RT 38

117 15 1
                                    

Hari ini adalah pemakaman Minhyuk. Semua orang tentu menguatkan Gikwang dan Changsub. Gikwang sudah memberitahu Ibu dan Ayahnya. Mereka sedang di perjalanan untuk segera datang. Sejak kemarin, Changsub tidak mau bicara dengan siapapun. Kini pun dia hanya duduk di depan foto Minhyuk. Tentunya hanya menangis.

"Dia belum makan sejak kemarin. Aku takut dia sakit," ujar Chorong menatap kekasihnya dengan cemas.

"Dia terlalu terpukul. Biarkan dia sendiri dulu," jawab Gikwang. Chorong mengangguk lemah. Belum pernah Changsub seperti ini. Minhyuk memang orang yang sangat dia sayangi. Dia bahkan sempat menolak jenazah Minhyuk di kremasi, karena menganggap Minhyuk masih hidup.

"Minhyuk-ah!!!"

Ibunya datang dan langsung terkapar lemah di sebelah Changsub. Suasana hari ini bertambah haru karena Ibunya datang dan tidak kuasa melihat kepergian anaknya. Ibunya bahkan baru satu kali bertemu dengan Minhyuk setelah sekian lama mereka berpisah, dan sekarang Minhyuk benar-benar pergi untuk selamanya.

Gikwang menatap tajam Ayahnya. Untuk apa Ayahnya datang? Bukankah dia sudah tidak menganggap Minhyuk lagi? Buat apa dia repot-repot datang ke tempat ini? Gikwang tidak ingin Ayahnya datang. Dia tidak mau mengingat bagaimana Minhyuk bersujud di hadapan Ayahnya hanya untuk meminta maaf.

"Mianhe, Gikwang-ah," ucap Ayahnya. Dia mengeluarkan satu persatu air mata yang sejak tadi dia tahan.
"Mian? Appa baru meminta maaf setelah Minhyuk meninggal? Di mana letak hati Appa, huh? Ini semua karena Appa! Minhyuk seperti ini karena tekanan dari Appa!" teriaknya dengan kencang. Dia tidak bisa menahan kekesalannya lagi. Semua ini terjadi karena semua orang yang menyalahkan Adiknya. Termaksud Ayahnya sendiri.

"Mianhe... Appa menyesal, Gikwang-ah. Appa benar-benar menyesal," ujarnya menangis. Ingin sekali Gikwang mengusir Ayahnya dari sini, tapi dia tidak mau Minhyuk bersedih melihat Ayahnya tidak bisa menemuinya di saat terakhir.

"Tidak ada gunanya untuk menyesal! Ini semua karena Appa! Appa tidak pernah tau apa yang terjadi selama hidupnya. Setelah Appa mengusir dia dari rumah, dia mengalami mental yang buruk. Dia bahkan depresi berat sampai hidupnya berakhir. Minhyuk tidak pernah membenci Ayahnya sendiri. Dia bahkan selalu membanggakan Appa. Kenapa Appa begitu jahat dengannya! Ini tidak adil untuknya!" ujar Gikwang.

"Appa mianhe, Minhyuk-ah. Tolong maafkan Appa!" ucap Ayahnya.
Gikwang tidak bisa berpikir dengan baik. Kenapa Ayahnya baru menyadari semuanya setelah Minhyuk pergi? Apa salah seorang anaknya harus berakhir seperti Minhyuk untuk menyadarkan Ayahnya?

Gikwang beranjak dari sana. Dia sedang
tidak ingin melihat Ayahnya. Kesabarannya akan berakhir kalau dia terus berdekatan dengan orang-orang yang telah membuat Minhyuk meninggal. Seseorang memberikannya air mineral. Tampak Hyerim berdiri di sebelahnya. Tidak ada yang bisa tersenyum di tempat ini. Semua orang masih terlalu cepat untuk menerima kenyataan ini.

"Dia pergi tanpa mengucapkan perpisahan. Kenapa kehidupan sangat tidak adil untuknya. Dia bahkan tidak pernah merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya," ujar Gikwang menatap lurus ke depan.

"Terakhir kali aku bertemu dengannya, dia mengatakan padaku untuk tetap tersenyum. Mungkin dia menyuruh kita untuk jangan menangisi kepergiannya. Bukankah dia tidak suka merasa di kasihani oleh orang lain? Dia pasti akan bahagia karena tidak akan merasakan sakit lagi, tidak akan mendengarkan suara teriakan yang membuatnya ketakutan, dan dia akan bersama dengan orang yang sangat dia cintai," ujar Hyerim.

"Aku merasa ini mimpi. Dia pergi begitu saja. Bahkan dia mengalami kecelakaan itu dua kali. Di hari yang sama seperti kematian Yerin dan kecelakaannya. Kenapa semuanya sangat persis dengan waktu itu? Apa Tuhan merencanakan ini semua? Kenapa harus Minhyuk yang merasakannya?" ujar Gikwang kembali meneteskan air mata.

"Tuhan sudah merencanakan hal indah untuk Minhyuk. Tuhan tidak mau Minhyuk terus merasa kesakitan di sepanjang hidupnya," balas Hyerim.

"Aku belum melakukan apapun untuknya. Bahkan aku belum bisa membuatnya bahagia. Keluarga kami masih hancur berantakan. Aku berharap bisa berkumpul dengan keluargaku suatu hari nanti, tapi dia sudah pergi," Gikwang berbicara begitu lemah.

Hyerim tidak mau menangis. Dia sudah berjanji pada Minhyuk untuk tetap tersenyum. Dia akan menepati janjinya untuk percakapan terakhir mereka. Hyerim tidak akan pernah bisa melupakan sosok Minhyuk. Pria yang bisa mengubah pemikirannya tentang pria kaya yang tidak jauh dari sifat angkuh. Minhyuk pria pertama yang dia kenal, dan pria yang mempunyai sifat selembut malaikat. Dia kembali mengingat bagimana saat dia tersenyum, tertawa, dan menatapnya. Semua memori itu terbayang di kepalanya.

"Bahagialah bersama Tuhan. Aku tidak akan melupakanmu," ujarnya dalam hati.

~•••~

Setelah membaca dimohon meninggalkan jejak ya kawan :)

봄날의 기억 || Remember That ✓Where stories live. Discover now