64. Late night drama

227 23 0
                                    

64 late night drama

Pasangan didepan kami, Garra dan pacar barunya.

"jujur ke dia?" Jedi mengangguk. "gak ah."

"kenapa?"

"gak aja." dia bertanya kenapa tapi aku Cuma tertawa dan menariknya kedepan. Bergabung pada kerumunan yang sekarang sedang mendoakan si dokter biar habis ini bisa jadi dokter yang lebih perkasa. Gak Cuma ngobatin pasien tapi juga cari pacar.

"oke, ini kado dari aku." Aku menyeret kado yang dari tadi kutinggal di dapur. Menghenyakkannya kepelukan si dokter.

"boneka beruang?" dia menebak dari telinga si boneka yang mencuat.

"iyaps! Aku pengen kamu ingat terus sama cewek cantik ini setiap lihat bonekanya."

Aku memberinya boneka beruang berukuran sedang. Putri dan lain memberinya baju, topi, hingga sandal jepit.

Acara kado-kadoan itu tak lama. Kemudian dilanjutkan dengan potong kue. Aku sebenarnya bingung mengklasifikasikan ini sebagai acara perpisahan atau ulang tahun, tapi ya sudahlah. Yang penting semua senang.

Mereka bergantian bernyanyi ini itu dan aku disudut bersama makanan. Anak kosan menjauhiku dan anak futsal tak pernah benar-benar berani mengajakku bicara. Tapi tentu saja selalu ada pengecualian.

"hai Me. Looooong time no see. I miss you." Aku memandanginya tanpa berkedip. Sebenarnya cukup heran kenapa dia tak menyapaku dari tadi.

"Piko."

"Pe I Ka O. Pi," dia terdiam. "tunggu, kamu barusan panggil aku apa?"

"Piko." Jawabku sambil mengunyah. Dia maju selangkah agar lebih dekat dan meyakinkan diri kalau tak salah dengar. Benar, aku baru saja menyebut namanya sesuai dengan apa yang tertulis di akte kelahiran.

"Oh begitu. Kamu mesti dibikin kangen dulu baru mau nyebut nama aku sesuai ejaan?" dia tersenyum sangat lebar. Tadinya terlihat sangat hati-hati menyapaku. Sepertinya sekarang dia lupa sama sekali. Dengan seenaknya, memajang muka anehnya didepanku.

"Piko." Ulangku lagi sambil kembali memasukkan chiki.

"oke. Gak perlu disebut terus juga."

"Piko. Piko. Piko."

"gak lucu Me."

Aku minum. Setelah itu, "Pikopikopikopiko."

"Me!"

"kopi," Dia berjengit kesal. "Ko.Piko." dia berniat menyumpal mulutku dengan semangka. Ngakak, aku menghindarinya dengan cepat. "makanya, jangan sok kegeeran dikangenin."

Dia memutar bola matanya sebelum mengekoriku duduk. Aku bersama satu toples kacang polong. Dengan cepat dia bertanya kabarku. Biarpun sepertinya dia tahu, aku dengan sabar menjawabnya. Sampai dia akhirnya berhenti bicara dan memandangku curiga. Kenapa aku jadi baik. Dia sudah menyiapkan banyak makian belaan persiapan kalau aku memakinya.

"aku kadang-kadang baik. Kadang tapi. Dapat lokasi KKN dimana?"

"sumpah Me. Jangan sok baik, aku merinding. Nih lihat. Aku merinding." Dia menunjukkan lengannya yang aku yakin, tidak merinding. "jangan tiba-tiba ganti kepribadian."

"tuh kan. Ramah salah. Jahat salah. Kamu pilih satu, mau dibaikin apa dijahatin?" Piko memakiku dengan semburan tentang mana ada orang minta dijahati. "lah itu kamu barusan, minta dijahati. Kamu tahu kan kalau aku bisa benaran jahat."

Dengan serius aku bilang kalau aku pernah membunuh teman sekelasku waktu SD. Aku memutilasinya dan membawa potongan kepala itu ke warung sambil beli es. Dia menyimakku tak kalah serius dan baru ditengah cerita sadar kalau aku bohong. Setelah itu kami bertukar cerita tentang rencana KKN. Kami berbeda lokasi dan aku sangat beterima kasih tentu saja.

That time when we're together (completed)Where stories live. Discover now