#55 HYOMIN

2.5K 211 3
                                    

Jika ditanya apa aku sedih atau tidak, jawabannya tentu saja iya. Aku sangat sedih karena aku harus kembali pulang ke Korea. Aku harus berjauhan lagi dengan Mingyu. Tapi aku tidak boleh egois. Aku juga harus memikirkan anak-anakku. Mereka harus sekolah.

Kemarin saat Mingyu menawari kami untuk tinggal disana, aku langsung berfikir keras. Sulit pastinya untuk memutuskan. Dua tahun bukanlah waktu yang sebentar. Itu artinya aku harus memindahkan sekolah Jisung dan juga Sora.

Setelah menempuh perjalanan yang sangan lama, akhirnya kami tiba di bandara Incheon. Saat kami keluar, ayah mertuaku sudah bersiap disana.

"Harabeoji" Sora berlari ke arahnya.

"Bagaimana disana? Apa menyenangkan?" tanyanya langsung.

"Tentu saja. Kami jalan-jalan bersama Appa disana" jawab Sora.

"Jisung-ah, apa kau senang?" tanyanya kali ini pada Jisung.

Ia mengangguk mengiyakan. "Kami ke aquarium yang besar sekali" jawabnya yang membuat kami terkekeh.

"Ayo ke mobil. Aku antar kalian pulang" katanya lagi.

"Maaf karena merepotkanmu ayah" kataku.

"Tak apa. Pekerjaanku di kantor juga tidak terlalu banyak" sahutnya.

Ayah mertuaku memanggil supir pribadinya untuk membantuku membawa barang-barang. Sepanjang perjalanan menuju rumah, Jisung dan Sora tertidur pulas. Aku yakin mereka pasti kelelahan.

"Bagaimana kabar Mingyu?" tanya ayah mertuaku.

"Baik ayah. Dia menitipkan salam untuk kalian" jawabku.

"Pasti dia senang bertemu dengan kalian kan? Dia sangat mencintai kalian. Dia selalu mengeluh padaku jika ia merindukan kalian. Ia terus memaksaku agar aku membujuk ayah Seungcheol untuk mengirimnya kembali ke Korea. Tapi kau tau sendiri kan? Mingyu itu sangat bertanggung jawab, jadi ia di percayakan memimpin perusahaan disana" katanya.

"Aku mengerti ayah"

"Kau tau? Saat ia meneleponku, ia selalu menangis saat bercerita tentang kalian. Ia sering merindukan kalian. Saat kubilang untuk menghubungimu, dia bilang dia takut menganggu tidur kalian"

"Benarkah? Mingyu tidak pernah menangis di depanku" kataku terkekeh.

"Ya, itu di depanmu. Dia akan berubah seratus delapan puluh derajat jika sedang bersama orangtuanya. Dia berubah menjadi anak yang manja. Sangat manja"

"Ayah, bolehkah aku bertanya pendapatmu?" tanyaku.

"Tentu. Apa itu?"

"Beberapa waktu lalu, Mingyu bercerita jika ia telah memenangkan proyek besar disana. Ia diberi sebuah rumah dan kontrak kerja yang lebih lama dari sebelumnya" aku berhenti sejenak.

"Maksudmu?"

"Dia menawari kami untuk pindah kesana hingga masa jabatannya selesai. Bagaimana menurut ayah? Haruskah aku menerimanya?"

"Aku tidak bisa memberikan jawaban tentang hal itu, Hyomin. Itu rumah tangga kalian. Aku tidak mau ikut campur. Tapi saranku, lebih baik kalian terus bersama-sama di tempat yang sama. Itu semua dilakukan agar tidak ada rasa kecurigaan di diri kalian masing-masing. Aku yakin selama ini pasti di antara kalian ada perasaan curiga satu sama lain kan?"

Aku terdiam karena pertanyaannya. Sejujurnya iya. Aku yakin disana banyak wanita yang menyukai Mingyu. Tubuhnya yang tinggi, wajah yang tampan itu membuat daya tarik dalam dirinya.

"Tapi itu semua kembali padamu. Aku tidak akan memaksa. Pikirkan juga mental anak-anakmu, Hyomin. Mereka pasti merindukan ayahnya. Begitu juga dengan Mingyu. Suami dan ayah mana yang tahan tinggal berjauhan dengannya? Aku saja masih suka merindukan Mingyu saat ia sudah menikah. Apalagi Mingyu, anak-anaknya masih kecil. Percaya atau tidak, anak-anaklah sumber energi yang di perlukan seorang ayah saat lelah bekerja" jelasnya.

Our Marriage Life (M.F.H season 2) → K.M.GDonde viven las historias. Descúbrelo ahora