Bagian empatbelas

Depuis le début
                                    

"Ih bangun. Abang belum makan dari semalem, makan dulu abis itu boleh istirahat lagi!" bujuknya dengan terus menggoncangkan tubuh Januari.

Januari membuka matanya dan berdeham pelan.

"Luka dimulut gue masih sakit, ntar juga gue makan. Udah sana berangkat sekolah." ucapnya dengan suara yang masih serak.

"Yauda janji dimakan ya?"

"Hm."

Januari kembali terlelap dan tak memperdulikan apa yang akan diucapkan Juni lagi.

"Neng, ada yang nunggu tuh didepan." ucap bi Acih yang tiba-tiba berdiri diambang pintu kamar.

Juni mengernyit bingung, "siapa bi?"

"Katanya sih mau jemput eneng buat berangkat bareng," jawab bi Acih.

'Siapa? Apa Saskia? Setau gue Saskia belum tau rumah gue. Atau--'

"Cewek atau cowok bi?" tanya Januari yang tiba-tiba membuka suara dan sontak Juni dan bi Acih pun melihat kearahnya.

"Cowok," jawab bi Acih.

Pandangan Januari langsung beralih pada Juni yang seketika kaku ditempat.

"Cowok lo?"

"Hah?! Bukan!" jawab Juni cepat.

Januari diam beberapa saat, "Yauda sonoh berangkat, ngapain masih dikamar gue? Ntar telat adikku sayang!"

"Yauda gue berangkat ya bang. Jangan lupa dimakan makanannya." Ucap Juni yang kemudian langsung mencium pipi Januari. Kebiasaannya.

"Jaga diri lo," pesan Januari dan diacungkan jempol dari Juni yang segera keluar dari kamarnya.

Juni menutup kembali pintu kamar Januari dan berjalan menuruni tangga seraya memikirkan siapa yang ada didepan rumahnya kini.

'Jadi dia beneran jemput gue? Niat banget tuh cowok. Tapi males juga sih kalo sama dia kan bawaannya gue kesel mulu. Tapi terkadang dia suka bikin gue keki sendiri sih.'

Seketika Juni menggeleng tanpa sadar. "No, stop. Gue ngawur."

Sesampainya di halaman rumah, benar saja Senio sudah bertengger dimotornya dengan memakai hoodie berwarna hitam yang menutupi seragamnya meskipun terlihat bagian ujung seragamnya yang tidak dimasukkan kedalam celana.

Senio tidak menyadari keberadaan Juni yang berjalan mendekatinya. Ia sibuk menyisir rambutnya dengan jari. Juni sempat terpaku sejenak saat melihat penampilan Senio ditambah saat Senio sedang menyisir rambutnya kebelakang.

Jujur baru pertama kali ini Juni melihat seorang cowok yang sedang menunggunya dan bertengger dimotor besar. Emang ia akui Senio memang terlihat tampan disisi lain, namun di sisi yang lainnya Senio sangat menyebalkan.

"Khem," deham Juni hingga membuat Senio menatap kearahnya.

"Hai adik kelas cantik!" sapa Senio dengan senyuman yang merekah.

"Ngapain lo disini?" tanyanya ketus.

"Mau jemput kamulah."

Juni mendengus, "gue gak mau. Mau naik angkot aja!"

My Senior (Senior Series 1)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant