RT 27

104 14 0
                                    

Mimpi itu lagi. Belakangan ini Minhyuk terus saja memimpikan hal yang sama. Dia berada jauh dari Yerin dan Yerin tersenyum dari kejauhan. Mimpi itu berulang kali menghampiri tidurnya. Ia ingin sekali bertemu dengan Yerin walaupun hanya dalam mimpi. Kenapa mimpi itu juga mempersulitkannya menghampiri Yerin? Dia bahkan tidak bisa melangkahkan kakinya.

"Minhyuk-ah! Bangunlah, sebentar lagi waktu kerjamu berlalu," teriak Gikwang dari luar kamarnya. Dia bergegar untuk mandi dan bersiap ke kantor. Hari pertama kembali bekerja rasanya menyenangkan sekali. Dia tidak perlu terkurung di dalam apartement lagi. Changsub mengizinkannya dengan satu syarat yang tidak akan pernah Minhyuk ingkari. Dia memberikannya earphone dan mengatakan padanya, pasanglah jika suara-suara aneh itu kembali menghantuinya. Ia akan membawanya kemanapun.

"Yerin-ah. Aku sangat merindukanmu. Tidak bisakah kita bertemu untuk satu kali saja?" ujarnya melihat foto Yerin di mejanya. Rasa cintanya bahkan bertambah besar untuk Yerin. Dia hanya akan tetap mencintai Yerin selama hidupnya. Dia tidak mau Yerin tergantikan oleh siapapun.

"Changsub-ah, kapan kau pulang?" tanya Minhyuk begitu keluar dari kamar. Minhyuk duduk di sebelah Changsub.

"Tadi malam. Saat aku pulang kau sudah tidur. Bagaimana keadaanmu?" tanya Changsub.

"Semakin membaik. Aku akan selalu membawa ini saat keluar," jawab Minhyuk menunjukkan earphone yang diberikan Changsub. Syukurlah. Changsub merasa senang Minhyuk semakin membaik. Changsub sudah memodifikasi earphone itu secara khusus. Setidaknya ada alat yang bisa membantu Minhyuk menghadapi dunia luar.

"Hyung, kau kembali bekerja dengan Appa?" tanya Changsub. Ia melihat Gikwang berpakaian rapi lagi. Apa Ayahnya berhasil mempengaruhi Gikwang agar kembali menjadi bonekanya?

"Sekarang aku menjadi Direktur di perusahaan Minhyuk," jelasnya. Changsub terlihat senang. Lebih baik memang Gikwang bekerja dengan Minhyuk dari pada Ayahnya. Setidaknya Minhyuk ada yang menjaga di kantor.

Mereka berangkat bersama. Minhyuk melekatkan earphone itu di lehernya. memang terlihat aneh, tapi demi keamanan dirinya sendiri. Hyerim sudah mengatakan bahwa ruangan Gikwang sudah siap untuk digunakan. Semoga saja mereka bisa membuat perusahaan ini semakin berjalan dengan baik dan berkembang pesat.

"Kau tidak pernah mengunjungi Appa lagi?" tanya Minhyuk.

"Belum," jawabnya singkat.

"Kenapa? Datanglah sekedar menjenguknya. Dia orang tua kita juga," ujar Minhyuk.

"Hubunganku dengan Appa sudah berakhir. Dia lebih mencintai uangnya daripada anaknya," balas Gikwang. Minhyuk membenarkan posisi duduknya.

"Baiklah. Kalau begitu aku yang akan menemui Appa," ujar Minhyuk. Gikwang menoleh sekilas. Dia bisa saja memberhentikan mobilnya sekarang juga kalau dia mau. Apa yang Minhyuk ucapkan sangat tidak layak. Dia akan membuat dirinya dalam bahaya kalau menemui Ayahnya.

"Jangan coba-coba menemui Appa, huh! Kalau ada waktu aku akan menemui Appa," ujarnya dengan malas. Minhyuk menyunggingkan senyumnya. Tentunya dia akan senang kedua saudaranya masih memikirkan orang tua mereka. Tidak ada orang tua yang jahat, itu adalah pemikirannya.

"Kau mau mencoba terapi? Aku mempunyai teman yang tau di mana terapi yang bagus," tanya Gikwang.

