#25 MINGYU

2.8K 241 17
                                    

Bulan madu yang sempat kukatakan gagal total ternyata salah. Hyomin benar-benar memberiku balasan karena aku mengikuti maunya. Aku tau kalian ingin mengetahui apa balasan Hyomin padaku kan? Aku tidak akan memberitahunya hahaha.

Pagi ini aku terbangun karena bau wangi masakan dari arah dapur. Masih ingat bukan? Aku menyewa apartemen disini karena Hyomin ingin masak sendiri.

Aku menghampirinya dan memeluknya dari belakang. "Masak apa?"

"Tidak masak. Aku hanya sedang memanggang roti" jawabnya.

"Kau sudah mandi?" tanyaku kaget.

Dia mengangguk. "Tentu saja. Kenapa?"

"Kenapa mandi duluan? Kita kan tidak mandi bersama" rengekku.

Dia menepuk lenganku yang tengah melingkar di pinggangnya. "Masih pagi" aku terkekeh. "Mandi saja sana. Kau bau" katanya.

"Tapi suka bau badanku kan?" aku mencium pipinya.

Dia tersenyum. Astaga, senyumnya. Pagiku indah sekali.

"Ah iya, sepertinya kita harus mempercepat kepulangan kita ke Korea" kataku.

Dia menoleh ke arahku. "Kenapa?"

"Myungho memerlukan bantuanku disana. Jadi sepertinya, kita harus pulang malam ini"

Raut wajahnya berubah menjadi sedih. Tidak tega rasanya aku memutuskan untuk pulang. Tapi pekerjaan sangat menuntutku untuk segera pulang.

"Hey, jangan bersedih. Aku janji, aku akan mengajakmu kesini lagi. Dan nanti kita bawa juga Jisung dan Sora" ucapku yang di akhiri dengan senyum.

Dia mengangguk sembari tersenyum memaksa. "Baiklah. Kalau begitu, setelah sarapan, kita harus siap-siap pulang"

Aku mengangguk setuju. "Mianhae"

"Gwaenchana. Jika ini masalah pekerjaan, aku tidak apa-apa. Pekerjaan yang lebih penting"

Aku memeluknya. "Aku janji, kita akan kembali kesini lagi"

"Arraseo. Mandilah dulu, setelah itu kita sarapan" katanya yang kuangguki.

Setelah mandi dan sarapan, kami memutuskan untuk langsung berkemas untuk pulang malam ini juga.

"Kita belum membeli oleh-oleh untuk anak-anak. Bagaimana kalau kau membeli beberapa snack untuk mereka?" kata Hyomin.

Aku mengangguk setuju. "Ayo kita beli"

"Kau saja sendiri. Aku akan berkemas disini"

"Aku? Sendiri? Shireo" tolakku.

"Aku masih sibuk mengurus ini, Gyu. Di mohon kerjasamanya" lihatlah perkataanya sudah seperti diplomat yang sedang bicara.

"Baiklah, baiklah. Aku pergi dulu. Paling-paling, aku dibilang duda tampan karena berada di negeri orang tanpa seorang istri di sampingku" sindirku.

Dia terkekeh. "Jangan seperti anak kecil sayang. Sudah sana, hati-hati"

Aku terpaksa berjalan sendiri di keramaian ibu kota ini. Aneh rasanya, di saat orang lain berjalan bergandengan tangan dengan pasangannya, aku sendirian sambil memikirkan apa yang harus aku beli.

"Minggu -ya" aku menoleh ke sumber suara.

"Eoh, Yura -ya!" dia menghampiriku. "Kau disini?" tanyaku.

Dia mengangguk mengiyakan. "Aku sedang mengunjungi orangtuaku disini. Kau sendiri?"

"Aku ingin membeli sesuatu di supermarket" jawabku. "Ini siapa? Lucu sekali" kataku dengan memegang tangan anak yang tengah ada di kereta bayinya itu.

"Ini anakku. kim Sung Jae"

"Kau sudah menikah? Sejak kapan?"

"Sudah lama. Tapi suamiku meninggalkan ku begitu saja saat anakku lahir"

Aku mendelik kaget. "Maksudmu, kau merawatnya sendiri?"

Dia mengangguk.

"Kita duduk dulu. Kau bisa ceritakan semuanya padaku" aku meraih kereta bayi itu sembari menuntun Yura untuk duduk di sebuah bangku. "Bagaimana bisa?"

"Aku di hamili olehnya. Dia terus memaksamu untuk mengugurkan kandungan ini. Tentu saja aku tidak mau. Karena aku menginginkan anak itu. Dia pergi meninggalkan begitu saja. Yaaa, aku mau tidak mau mengurusnya sendiri"

"Kasihan anak ini. Pasti dia sangat merindukan kasih sayang ayahnya. Kalau begitu, anggaplah aku sebagai ayahnya" ucapku.

"Benarkah? Apa kau tidak keberatan?"

"Tentu saja tidak. Aku tidak mau ia tumbuh tanpa kasih sayang ayahnya"

Dia mengangguk setuju. "Gomawo"

Aku tersenyum. "Kapan kau pulang ke Korea?"

"Malam ini"

"Benarkah? Aku juga pulang malam ini. Sesampainya di korea, mainlah ke rumah ku" aku merogoh dompetku dan memberikan kartu namaku. "Ini alamatku. Kau bisa datang, kapanpun kau mau"

"Terimakasih, Gyu"

Aku mengangguk. "Kalau begitu aku duluan ya. Aku harus buru-buru karena aku belum bersiap"

"Baiklah. Hati-hati"

"Annyeong SungJae. Sampai ketemu lagi" pamitku sebelum benar-benar pergi.

                                         ......

Tak terasa perjalanan pulang ke Korea tidak begitu melelahkan bagiku. Mungkin karena aku sudah sangat rindu dengan anak-anakku. Aku sengaja memilih penerbangan malam karena aku ingin saat kembali ke Korea, masih di siang hari. Jadi aku bisa main dengan anak-anakku.

Kami di jemput oleh supir kantor yang sengaja di perintahkan oleh Seungcheol hyung. Ayah ibuku tidak bisa menjemput kami karena harus mengantar anak-anak sekolah.

Kami memutuskan untuk langsung menjemput mereka disekolah. Kami ingin memberi kejutan untuk mereka.

"Oppa, itu eomma dan appa" kudengar suara Sora dari kejauhan. Mereka langsung berlari menghampiri kami.

"Appa, kenapa lama sekali?" tanya Sora saat berada di gendonganku.

"Mianhae. Ah iya, kami punya banyak oleh-oleh buat kalian"

"Benarkah?" tanya Jisung yang kuangguki. "Ayo cepat kita pulang, eomma" Jisung menarik tangan Hyomin agar mengikutinya.

Begitulah Jisung, jika tentang mainan, ia sangat antusias. Dia bisa melupakan segalanya jika sedang bermain. Mungkin sifat Wonwoo hyung menurun ke diri Jisung.



Tbc.

Astaga, aku ngetik apa sih ini? Hahahaha maafkan ke ga jelas an ini yaaa....

Our Marriage Life (M.F.H season 2) → K.M.GWhere stories live. Discover now