55. A Flirting game

223 20 0
                                    


55 a flirting game

Sambil menyeruput teh botol, aku pulang berjalan kaki. Hari ini Putri meminjam motorku karena dia mesti sibuk bolak balik sana sini bimbingan. Jalanan kampus sore begitu lenggang. Bersama 3 anak kelasku lainnya, kami pulang berbarengan. Sampai akhirnya berpisah di jalan raya. Di depan aku melihat Kayla yang berjalan bergandeng bersama Vina. Tanpa memanggil, aku Cuma mengikuti mereka dari belakang. Dua anak itu dari MM.

Perjalanan mereka sepertinya benar-benar riang karena tawanya terdengar seratus meter kebelakang. Saking fokusnya, aku butuh beberapa saat menyadari kalau cowok yang berjalan tak jauh dibelakang mereka punya hape yang terangkat merekam video 2 gadis itu.

Mungkin aku salah.

Namun saat berhasil mendekat, aku akhirnya dapat melihat kalau dia memang merekam Vina dan Kayla. Stalker? Bagaimana mungkin 2 gadis itu bisa punya stalker? Mereka tipe yang bakal menjadi penguntit, bukan sebaliknya.

Dia sangat focus. Tak menyadari meski aku sudah tepat dibelakangnya.

Begitu tiba diwarteg yang berada disebelah kosan, aku berteriak sekencang mungkin.

"COPET!!" dengan begitu aku menghantamkan tasku ke kepala cowok itu. Dia kaget. Vina dan Kayla kaget. Semua orang yang sedang makan di warteg kaget. Sekejap, cowok itu dihampiri massa.

"seriusan?! Dia copet kamu?!"

Sebentar saja kami hampir menonton acara main hakim sendiri. Tapi aku menyela mereka setelah beberapa kali gebukan. Dia sudah terlihat sangat ketakutan. Berteriak minta diselamatkan dan memberi penjelasan dalam satu tarikan nafas sebelum kembali digebuki.

"apa yang diambil me?" tanya abang sebelah kosan. Nafasnya tersenggal, jelas emosi. Terlihat rela melakukan apapun untukku padahal aku bahkan tak ingat namanya.

"cowo ini...

"Ahmad!" ini suara Vina dan Kayla.

"ahmad?" ini suaraku.

"ahmad?" ini abang sebelah kosan.

***

Ini canggung.

"mana aku tahu kalau dia naksir put. Jelas-jelas dia stalking." Aku membalik halaman buku yang kubaca dan Putri menyikut tulang rusukku. Hish!

Bianca menghela nafas dan menaruh pelan hape si cowok yang menurut Vina dan Kayla bernama Ahmad. Aku belum bertanya apa sekedar Ahmad atau mungkin ada Dhani dibelakangnya. Dia terlihat terlalu cemen untuk punya nama lengkap Ahmad Dhani. Lihat sekarang. Memegangi kompresan yang diberi Vina, dia Cuma duduk gemetaran dibawah pandangan ingin tahu kami. Atau, pandangan tak percaya kami kalau ada yang akan menguntit Vina demi membuat Video singkat cewek itu sebagai persiapan nembak. Aku menyebutnya cemen yang lain menyebutnya romantic.

Berhasil diketahui, dia orang yang selalu meninggalkan buket bunga didepan pintu kosan tanpa punya tujuan untuk siapa. Ada 6 orang berjenis kelamin cewek disini dan Bianca selalu mengatakan itu untuknya meski semua orang setuju kemungkinan besar untukku. Siapa saja selain untuk Vina.

Siapa sangka, itu memang untuk Vina. Anak sipil yang keman-mana bawa tabung dan tampangnya bohemian setiap hari kecuali kalau mau ketemuan sama cowok dan itupun pinjam baju Bianca. Cowok itu menyukainya diam-diam sejak mereka di pengajian yang sama. Sekitar 2 tahun terakhir. Semua orang kaget mendengarnya.

"kamu ikut pengajian?!"

"bukan pengajiannya kak. Jadi secret admirer 2 tahunnya yang bikin kaget." Ningrum memberiku pandangan menyela.

That time when we're together (completed)Where stories live. Discover now