RT 29

103 16 0
                                    

Minhyuk memainkan bolpoin di jari kanannya. Tadi siang, dia sempat tidur sejenak. Mimpi itu lagi kembali datang padanya. Entah apa maksudnya, Yerin terus berbicara, tapi Minhyuk tidak bisa mendengarnya. Jarak mereka terlalu jauh sehingga Minhyuk tidak tau apa yang Yerin katakan. Wajahnya terlihat bahagia sekali.
               
"Yerin-ah, kenapa kau terus berbicara dalam mimpiku? Kau ingin aku datang ke tempatmu? Mianhe. Aku belum bisa datang saat ini," ujar Minhyuk memandangi foto Yerin yang berukuran kecil. Di setiap tempat, pasti dia menyimpan foto Yerin. Ia akan merasa dekat dengan kekasihnya itu, walaupun hanya sebatas foto. Minhyuk sangat ingin bertemu dengan Yerin. Ia hanya ingin mengucapkan maaf untuk kejadian waktu itu. Minhyuk memakai earphonenya. Dia merasakan tidak enak dalam dirinya. Dengan musik, dia bisa tenang walaupun hanya sementara.
                
"Minhyuk-ah! Gwenchana?" tanya seseorang yang berbicara dihadapannya. Minhyuk membuka matanya dan melihat Gikwang sudah berdiri di depannya dengan wajah yang cemas. Dia pasti mengira sesuatu terjadi pada Minhyuk karena dia memakai earphone.
                
"Gwenchana. Aku hanya ingin mendengarkan musik. Dimana changsub membeli earphone ini? Aku bahkan merasa tenang saat memakainya," ujar Minhyuk. Gikwang menghembuskan nafasnya dengan lega. Dia pikir sesuatu terjadi pada Minhyuk.
                
"Entahlah. Kau sudah makan?" tanya Gikwang. Minhyuk mengangguk. Dia menunjuk kotak bekal yang diberikan Hyerim tadi pagi sudah habis olehnya. Gikwang tersenyum kecil. Setiap kali ia selalu khawatir dengan Minhyuk. Kapan saja mentalnya bisa melemah. Dan bahkan dia bisa saja dia meninggal karena mental itu tiba-tiba menyerangnya. Gikwang harus benar-benar menjaga Minhyuk.
                
Seseorang mengetuk pintu. Hyerim datang membawa satu map berwarna merah. Dia langsung memberikannya pada Minhyuk. Setelah dia membaca beberapa saat, tatapannya langsung mengarah pada Gikwang. Tentunya Gikwang tidak mengerti karena dia tidak memberitahu apa itu.
                
"Hyung... Appa ingin bekerjasama denganku," ujarnya melemah. Gikwang membaca map itu, dan benar. Perusahaan Ayahnya mengajak perusahaan ini untuk bekerja sama. Apa mungkin Ayahnya sudah tau perusahaan ini milik Minhyuk?
                
"Bagaimana mungkin? Hyerim-ah, kapan kau mendapatkan ini?" tanya Gikwang.
                
"Baru tadi setelah makan siang. Bahkan CEO mereka sendiri yang meminta agar mau mengadakan pertemuan secara pribadi," jelas Hyerim.
                
"Terima saja. Kau harus menerimanya," ujar Gikwang dengan yakin. Minhyuk menatap kakaknya dengan dalam. Apa dia boleh bertemu dengan Ayahnya? Dia bahkan sangat senang sekali kalau Gikwang benar-benar mengizinkannya bertemu dengan Ayahnya.
                
"Ini kesempatan yang bagus. Kau tunjukkan pada Appa, bahwa kau lebih sukses darinya. Biar dia sadar, tidak dengan uangpun seseorang bisa meraih kesuksesan," jelas Gikwang.
                
"Aku tidak mau seperti itu, hyung. Aku ingin bertemu Appa dengan alasan seorang anak yang rindu dengan Ayahnya, bukan bertanding kekayaan," tolak Minhyuk.
                
"Kau harus menyadarkan Appa, Minhyuk-ah! Kau mau Appa menjadi monster selamanya?" tanya Gikwang. Minhyuk tidak tau. Dia tidak tau harus melakukan apa.
                
"Arraseo. Aku akan melakukan apa yang hyung katakan," ujar Minhyuk dengan lemah. Dia pasti bisa bertemu dengan Ayahnya. Bahkan dia sangat menantikan hal seperti ini selama hidupnya.

~•••~
                
B

eberapa hari setelah Changsub menemui Ayahnya Chorong, dia tidak lagi menghubungi Chorong. Dia hanya tau bahwa Chorong sudah boleh ke luar rumah. Mungkin Ayahnya menganggap Changsub tidak akan mendekati anaknya lagi. Memang benar. Changsub tidak bisa menerima seseorang yang mempunyai dendam dengan kakaknya. Dia bahkan membenci semua yang orang membenci kakaknya. Changsub selalu mengontrol kesehatan Minhyuk setiap harinya. Semakin hari kesehatannya semakin membaik. Itu adalah kemajuan baginya.
                
"Oppa, kau tidak bekerja?" tanya Hayoung menduduki kursi di depannya.
                
"Setelah makan siang," jawabnya. Sebetulnya Changsub tidak nafsu makan, tapi dia memaksakan dirinya agar tidak sakit. Dia harus tetap sehat agar bisa terus mencaritahu bagaimana cara menyembuhkan penyakit kakaknya.
                
"Pergilah menemui Chorong. Kau seperti seseorang yang sudah mati, tapi memaksa untuk hidup," ujar Hayoung. Changsub tersenyum. Dia bahkan masih bisa tersenyum saat Hayoung sedang serius dengan kata-katanya.
                
"Tidak bisa. Ayahnya membenci kakakku, dan aku tidak bisa bertemu dengan anak dari Ayah yang sudah membenci Minhyuk hyung," jawab Changsub. Hayoung meletakkan sumpitnya. Dia bahkan sudah lelah melihat Changsub seperti ini terus. Kalau bisa, lebih baik Hayoung membunuh temannya ini daripada dia bersikap seperti itu.
                
"Tapi setidaknya kau jelaskan dulu. Jangan menghilang seperti ini. Aku yakin Chorong pasti mencarimu setiap harinya. Kau tidak membalas telfonnya, kau mematikan semua akun SNS mu. Seorang wanita seperti Chorong tidak bisa mendapatkan perlakukan seperti itu," ujar Hayoung.
                
"Jangan membicarakan dia, Hayoung-ah," ujar Changsub dengan suara yang terdengar sangat lelah. Hayoung tidak akan berhenti membicarakan Chorong kalau sikapnya seperti ini. Mereka berdua memang saling mencintai, tapi tingkah Changsub membuat mereka berdua seperti bermusuhan.
                
Changsub meneguk minuman yang berada di hadapannya. Sebentar lagi makan siang akan berakhir. Dia ingin ke rumah sakit, tapi sebelum itu tentu dia akan mengantar Hayoung ke kantornya. Hayoung teman yang baik untuk Changsub. Walaupun dia selalu berbicara, tapi sesungguhnya dia teman yang baik. Changsub jadi merasa mendapatkan hiburan dari setiap masalah yang dia ceritakan pada Hayoung.
                
"Kalau Chorong menghubungimu jangan katakan dimana aku. Bilang saja kau tidak pernah lagi bersamaku, arraseo!" ujar Changsub. Hayoung tidak menjawab. Dia juga berpikir tidak mungkin Chorong menghubunginya. Kemungkinannya hanya beberapa persen.
                
Mereka beranjak dari sana. Changsub ingin masuk ke dalam mobilnya yang berada di ujung perkiraan, tapi langkah kakinya berhenti begitu saja. Di depannya ada seorang wanita dengan wajah datarnya. Wanita itu seolah mengisyaratkan Changsub untuk berhenti dari pelariannya saat ini.
                
"Urus saja masalah kalian. Aku ke kantor dulu," ujar Hayoung melangkah pergi. Changsub masih diam di tempatnya.
                
"Aku ingin bicara denganmu. Ayo masuk ke dalam mobilmu," ujar Chorong. Changsub menahan pergelangan tangannya. Moodnya sedang hancur saat ini, dan Chorong datang di saat yang tidak tepat.
                
"Tidak ada yang perlu dibicarakan. Aku ada jadwal di ruang operasi saat ini, jangan membuat waktuku terbuang sia-sia," ujar Changsub menatap Chorong dengan serius. Dia bahkan hanya meminta kejelasan.
                
"Kau benar-benar orang yang jahat! Kau hanya meminta maaf setelah itu pergi begitu saja. Kau pikir aku ini apa? Kau tidak memikirkan bagaimana sulitnya aku meyakinkan Appa untuk keluar dari sana? Aku bahkan membelamu mati-matian tapi balasanmu seperti ini," teriaknya dengan kencang. Chorong bahkan tidak menunjukkan wajahnya yang ingin menangis.
                
"Sudahi saja semua ini. Aku lelah. Turuti semua kemuan Ayahmu dan jangan menghubungiku lagi," ujar Changsub. Dirinya bahkan tidak tau ia bisa mengatakan hal seperti itu pada Chorong. Sebelumnya dia yang sangat membenci sebuah perpisahan, tapi saat ini justru dia yang memulai perpisahan itu.
                
"Katakan apa yang sebenarnya terjadi? Setelah kau menemui Appa sikapmu jadi berubah. Katakan Changsub-ah!" ujarnya. Untuk apa lagi menjelaskan semuanya? Changsub tidak ingin Chorong juga menyalahkan Minhyuk dalam hubungan mereka. Ia tidak mau semakin banyak yang membenci kakaknya.
                
"Tidak ada yang terjadi. Aku hanya seorang dokter yang selamanya tidak akan pernah bisa memilikimu. Hanya itu saja. Terimakasih untuk selama ini," ujar Changsub meninggalkan Chorong. Sebetulnya kakinya tidak bisa melangkah, tapi dia terus memaksakanya.
                
Chorong terdiam lemah di tempatnya. Air matanya bahkan tidak bisa lagi mengalir. Sudah terlalu banyak air mata yang dia keluarkan untuk hubungannya. Sekarang semuanya sudah selesai. Tidak ada lagi Chorong dan Changsub yang saling berdampingan seperti ombak dan lautan.
                
Changsub hanya melewatinya saja tanpa berhenti. Changsub benar-benar meninggalkannya sendirian. Dia bahkan terus berharap ini semua hanya tingkah konyol Changsub untuk membuatnya khawatir. Bagaimana hidupnya kini? Tidak ada lagi Changsub yang akan menemaninya. Dia tidak bisa hidup. Benar-benar tidak bisa.

~•••~

Setelah membaca dimohon meninggalkan jejak ya kawan :)

봄날의 기억 || Remember That ✓Where stories live. Discover now