28

179 15 8
                                    


Typo bertebaran 😅

Happy reading 😘
.

.

.



Naya merebahkan diri ke ranjang queen size miliknya. Hari ini cukup melelahkan untuknya, tugas sebagai sekretaris kelas cukup membuatnya pusing kali ini.

Naya merogoh tas nya, ponselnya sedari tadi berbunyi. Bibirnya melengkungkan senyuman saat melihat siapa yang menelpon.

"Assalamualaikum pa.."

"Waalaikumsalam nay. Gimana kabar kamu? Baik-baik aja kan? Sekolah kamu gimana?"

Naya mengubah posisinya menjadi bersandar di kepala ranjang "Alhamdulillah Naya sehat kok pa, sekolah juga lancar. Papa gimana kabar?"

Terdengar helaan nafas lega disana "papa juga sehat kok nay. Oiya, papa baru transfer lagi uang jajan kamu ya Nay."

Naya menghela nafasnya "pa, uang tabungan Naya masih cukup kok. Uang yang papa tranfser kemarin aja ga Naya pake"

"Gakpapa sayang, siapa tau kamu banyak keperluan. Nay, papa harus meeting, papa telpon lagi nanti ya sayang. Maafin papa juga belum bisa pulang ya. Kamu jaga diri baik-baik, jangan berantem Ama Karel ya. Assalamualaikum"

"Wa-"

Tuut

Naya menatap layar ponselnya sambil tersenyum miris, belum sempat dia menjawab, sang papa sudah mematikan telponnya. Sejujurnya dia sangat merindukan papa nya.

Dia kesepian dirumah, dia tidak butuh uang. Dia hanya butuh papa nya untuk menemani nya. Tapi mau gimana lagi? Papa nya bekerja demi keluarga nya juga, jadi Naya tidak bisa berbuat apapun.

Naya meletakkan ponselnya di meja nakas, dia beranjak dari tempat tidur untuk membersihkan dirinya. Berendam air hangat mungkin akan mengurangi lelahnya hari ini.

.

.

"Ram, jangan liatin aku terus" ucap Aira sambil menutup wajahnya yang mulai memerah. Pasalnya Rama tidak berhenti menatapnya sedari tadi.

Rama tidak mengindahkan ucapan Aira, dia masih sibuk memandangi Aira seolah tidak ada hari esok.

"Rama ih..." Aira menutup mata Rama agar tidak melihatnya lagi.

Rama menjauhkan tangan Aira sambil terkekeh pelan. Aira terlihat begitu menggemaskan dengan wajah yang memerah.

"Emang salah ya kalo aku liatin pacar sendiri?" Goda Rama sambil menaikan alisnya.

Aira menggaruk tengkuknya "ya.. enggak sih, tapi kan aku jadi salting"

"Cieee salting cieee" goda Rama lagi, tak ayal wajah Aira semakin memerah.

Rama mencubit pelan pipi gembul Aira, kemudian tertawa. "Lucu banget sih kalo lagi salting"

Aira menepis pelan tangan Rama yang mencubit pipinya. "Udah ah, ayo pesen makanan, aku laper" protes Aira.

Rama kembali terkekeh "iya iyaa, pesen deh apa yang kamu mau. Jangan lupa buat mama juga dipesenin" ucap Rama sambil membolak-balik buku menu.

Aira mengulum bibir nya menahan senyum, dia beruntung memiliki Rama. Rama tidak hanya menyayanginya tetapi juga keluarga nya.

Rama begitu peduli dengan keluarganya, sekali waktu Rama pernah mengantar mama Aira kerumah sakit untuk check-up. Aira tidak pernah menyesal menerima Rama, sosok Rama perlahan menggantikan posisi seorang ayah dikeluarga Aira. Rama selalu bersama Aira kapanpun dan bagaimanapun kondisi Aira.

When I Met YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang