RT 08

148 22 0
                                    

Seharian penuh ini Minhyuk di temani oleh Changsub untuk jalan-jalan. Satu hari ini mereka menghabiskan waktu bersama sebelum hari esok kembali sibuk dengan urusan masing-masing. Gikwang pulang sejenak ke rumah karena mendapat panggilan dari Ayahnya. Ia akan menyusul Changsub dan Minhyuk jika ada waktu. Di awali dengan berbelanja di mall. Kegilaan mereka bertiga itu sama, yaitu belanja. Mereka akan menghabiskan waktu hanya untuk mengelilingi mall.

"Hyung, sepatunya bagus sekali. Kau tidak mau beli?" Tanya Changsub. Minhyuk mengangguk setuju. Mereka memasuki toko sepatu.

"Rasanya aku ingin membeli semuanya," ujar Changsub. Minhyuk tertawa. Sifat borosnya benar-benar sudah akut. Setelah ia menghabiskan seluruh uangnya, pasti akan menyesal dan mengutuk dirinya sendiri karena terlalu boros.

"Kalau kau mau ambil saja semuanya. Setelah itu kita jual lagi," balas Minhyuk berbisik. Mereka tertawa dengan lepas.

"Kau menyuruhku berjualan? Mana mungkin aku menawarkan sepatu di rumah sakit," tolaknya.

"Wajahmu tidak cocok menjadi dokter. Lebih baik kau berjualan di pasar, itu lebih cocok," ledek Minhyuk. changsub mengejar kakaknya yang sudah terlebih dahulu keluar dari toko sepatu. Mereka hanya melihat lalu pergi.

Minhyuk menemukan toko aksesoris. Tanpa melihat, dia langsung masuk ke dalam. Siapa tau saja dia bisa menemukan barang antik di sini. Ia menyukai barang-barang langka. Tidak untuk di jual, melainkan ia jadikan koleksi di rumahnya.

"Apa yang kau cari?" Tanya Changsub. Minhyuk menaikkan bahunya. Ia hanya melihat saja.

Sesuatu menggantung indah di dekat kasir. Sebuah lampu tidur dengan lingkaran berbentuk bulan yang menutupi hiasan di sekelilingnya. Minhyuk sepertinya tidak asing dengan lampu ini. Apa dia pernah melihatnya di Jepang?

"Ini adalah lampu tidur yang terbuat dari permata. Barang ini langsung dari Yunani," ujar seorang wanita yang sepertinya pemilik toko ini. Minhyuk mengingat sesuatu. Saat dia akan menggenggamnya, spontan ia menjauhkan tangannya. Ia langsung keluar dari tempat itu. Changsub tidak mengerti dengan sikap aneh Minhyuk. Apa lampu itu membuat kakaknya takut?

"Gwenchana?" Tanya Changsub. Minhyuk mengangguk lemah.

"Apa lampu itu menyeramkan? Kau seperti ketakutan," ujar Changsub pelan.

"Aniyo! Changsub-ah, kau lapar? Lebih baik kita makan dulu," ujar Minhyuk. changsub mengangguk pelan. Perasaannya masih terasa aneh. Ada apa dengan lampu itu? Bahkan Changsub saja tertarik dengan barang itu. Bukankah kakaknya pecinta barang antik? Lampu itu termaksud langka di Korea karena itu barang dari Yunani.

"Bagaimana kehidupanmu di Jepang?" Tanya Changsub.

"Tidak ada yang spesial. Aku merasa sedikit kaku melihat bagaimana giatnya orang Jepang dalam bekerja. Mereka sangat tepat waktu," jelas Minhyuk.

"Aku ingin naik shinkasen. Seharusnya kau mengajakku pergi juga," ujarnya.

"Usiamu masih sangat muda. Kau bahkan tidak menangis saat ku pergi. Apa kau senang aku pergi? Tanya Minhyuk.

"Mana mungkin aku senang kehilangan kakakku. Saat itu aku benar-benar tidak mengerti dengan keadaan rumah. Begitu kau pergi, Appa langsung meninggalkan rumah. Tidak ada yang mau menjelaskannya padaku. Beberapa tahun belakangan ini Gikwang hyung mulai menceritakan semuanya," jelas Changsub.

"Benar. Kegiatanmu hanya bermain game di kamar. Aku bahkan tidak yakin kau menjadi orang yang sukses melihat masa sekolahmu yang tidak jelas," balas Minhyuk.

Mereka mulai kembali memutar memori lama. Keadaan rumah benar-benar seperti mati saat kehilangan satu anggota keluarganya. Ternyata bukan hanya Changsub dan Gikwang saja yang sedih melihat Minhyuk pergi, tapi juga rumah. Suasana di rumah seperti mati tanpa penghuni di dalamnya. Tidak ada tanda-tanda kebahagiaan di dalam sana. Semua orang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Bahkan tugas seorang orang tua pun tidak terlaksana dengan baik.

봄날의 기억 || Remember That ✓Where stories live. Discover now