RT 21

152 16 0
                                    

Changsub sudah berada di tepi sungai Han. Mereka memilih untuk menggelar tenda di tepi sungai. Keindahan air yang tenang dan terasa damai sekali. Ini salah satu keromantisan mereka berdua. Terdiam di bawah tenda, dengan genggaman tangan yang kuat seolah tidak bisa dipisahkan oleh siapapun. Hanya seperti ini saja, Changsub sudah merasa bahagia yang teramat sangat.

"Kita hanya akan diam-diam seperti ini terus?" tanya Chorong. Changsub tertawa dengan pelan. Wanitanya mulai lagi bertingkah agresif. Dia tidak pernah malu untuk memulai berbicara.

"Kau ingin aku bernyanyi? Kau harus tau aku mempunyai suara yang bagus," ujar Changsub.

"Shirreo. Kalau kau bernyanyi yang ada sungai Han akan kehilangan ketenangannya. Dia akan berubah menjadi ombak yang akan menelan kita hidup-hidup," jawab Chorong. Pemikiran wanita sangat di luar dugaannya. Imajinasi seorang desainer sangat luar bisa ternyata. Mana mungkin sebuah sungai bisa berubah menjadi ombak? Itu hanya ada di film kartun yang biasa dia tonton masa kecil.

"Changsub-ah, bagaimana kalau kita menikah saja? Kalau kita menikah, Appa pasti akan merestui kita," ujar Chorong. Dia mengangkat kepalanya menghadap ke arah Changsub yang duduk dengan tegap.

"Bagaimana kalau tidak? Bagaimana kalau Ayahmu menyuruh kita bercerai dan berpisah?" tanya Changsub.

"Kenapa ucapanmu jahat sekali. Aku bahkan membenci sebuah perceraian," balasnya. Changsub mengeratkan jari-jarinya di tangan Chorong. Dia mengerti dengan wanitanya ini. Mereka sama-sama tidak mau berpisah dan sekarang Chorong sedang lari daru masalahnya.

"Kau akan tetap tinggal di butik?" tanya Changsub. Chorong mengangguk dengan pelan. Tujuannya hanya butik.

"Tinggalah di apartement. Aku akan menyewakan apartement untukmu," ujar Changsub.

"Shirreo. Aku lebih nyaman di butik. Kau tidak akan menemui Appa, kan?" tanya Chorong. Changsub menggeleng. Dia bahkan belum mempunyai apapun untuk dia tunjukkan di hadapan Ayahnya Chorong. Dia hanya seorang dokter yang masih berusia 23 tahun. Dia bukan mencari uang, tapi dia membantu orang-orang yang sedang sakit. Uang bukanlah segalanya bagi Changsub, tapi Ayahnya Chorong berpikir sebaiknya.

"Janjilah padaku, selamanya kita akan bersama. Seperti bulan yang selalu berdampingan dengan bintang, cahaya dengan lampu, lautan dengan ombak, dan Chorong dengan Changsub," ujar Chorong.

"Tentu saja. Jangan pernah khawatir tentang hubungan kita. Selamanya Tuhan akan menyatukan kita, walaupun beribu-ribu orang berusaha memisahkan kita. Percayalah satu hal, aku akan tetap mencintaimu sebagaimana aku mencintai diriku sendiri," kata Changsub.

"Kau bahkan mulai pandai mengucapkan kata-kata romantis, Dokter tampan," ujar Chorong mencubit pipi chubby Changsub. Changsub melepaskan tangan Chorong yang menyentuh pipinya. Dia tidak suka seseorang mencubit pipinya seperti itu.

"Aishh! Kau mulai lagi menyentuh pipiku. Aku sangat risih," ujar Changsub menjauhkan wajahnya. Chorong tetap saja menjahili Changsub dengan menyentuh kelemahannya. Changsub sangat tidak suka orang lain mencubit pipinya seperti tadi.

Changsub membalas perlakuan wanitanya. Dia mencubit balik pipinya Chorong yang tidak jauh berbeda dengan pipinya. Alhasil mereka saling menyerang untuk membalas satu sama lain. Tawa bahagia terdengar jelas di tenda itu. Hari ini mereka benar-benar merasakan kehidupan yang sesungguhnya. Tertawa tanpa beban dan berada dekat dengan orang yang kita cintai. Itu adalah definisi hidup yang sebenarnya bagi mereka.

Changsub menghentikan canda tawa mereka. Tertera nama Gikwang di sana. Ia langsung mengangkatnya tanpa berpikir dulu. Seketika matanya melebar begitu Gikwang berbicara dengan cepat di telfon. Changsub menatap Chorong sesaat sebelum suara di telfon terputus begitu saja. Changsub belum mengatakan apapun pada Gikwang, tapi dia sudah menutup telfonnya.

봄날의 기억 || Remember That ✓On viuen les histories. Descobreix ara