"Kau sebenarnya kenapa, Ji-ah? Wajahmu bukannya membaik malah tambah pucat." jelas Bomi, alisnya bertemu menjadi satu. Gadis itu menghela nafas, "apa ini menyangkut Chanyeol?"

Eunji langsung menghela nafas mendengar nama suaminya disebut. Dia sedikit kesal harus memikirkan nama itu terus. Hembusan nafas Eunji yang terdengar berat menjawab pertanyaan Bomi tadi. Ia tak pernah lupa fakta bahwa belakangan ini Eunji sering mengeluh mengenai rumah tangganya. Jadi, tebakan Bomi bisa tepat sasaran.

"Kau tahu, aku tidak suka melihatmu seperti ini. Setelah menikah dengan Chanyeol kau jadi berbeda, tidak seceria Eunji yang dulu. Entah ini perasaanku saja atau memang begitu adanya."

Eunji diam. Matanya tak fokus. Pikirannya melayang-layang jauh. Tanpa gadis itu sadari sebelah matanya berair, terasa hangat. Dia terlalu sering menangis setelah bertemu Chanyeol.

Bomi memegang tangan Eunji, "hey, kau baik-baik saja? Apa kalimatku membuatmu sedih? Maafkan aku."

Eunji menggeleng lemah. Tangan lentiknya bergerak mengusap ujung mata yang tiba-tiba mengeluarkan cairan bening tanpa instruksi, "aku hanya lelah, Bom-ah. Kurasa rumah tanggaku dalam bahaya. Aku tidak tahu apakah aku mampu melewatinya, begini saja aku sudah lelah." ucap gadis itu pelan layaknya bergumam, nyaris tak terdengar. Bomi yang asal-muasalnya memang kadang dipanggil 'conge' itu pun tentu tak dapat menangkap semua kalimat mendalam teman seperjuangannya.

Dua puluh menit berlalu dihabiskan Bomi memandangi Eunji yang tengah terpejam. Bomi menyuruh gadis itu tidur. Dia juga sudah berjanji akan meninggalkan apartemen Eunji setelah memastikannya tertidur. Aslinya Bomi ingin menginap tapi Eunji bersikeras memaksanya pulang. Dia lagi-lagi mengaku tak mau merepotkan orang lain. Padahal Bomi merasa dirinya bukan orang lain, Eunji sudah seperti saudaranya sendiri.

Bomi mengambil tasnya setelah merapikan selimut yang dikenakan Eunji. Ia bersiap kembali ke rumahnya.

Tepat setelah pintu kamar tertutup. Eunji membuka mata. Dia sama sekali tak tidur. Bagaimana mungkin dia bisa tidur sedangkan hatinya tengah berkecamuk. Eunji merutuki dirinya sendiri. Mungkin karena dia tak pernah berpacaran sebelumnya, baru merasakan namanya cinta dari Chanyeol...

...Wajarkah itu menjadi alasan mengapa Eunji sangat mudah rapuh dan merasa tak sanggup menghadapi sikap Chanyeol?

Sekali lagi aliran bening yang menandakan kelemahan bagi Eunji keluar tanpa persetujuan. Tak sama seperti sebelumnya, kini Eunji menangis tersedu-sedu. Percuma dia menutupi mengenai perasaannya, mata Eunji tak pernah bisa berbohong. Dia sakit.

Park Chanyeol.

Satu nama yang terus berputar, menghantam setiap sisi kepala Eunji dengan bermacam kesimpulan, mulai dari yang postitif, negatif, hingga paling negatif dari yang negatif.

.

.

.

Tiga hari yang penuh dengan siksaan bagi Chanyeol akhirnya berakhir. Pria tampan dengan postur tubuh bak model tersebut tersenyum tipis selama perjalanan pulang menggunakan mobil kakak tingkatnya, Wu Yifan. Wajahnya masih babak belur, belum sembuh membuat pria itu sulit mengekspresikan dengan lebih baik rasa bahagianya. Harusnya sekarang dia tersenyum lebar, mengalahkan mentari pagi. Tak ada yang lebih baik dari ini menurut Chanyeol. Ia meninggalkan perkemahan bodoh tiga harinya, dan kembali ke apartemen. Mendaki bukan gaya Chanyeol, jangan harap dia mau melakukannya lagi.

DESTINO, YES SILBATOS 『✓』Where stories live. Discover now