternyata Daru dan zita sedang ada masalah. Apakah ini ada hubungannya dengan ucapan Niko kemarin yah? Pantas saja Daru akhir-akhir ini terlihat tidak semangat seolah banyak beban dan tidak terlihat selalu bersama Zita.

"Kenapa nggak baikan aja, sih?" tanya teman Zita itu.

Baik Zita maupun temannya tidak menyadari bahwa seseorang yang duduk membelakangi mereka dengan kepalanya dijatuhkan di atas meja beralaskan lipatan tangan itu adalah Sany.

"Gue gak tau harus mulai kayak gimana. Kemarin Daru mungkin lihat gue yang dijemput dan gue gak tau harus ngejelasinnya kayak gimana. Daru suka gue, tapi gue nggak bisa suka balik. Lagian, lo tau kan gue deket sama Kak Melki alumni kemarin?"

"Iya gue juga tau. Tapi, Daru sahabat lo. Lo juga pasti kangen sama dia setidaknya baikan biar kalian jadi sahabat lagi."

"Daru juga nggak pernah chat gue lagi, nggak pernah antar-jemput gue lagi. Kayaknya dia benci gue sih, An."

"Lo duluan yang chat atau temuin dia."

"Hah! Gue?"

"Iyalah, Zita. Daru itu patah hati karena lo tolak, coba lo datangin si Daru dan ngobrol biar paham bahwa kalian itu sebaiknya menyayangi sebagai sahabat aja."

"Gitu, yah?"

"Iya. Eh, si Vani udah chat nih katanya dia udah nempatin meja di kantin. Yuk ke kantin. Udah kan pinjem bukunya ini doang?'

Zita mengangguk dan bangkit dari duduknya bersama temannya itu. Setelah dirasa Zita dan temannya pergi, Sany mengangkat kepalanya dan mengangguk-anggukkan kepalanya pelan.

"Jadi, Kak Daru lagi patah hati, yah?"

"San, kantin yuk. Gue udah nemu bukunya nih," ucap Sharen tiba-tiba membuat Sany terperanjat.

"Kenapa lo kaget gitu?" Tanya Sharen.

"Ada kabar bahagia."

"Kabar bahagia lo itu ujung-ujungnya nyakitin juga."

"Ih seriusan, Ren. Tentang Kak Daru ini."

"Apa? Palingan itu-itu aja."

"Nih yah lo dengerin. Kak Zita sama Kak Daru lagi nggak akur."

Hey, I Love You! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang