15. Another stupid people

259 21 2
                                    

Cih. Berani-beraninya mereka melakukan ini padaku. Aku mungkin sudah melakukan dosa sangat besar dikehidupanku sebelumnya karena harus melewati semua ini. Apa coba hal buruk yang kulakukan hingga pantas mendapat semua hinaan ini?

Jadi, saking tak konsentrasinya, aku Cuma berdiri didepan lemari pendingin, menatap bayanganku. Memaki semua anak kosan sambil memandangi jejeran softdrink yang ada didalamnya. Perlu tepukan pelan dibahuku agar aku sadar dan berhenti mematung.

"mau beli minuman mbak?"

"mau beli gajah." Jawabku sambil membuka pintu lemari dan mengambil 1 kopi dan 1 teh botol sebelum memandangi yang menyapaku. "apa mungkin kesini kalau mau beli gajah?" tak bisakah orang basa-basi yang lebih masuk akal atau lebih tepatnya, diam saja dari pada bicara omong kosong.

 "apa mungkin kesini kalau mau beli gajah?" tak bisakah orang basa-basi yang lebih masuk akal atau lebih tepatnya, diam saja dari pada bicara omong kosong

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Berbalik, aku bertemu pandang dengan pino.

"Piko. Pe i ka o. Piko." Dia sok memijit kening saat aku salah menyebut namanya. Cuma salah satu huruf, aku tak yakin akan berdampak serius. kenapa dia ada disini? dan kenapa, dia sok menyapaku.

Tak menjawab, aku hanya mengangkat bahu dan membayar minumanku. Menunggu kembalian. Diam saja sadar kalau si Pino ini. atau Pimo, tak berpindah dari tempatnya berdiri. Aku memandang kekiri dan kekanan dan yakin aku tak menghalangi jalannya kemanapun. Tak tahan, akupun menengok. Sebelah alisku terangkat yang kira-kira berarti, apa dia masih ada urusan denganku?

"kamu gak pake celana?" Mata besarnya membuatnya kaget.

Aku, nyaris menjatuhkan minuman yang kupegang mendengar pertanyaannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku, nyaris menjatuhkan minuman yang kupegang mendengar pertanyaannya. Cowok ini! Melihat mataku yang melotot, dia tertawa. tentu saja aku memakai celana tapi aku tak punya alasan untuk memberi penjelasan.

Jadi, aku nyaris merebut uang kembalian dari penjaga warung. Menurunkan topi jaket besarku sampai menutupi muka.Bberbalik meninggalkannya begitu saja sampai aku melihat kalau ada orang yang duduk di ujung kursi. Berusaha menahan tawa tapi gagal.

Seharusnya aku tahu. Dimana ada Pino, sepertinya ada Garra. Si sombong Garra. Mungkin karena efek mendengar namanya hampir semingguan ini, aku tak bisa tak berhenti. Di kepalaku penuh dengan keinginan untuk menimpuknya dengan teh botol karena botol kopi instant ku jelas tak akan benar-benar sakit.

That time when we're together (completed)Where stories live. Discover now