11. Jangan Diperhatiin

168 24 8
                                    

Upacara sedang berlangsung sejak lima belas menit yang lalu. Saat ini petugas pengibar bendera sedang melangsungkan tugasnya. Dahi Daru beberapa kali mengernyit karena paparan sinar matahari yang begitu panas. Teman-temannya pun sudah beberapa kali mengeluh dan diam-diam berjongkok sebelum akhirnya ditanya oleh petugas PMR apakah sedang sakit? Dia langsung berdiri dan terlihat bugar.

"Panas ya ampun," keluh seorang perempuan sambil mengibaskan tangannya di depan wajahnya yang memerah.

"Ini mah nggak seberapa. Neraka noh lebih panas," jawab temannya yang berdiri di sampingnya menyahut.

Cewek itu mendelik. "Ngeri banget omongan lo."

Di sisi lain Erik yang berdiri di samping Daru memutarkan bola matanya. "Mana yang jadi petugasnya anak OSIS lagi. Mereka kalau nyanyi lagu daerah lama, sealbum! Semua mereka nyanyiin," keluhnya kesal mengingat bahwa anak OSIS itu selalu pamer kemampuan—bagi Erik.

Daru meliriknya. "Protesnya jangan sama gue."

"Si Ozra apa kabar di depan?" tanya Erik. Ozra setiap upacara memang selalu di bagian depan. Tingginya tidak pendek, tidak juga setinggi Daru dan Erik, namun katanya dia lebih nyaman di depan.

"Tau," jawab Daru acuh tak acuh.

Kepada bendera Sang Merah Putih hormat gerak!

Lalu seluruh peserta upacara pun mulai hormat menghadap ke arah bendera. Lagu Indonesia Raya pun mulai mengalun dinyanyikan oleh panduan suara dengan panduan dari dirigen.

Daru dengan mata menyipit dan tangan lesuh hormat menghadap bendera. Tepat saat itu ia melihat dibarisan khusus murid yang tidak memakai perlengkapan upacara dengan lengkap terdapat Sany. Di sekolah Daru, bagi siswa yang tidak memakai atribut lengkap saat upacara biasanya dikurangi poin dan disuruh sit up. 

Sany itu terlihat kepanasan dengan wajah mengernyit. Belum lagi dia terlihat nyentrik dengan jam tangan berwarna kuning dan jepitan yang ia pakai senada dengan jam tangannya.
Memangnya cewek itu nggak malu apa terlihat berbeda dari orang lain?
Tidak, urat malunya udah putus, Sob.

*****

Setelah upacara selesai barisan pun dibubarkan terkecuali murid yang terlambat dan tidak memakai atribut lengkap dikumpulkan di tengah lapangan untuk menerima hukuman. Daru bersama Erik dan Ozra segera kembali ke kelas untuk mengikuti jam pelajaran pertama, namun tertahan di pinggir lapangan ketika Bu Ghina guru Biologinya memanggil nama Daru.

"Iya Bu, ada apa?" tanya Daru sopan.

"Kelas kamu jam pelajaran pertama pelajaran Ibu, kan?"

"Iya, Bu."

"Satu jam ibu nggak bakalan masuk ada sesuatu yang harus ibu kerjakan. Nah, ibu mau minta tolong sama kamu, buat isi jam kosongnya kamu ambil buku paket di perpustakaan terus rangkum bab 5," tutur Bu Ghina.

"Oh iya, baik Bu." Daru tersenyum tipis. Erik dan Ozra di sampingnya sudah memasang wajah bahagia.

"Ya sudah kalau begitu, ibu pesan ke anak-anak jangan berisik. Terus kalau nggak ada yang ngerangkum bilangin nilai ulangannya nanti bakalan dikurangin."

"Oke, Bu."

Setelah itu Bu Ghina pergi dari tempat. Erik refleks meninju udara saking senangnya berbeda dengan Ozra yang hanya tersenyum lebar.

Hey, I Love You! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang