"Masih inget mas Rahman, kan, Ran?"

Rania hanya menatap lekat ke arah pria yang ia taksir seumuran abangnya ini. Mencoba menggali ingatannya kembali.

Ah, Rania ingat. Lelaki inilah yang menjadi wali nikah Eliya dengan Rajendra dulu.

Sudah berapa tahun ia tak bertemu pria matang di depannya ini. Mungkin ada sekitar sepuluh tahun atau lebih.

Rania membisu melihat interaksi kedua orang di depannya yang kini sudah beralih duduk di sofa ruang tamu.

Rahman yang dulu, tak seperti sekarang.

Kalau dulu Rahman hanya seorang mahasiswa dengan modal pas-pasan. Kini pria itu menjelma sebagai lelaki parlente dengan setelan jas mahal, layaknya Rajendra.

Ternyata waktu bisa merubah siapapun, tak terkecuali pria ini.

Dari tatapan mata Rahman, jelas sekali terlihat kerinduan dan cinta yang teramat sangat untuk Eliya. Setidaknya itu yang Rania lihat.

Yang Rania tahu, lelaki bernama Rahman ini adalah kakak sepupu dari pihak ayah Eliya. Namun pancaran mata itu tak menunjukkan status saudara sepupu antara mereka. Atau hanya Rahman saja yang mampu.

Ah, sudah lah. Ngapain ngurusin hal beginian. Udah telat kerja juga.

Rania mengutuki pikiran buruk tentang lelaki itu, dan memilih berpamitan dengan Eliya dan Rahman.

Biar saja mereka mau ngapain, toh mereka sodaraan.
.
.
.
Rajendra menarik tuas perseneling, kemudian melepas seatbelt yang mengekang tubuh jangkungnya.

Atas keinginan maminya, Rajendra terpaksa mengantar dan menemani Sarma untuk berkunjung ke panti asuhan.

Sejujurnya ia tak keberatan berkunjung ke panti asuhan, hanya saja ... ia sedikit membatasi interaksi dengan Sarma. Meski ia tahu, bahwa ini salah satu trik maminya untuk mendekatkan mereka.

Rajendra sebenarnya enggan untuk mengiyakan usul Monik agar menikah lagi, apalagi dengan pilihan maminya itu.

Ia masih belum ingin memulai kehidupan rumah tangga lagi. Ia masih ... ah, sudahlah.

Rajendra mengekori langkah Sarma yang kini sudah menjauh memasuki rumah panti asuhan tersebut. Meninggalkan Rajendra dengan beberapa kantong plastik besar berisi mainan.

Seperti kata Monik. Jika Sarma adalah perempuan yang dermawan, setiap bulan ia akan berkunjung ke panti asuhan ini untuk menemani anak-anak penghuni panti asuhan ini. Selain membawakan makanan dan camilan, Sarma juga menyiapkan mainan yang sudah ia beli khusus untuk mereka.

Sedikit kepayahan Rajendra jika harus membawanya secara langsung. Dari segi berat sebenarnya bisa dibilang ringan, bagi ukuran lelaki sekekar Rajendra. Hanya saja banyaknya isi dalam kantong plastik tersebut membuatnya mengembung tanpa bisa disiasati lagi.

"Aku bantu ya, Om!" Sebuah suara anak perempuan yang langsung mengambil alih kantong plastik dari tangan Rajendra. Membuat si pemegang terdahulu hanya bisa diam mematung.

"Yuk, bantuin Omnya bawain kantong plastik ini." Lagi-lagi ucapan anak perempuan itu mampu menggerakkan beberapa anak lelaki yang tadinya sedang asyik bermain, ikutan membantu si gadis cilik itu.

Rajendra yang tak sempat melihat wajah gadis cilik itu, hanya bisa memandang punggung kecil tersebut yang sudah menjauh memasuki rumah.

Rajendra sendiri tak tahu apa yang terjadi, namun suara gadis cilik yang memakai kaos merah muda dipadu dengan celana jins selulut terdrngar merdu di telinga Rajendra.

Mantan Suami - Tamat  (HAPUS SEBAGIAN) Where stories live. Discover now