16. Good job!

245 19 0
                                    


Aku tak bisa menutupi betapa inginnya aku membunuh seseorang jadi hal paling hebat yang bisa kulakukan adalah kabur lebih cepat sangat cepat di pagi seninnya demi tak melihat anak kosanku. Karena mereka, aku perlu memberi penjelasan pada Garra. Dan kalian tahu, dipenjelasan panjangku yang begitu murah hati, cowok itu Cuma membacanya tanpa membalas satu katapun.

"kalau bukan karena udah kenal kamu, aku bakal duga kamu pengen pelet Garra." Hapeku lepas ditarik. Farhan memandangi dp bbm yang sedang kupandangi. Benar. Foto Garra. Aku memplototinya sepenuh hati.

Sendirian di kelas kosong karena datang kepagian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sendirian di kelas kosong karena datang kepagian. Aku yakin ini karena teriakan Putri lah Farhan menjadi orang pertama yang kutemui pagi ini. Dia memerintahkan pacarnya itu berangkat segera karena takut aku melakukan sesuatu pada Garra.

Heran. Bagaimana bisa dia mencemaskan hidup orang lain disaat hidupnya sendiri jelas sedang di ambang sakaratul maut. Aku berniat membunuhnya dengan racun tikus sore ini. Bisa kulihat aku membeli racun itu di mini market.

"gak ada racun tikus di mini market."

"kok bisa?!" aku berbalik terlalu cepat. Kenapa bisa tak ada racun tikus di mini market. "terus dimana yang jual?"

Cowok tengil itu tertawa sambil melempar hapeku. Aku menangkapnya dengan cepat. Melihat kalau dia baru saja mengirim bbm pada Garra. Meminta cowok itu menjemputnya untuk tanding futsal entar sore.

"kenapa gak pake hape sendiriiiiiii!!" dan disanalah kesabaranku habis.

Aku memukul pacar Putri itu dengan buas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku memukul pacar Putri itu dengan buas. Dia berlari cepat menghindar dan anak kelasku yang mulai datang berdiri saja di depan kelas. Bertanya, kenapa lagi Farhan. Seperti, apa cowok ini pernah tidak melakukan kesalahan?!

"berani-beraninya! Kamu sama Putri, sama aja. Sama-sama gak tahu diri!" mereka perlu mati bersama atas nama dendamku.

Tentu saja, diantara semua orang, yang menyela pertengkaran kami adalah Jedi. Dia menangkapku yang baru saja akan melayangkan buku tebal yang kusambar kepunyaan entah siapa teman sekelasku yang berdiri tak jauh.

"Meme!" dia menangkap tanganku dari belakang, Farhan langsung berhenti dan tertawa. Dia pikir ini selesai? Saat itu juga sikut tajamku menghantam rusuk Jedi. Tangannya terlepas dan teriakannya berbarengan dengan buku tebal yang menghantam muka tertawa Farhan.

Beberapa orang memberikanku tepuk tangan dengan aku yang mengangguk-angguk bangga sambil melambai senang.

"kamu gak takut kalau ini aku bocorin ke Jedi?" ucap Farhan sambil meringis. Dia memunggut buku Lia dan mengembalikannya. Aku yang baru saja akan meninggalkan arena gulat jadi berhenti. Beraninya dia! Melihat tatapanku, senyum Farhan terkembang. Lebih mengembang lagi saat Jedi yang disebelahku bertanya, ada apa?

Seringai Farhan benar-benar membuatku menyesal hanya melemparnya dengan buku. Dia patut dilempar dengan kursi! Alisnya naik turun menantangku. Saat mulutnya terbuka, aku membuka mulut lebih dulu.

"aku naksir Garra. Gak masalah kan?" mungkin setelah sekian lama, atau mungkin Cuma baru beberapa saat, aku memandang wajah Jedi tanpa dengan sengaja bergeser beberapa derajat. Aku melihatnya tepat dimata sambil tersenyum semanis mungkin. Biarpun habis berperang, aku tahu aku tetap terlihat sangat cantik. Aku hanya, benar-benar cantik.

Aku mengangkat tanganku menutup mulut Jedi sebelum dia bicara. Aku hanya tahu dia tahu apa yang kupikirkan. Terkadang, cowok ini Cuma begitu pintar dalam menebak. Terlalu banyak pengalaman dimana dia menangkap semua hal memalukan yang kupikirkan.

 Terlalu banyak pengalaman dimana dia menangkap semua hal memalukan yang kupikirkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"diem." Perintahku. Dia mengangguk sambil menurunkan tanganku. Namun, sebelah tangan lain sudah menangkap leherku. "lepas!" bisikku gemas.

"jed, dia selingkuh." Telunjuk Farhan menempel di pipiku. Mendorong mukaku agar menghadap Jedi.

Aku menyikutnya dengan semua kekuatan yang kudapat dari nasi uduk pagi ini lalu menginjak kakinya dengan wedges tinggiku. Raungan Farhan membuat semua orang menengok sekarang.

"minggir. Sebelum kamu aku cabik-cabik." Hardikku sambil menabrak Farhan yang meringis. Melesat kembali ketempat dudukku tadinya sambil berterima kasih sekeras mungkin pada Lia yang sudah meminjamkan bukunya. Buku itu sudah sangat berjasa pagi ini. "besok-besok bawa yang lebih tebal lagi." Lia mengacungkan jempol. Lihat? Farhan itu memang punya tampang yang menyebalkan.

Aku menjalani kuliah dengan perasaan benar-bernar lega untuk pertama kalinya. Entah untuk alasan apa. Oke, menghantam muka Farhan jelas salah satunya. Tapi, fakta aku bisa berbicara dengan benar didepan Jedi juga faktor pendukung.

Ya ampun. Bumi akan mengorbit bulan kalau orang tahu betapa susahnya bagiku untuk berlaku biasa saja didepannya. Hari ini, aku melakukannya dengan sangat baik. Good job Mecca. Kamu berhak beli ayam bakar nanti sore. Apa? Mau sate kambing juga? Oke, sate kambing juga boleh. Saking bahagianya, Lia bilang aku terlihat agak sedikit aneh karena terlalu banyak tersenyum.

"ini namanya, jatuh cinta beb." Jawabku mantap saat kuliah berakhir. Farhan yang duduk tepat didepanku memberikan suara muntah yang terdengar hingga mars. Dia hanya perlu memberiku alasan untuk menghantamkan sesuatu ke kepalanya.

***

That time when we're together (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang