#46 MINGYU

2.1K 203 13
                                    

Sungguh aku tidak bisa berkata-kata saat ini. Aku pusing. Aku seperti kehabisan akal. Sejak membaca surat itu, pikiranku seolah bercabang. Di satu sisi, aku gila jika mengabulkan permintaan bodoh Yuzu. Tapi di sisi lain, aku ingin sahabatku juga bahagia. Apa yang harus kulakukan?

"Gyu, ayo makan dulu" kata-kata Hyomin barusan membuat lamunan panjangku buyar.

"Ah iya. Sebentar sayang. Duluanlah ke meja makan. Nanti aku akan menyusul" kataku yang di akhiri dengan senyuman.

"Baiklah. Kutunggu di meja makan ya" katanya yang kuangguki.

Sesaat setelah memasukkan surat dan mematikan laptop, aku segera menyusul mereka ke meja makan.

Disana sudah ada Hyomin, Seokmin, Jisung dan juga Sora. Aku melihat Hyomin dengan telatennya mengambilkan nasi ke piring Seokmin yang membuatku semakin pusing. Haruskah aku merelakan istriku mengandung anak orang lain?

Aku menghampiri mereka dan duduk di samping Sora.

"Ada apa, Gyu? Kau tampak murung" kata Seokmin.

"Tidak. Aku hanya sedikit memikirkan tentang pekerjaanku saja" dustaku.

"Ah iya, besok sepertinya aku sudah harus pulang ke rumahku. Aku sudah tiga hari disini. Aku tidak mau merepotkan kalian" kata Seokmin.

"Kau ini bicara apa. Kau tidak merepotkan. Aku senang jika kau disini" kataku.

"Lagipula aku harus kembali bekerja kan. Tidak apa. Keadaanku sudah baik-baik saja" kata Seokmin yang di akhiri dengan senyuman.

"Kau yakin?" tanya Hyomin memastikan.

Seokmin yang duduk di sebelahnya mengangguk seraya tersenyum. "Aku baik-baik saja tidak perlu khawatir"

Aku seperti orang bodoh karena hanya diam saja melihat mereka seperti ini.

"Appa, apa nanti kau akan kembali lagi ke Kanada?" tanya Jisung padaku.

"Tentu saja sayang. Pekerjaan appa disana masih sangat banyak" jawabku.

"Kapan kau kembali kesana, appa?" tanya Sora.

"Mungkin lusa" jawabku.

"Ngomong-ngomong kau belum cerita tentang Kanada pada kami" kata Seokmin.

"Hmm... Baiklah, aku akan menceritakannya"

Dan kegiatan makan kami pun menjadi sangat lama karena aku bercerita tentang bagaimana aku bisa hidup disana. Dengan bercerita seperti itu, membuatku seakan melupakan masalah Yuzu sejenak. Tapi setelah di pikir, sepertinya aku harus memberikan jawabanku secepatnya pada mereka.

                                 .....

Tak terasa malam hari sudah menjelang. Seperti biasa sebelum tidur, Hyomin pasti mengecek kamar Jisung dan Sora. Memastikan mereka sudah tidur dan memakai selimut mereka.

"Mereka sudah tidur?" tanyaku saat Hyomin masuk ke kamar.

Dia mengangguk mengiyakan. Ia berbaring di sebelahku dan menghadap ke arahku. Kami saling berhadapan.

"Aku sangat merindukanmu" ucapku sembari merapikan rambutnya yang jatuh menutupi wajah cantiknya itu.

"Aku juga merindukanmu" sahutnya.

"Aku ingin bertanya padamu" kataku. "Jika ada sahabatmu meminta bantuan padamu, apa kau akan membantunya?" tanyaku.

Dia mengerutkan keningnya bingung. "Tentu saja. Kenapa tidak?" dia balik bertanya.

"Meskipun itu hal yang gila, bodoh, dan akan menyakiti hatimu?"

"Aku benar-benar tidak mengerti apa maksudmu. Ada apa?"

Aku tersenyum dan menggeleng. "Lupakan saja" kataku. "Ayo tidur, aku lelah sekali" sambungku dengan mengecup bibirnya sekilas.

Kalian jangan mengharapkan yang lebih dari itu. Mood-ku sedang tidak baik untuk melakukan 'itu' sekarang.

                                     .....

Pagi ini, setelah mengantar Jisung dan Sora kesekolah mereka, aku memutuskan untuk mengantar Seokmin untuk kembali kerumahnya.

Sesampainya disana, Seokmin tampak murung. Wajar memang. Ia baru saja di tinggal oleh istri tercintanya.

"Gwaenchana?" tanyaku.

Dia mengangguk mengiyakan. "Gwaenchana"

"Ayo masuk. Kubantu kau membersihkan rumahmu" ajakku yang di angguki olehnya.

Seokmin dan Yuzu termasuk pasangan yang sangat melengkapi. Tugas Yuzu di rumah setauku adalah membersihkan rumah. Dan tugas Seokmin adalah mengotori rumah. Saling melengkapi bukan?!

Saat kumasuki rumah ini, tidak ada yang berubah. Masih sama seperti dulu. Foto-foto, pajangan, sofa masih tertata rapi.

"Kau ingin minum apa?" tanya Seokmin.

"Tidak usah. Nanti jika haus, aku akan mengambil sendiri di dapur" jawabku.

"Baiklah. Aku ke kamar mandi dulu. Duduklah dulu" katanya yang kuangguki.

Aku duduk di sofa sembari melihat-lihat sekeliling rumah ini. Aku jadi membayangkan bagaimana rasanya tinggal seorang diri disini, tanpa pendamping di rumah yang lumayan besar. Pasti akan terasa sepi.

"Tidak usah mengasihaniku. Aku akan baik-baik saja. Jangan khawatir" kata Seokmin yang seolah tau apa yang sedang ada di pikiranku.

Aku hanya tersenyum.

"Bohong sebenarnya jika aku tidak kesepian. Aku yakin kau mengerti itu" aku mengangguk setuju dengannya. "Tapi jika di pikir lagi, aku senang karena akhirnya Yuzu tidak kesakitan lagi" sambungnya.

"Iya, kamu benar" sahutku.

"Yang aku sesali adalah aku tidak berada disampingnya saat ia sedang kesakitan. Bahkan saat ia di vonis kanker pun, aku tidak mengetahuinya" katanya.

"Kau tidak tau kalau dia sakit? Bagaimana bisa?" tanyaku.

"Dia menyembunyikannya. Aku baru tahu beberapa hari kebelakang ini. Aku memang suami yang bodoh, aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku, sampai-sampai aku tidak tau bagaimana kondisi istriku sendiri" katanya tertunduk.

"Heeyy, tidak usah disesali. Toh kau juga tidak main-main kan? Kau bekerja keras juga unyuk istrimu juga" kataku menepuk pundaknya.

"Kau tau apa permintaan terakhir Yuzu?" tanyanya yang membuatku terkejut.

Mungkinkah dia sudah tau apa permintaan Yuzu?

"Apa itu?" tanyaku pura-pura bodoh.

"Dia...............












Tbc.

Ihiy......... 😂😂😂

Tamatin ngga? 😂😂

Don't forget to follow my IG @MrsJeon1494 ya 😉

Our Marriage Life (M.F.H season 2) → K.M.GWhere stories live. Discover now