"Tidak perlu. Aku sudah merasa lebih baik sekarang. Kau tau, bahkan aku bisa sedikit menceritakan masa laluku pada Hyerim. Bukankah itu suatu kemajuan?" ucap Minhyuk terlihat senang. Dia memang benar-benar merasa lebih sehat setelah Changsub memberikannya beberapa obat. Dia tidak akan meminumnya selalu, hanya ketika sedang tidak sehat.

"Kau mulai dekat dengan sekertarismu itu?" tanya Gikwang.

"Tentu saja. Aku dengannya sudah berteman. Dia adalah teman pertamaku," jawab Minhyuk.

"Chingu? Kenapa kalian tidak lebih dari itu? Bukankah Hyerim sangat mirip dengan artis korea yang bernama Eunji? Dia artis idola Changsub," ujar Gikwang.

"Kau berbicara asal. Menurutku dia mirip dengan Yerin. Aku merasa nyaman di dekatnya karena aku merasa Yerin juga dekat denganku. Mereka jelas orang yang berbeda, tapi sosok Yerin sangat dekat dengan Hyerim. Entahlah, aku sendiri tidak mengerti," jelas Minhyuk.

Mereka sudah tiba di kantor. Tidak ada penyambutan seperti presiden atau raja. Mereka hanya mengucapkan selamat datang pada Gikwang sebagai Direktur yang baru. Tentunya semua juga tau Gikwang adalah kakak Minhyuk.

"Selamat datang Direktur Lee. Ruangan anda berada di lantai yang sama dengan Sajangnim," ujar Hyerim menyambut mereka di lantai satu. Minhyuk sengaja meletakkan ruangan Gikwang berdekatan dengannya.

"Terimakasih Hyerim-ssi," jawab Gikwang. Ia benar-benar kagum dengan Minhyuk. Dia sendirian mengolah perusahaan ini, dan sekarang sudah berkembang dengan pesat. Hampir menyamai perusahaan Ayahnya.

"Waktunya bekerja, hyung. Kau harus tau aku memperlakukan siapapun untuk benar-benar bekerja di waktunya," ujar Minhyuk. Gikwang mengangguk paham. Mereka berpisah saat keluar lift. Hyerim mengantar Gikwang ke ruangannya, sementara Minhyuk langsung ke ruangannya.

Minhyuk benar-benar merindukan ruangannya. Dia akan mengubah jadwal kerjanya. Kalau ada rapat di luar semua yang mengurus Hyerim dengan Gikwang, sementara Minhyuk hanya mengurus rapat di dalam kantor. Gikwang yang memintanya, karena dia tidak mau semakin banyak cline mereka yang curiga karena Minhyuk tidak mau makan bersama.

Hyerim mengetuk pintu lalu menampakkan kepalanya dari balik pintu. Minhyuk tentunya tertawa melihat Hyerim bertindak konyol seperti itu. Hyerim meletakkan kotak bekal berwarna biru tua di mejanya. Minhyuk membukanya segera lalu terpampanglah kimbab dengan hiasan yang cantik.

"Satu jam lagi aku dan Direktur Lee akan ada rapat di luar. Tentunya kau tidak bisa keluar untuk makan siang, ini hanya sebagian kecil untuk mengganjal perutmu," ujar Hyerim. Minhyuk justru ingin memakannya sekarang. Kimbab ini pasti enak sekali. Perutnya jadi lapar.

"Gomawo. Kau membuatnya sendiri?" tanya Minhyuk.

"Ne. Maaf kalau tidak seenak kimbab di depan kantor," ujar Hyerim. Minhyuk mengacungkan jempolnya. Dia belum mencoba tapi dari tampilannya saja sudah menggoda para cacing di perutnya.

"Pasti ini enak. Aku akan memakannya nanti," balas Minhyuk. Hyerim mengangguk.

"Kalau begitu aku harus kembali bekerja. Annyeonghaseo, Sajangnim," ujar Hyerim. Minhyuk masih menatap kotak bekal itu. Lucu sekali. Makan siang masih beberapa jam lagi, dan dia harus memakannya saat makan siang.

~•••~

Setelah membaca dimohon meninggalkan jejak ya kawan :)

봄날의 기억 || Remember That ✓Where stories live. Discover now