02

40.9K 2.9K 79
                                    


___

Agatha serius menatap buku paket Biologi di atas meja. Alisnya hampir menyatu, keningnya berkerut. Tangannya sibuk membolak-balik lembaran buku, mencari sebuah materi yang dia perlukan. Dua teman yang bersamanya, Ivana dan Azrina, juga sibuk dengan aktivitas masing-masing. Azrina membaca buku paket Biologi, sedangkan Ivana membaca buku kumpulan cerita pendek.

"Aduh, panas banget, sih di sini!" teriak seorang siswa yang berdiri di dekat rak buku Biologi. Sebelah tangannya mengibas-ngibas dengan cepat di depan lehernya yang penuh peluh. Agatha sontak menoleh lalu menahan tawanya ketika melihat tingkah siswa itu.

"Ibu! Bu Margaret! Ini kenapa panas, sih, Bu? Nggak ada AC apa?" tanya siswa itu lagi.

"Berisik, Agus!" teriak Ivana. Sebenarnya Ivana adalah murid kelas X-5, dia seharusnya tidak berada di perpustakaan. Tetapi, dia sengaja datang ke sana selain karena dua orang temannya sedang ada di perpustakaan, alasan lain adalah karena kelasnya juga sedang tidak ada guru. Rapat guru yang tiba-tiba diadakan membuat semua siswa harus belajar sendiri di dalam kelasnya, pengecualian untuk guru piket yang berkeliling memantau beberapa kelas yang terkenal menjadi sarang keributan.

"Gerah banget!" kata Agus lagi dengan gayanya yang centil. "Tahu yang namanya gerah nggak sih lo? Nggak tahu, yah? Huh, cek KBBI sana! Lagian ya, lo kan anak sepuluh lima, ngapain juga di perpustakaan? Temen-temen lo pada di kelas, noh. Dasar anak ilang!"

Karena kesal dan geregetan, Ivana ingin membalas perkataan dari mulut cerewet Agus yang sekarang berdiri beberapa meter dari tempatnya duduk. Baru akan berbicara, Agatha memegang bahu Ivana dan menggeleng.

"Entar Bu Margaret denger, baru tahu rasa lo." Agatha menarik tangannya dan kembali membaca buku Biologinya.

"Habis, itu si bencong nyebelin banget," kata Ivana kesal. Agatha terkekeh pelan.

Azrina yang duduk berhadapan dengan Ivana tiba-tiba terbahak. "Awas, lho, Na! Ada yang bilang antara benci dan cinta itu beda tipis."

"HEEEEH! ENAK AJA!" teriak Ivana tak terima. Beberapa murid kelas X-4 yang tadinya sibuk dengan buku masing-masing segera menoleh ke Ivana, memberi peringatan lewat tatapan tajam dan ekspresi kesal. Ivana tidak terlalu memedulikan mereka. Dia sibuk dengan lamunannya, bergidik ngeri membayangkan dirinya bersanding dengan Agus.

"Idih, amit-amit. Ih, geli banget, sumpah!"

Agatha dan Azrina menahan tawa. Takut jika mereka kembali tertawa lepas, seisi perpustakaan akan menegur dengan terang-terangan. Agatha membayangkan Ivana yang selalu meringis tiap melihat Agus sedang bergosip ria dengan sebuah geng cewek di kelasnya, kelas X-4. Dari tiga puluh dua murid kelas X-4, hanya ada sembilan cowok. Satu diantaranya sangat pendiam, namanya Arif. Ada lagi yang namanya Agus, siswa yang tadi berteriak kepanasan. Agus memang agak kemayu. Kelakuannya itu membuat Agam dan teman-temannya sering memanggil Agus dengan nama Agustina.

"Lah, ini kok pembahasannya tentang darah?"

Agatha menaikkan alis, menatap Azrina yang baru saja berbicara. Dia memperhatikan sampul buku di tangan temannya.

"Pantesan, ini buku kelas dua belas," gumam Azrina pelan. "Ih, rhesus. Nyokap gue pernah ngomong tentang ginian."

"Tentang apaan?" tanya Ivana. Agatha mengangkat wajahnya, memperhatikan kedua temannya.

"Nyokap gue kan dosen Biologi dan gue pernah nanya-nanya tentang perbedaan rhesus pasangan yang udah menikah. Awalnya sih, iseng aja karena nggak sengaja nemu di internet. Pas gue kepoin, Nyokap ngejelasinnya panjang lebar. Tapi yang gue inget nggak sedetail apa yang Nyokap bilang."

Our YearsTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon