12

17.4K 651 75
                                    


Bel pulang sudah berbunyi setengah jam yang lalu. Beberapa murid X-4 sudah keluar dari kelas, sebagian lagi masih sibuk merapikan alat tulis masing-masing. Ghali bersama teman-temannya sudah berjalan menuju parkiran sekolah. Sejak tadi mereka terus saja mengejek Ghali karena foto yang dikirim Ivana di grup kelas. Namun, bukannya marah, Ghali hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tahu, menyanggah ucapan teman-temannya, terutama Arya, Harry, atau Zaky maka hanya akan membuat mereka semakin mengejeknya.

"Ternyata dari kecil udah jago, ya." Harry tertawa dengan puas. Dia berbalik menghadap ke Ghali kemudian berjalan mundur. "Eh, tapi lo kok kayak baru ketemu sih sama si Agatha?"

"Ghali sengaja," cetus Zaky. "Dia kan nggak suka jadi sorotan. Kalau ketahuan satu sekolah tentang hubungan mereka, bakalan pada kaget nanti," lanjutnya sambil tertawa.

Ghali yang berjalan paling belakang kini berdecak kesal. "Gue bukan cowoknya Agatha."

"Nggak usah bohong lo." Arya tertawa sedangkan Ghali hanya mendengus dan memilih diam.

Dia memperhatikan teman-temannya yang berjalan di depan. Selama pelajaran seni musik di jam terakhir, hampir satu kelas terus mengungkit tentang foto itu. Sampai Pak Wahyu—guru seni musik—memarahi semua murid yang berisik karena terus-menerus menggoda Ghali dan Agatha.

Mereka sudah sampai di parkiran sekolah yang tidak sepadat pagi hari karena beberapa kendaraan sudah dibawa pulang pemiliknya masing-masing. Ghali berjalan mendekati motornya yang terparkir. Di samping motornya ada celah sehingga dia bisa mengeluarkan kendaraan itu tanpa perlu bersusah-payah. Teman-temannya yang lain juga sibuk mengeluarkan motor masing-masing, kecuali Zaky dan Harry yang masing-masing menumpang di motor Adrian dan Vino karena arah pulang mereka sama.

Baru saja Ghali mengambil helmnya dari spion motor, terdengar kencang suara umpatan dari arah kirinya. Ketika melihat apa yang sedang terjadi, Ghali refleks berlari, membiarkan helmnya jatuh ke lantai beton. Dia melihat seorang siswa dari kelas lain memukul Arya hingga temannya itu terjatuh. Motor Arya terlihat tumbang, menubruk sebuah motor matic berwarna biru.

"Gue bilang gue nggak sengaja!" teriak Arya kencang. Napasnya naik turun, tatapannya nyalang menatap Raka, siswa kelas X-9 yang memang terkenal berandal di sekolah.

Raka maju, berusaha menarik Arya untuk memukulnya lagi. Namun, Ghali muncul dan lebih dulu menarik Raka hingga tangannya terlepas dari kemeja Arya. Dua kancing kemeja Arya terlepas, memperlihatkan kaos putih polos yang dia pakai. Emosi Arya sontak muncul, namun kemarahannya berubah menjadi rasa terkejut ketika melihat Ghali menyerang Raka.

Ghali mendorong Raka jatuh hingga punggungnya menghantam motor Arya yang roboh.

"Urusan lo apa sama gue?!!" Raka berteriak lantang, matanya tajam menatap Ghali. Beberapa murid yang bermaksud pulang mau tidak mau jadi memperhatikan keributan yang sedang terjadi di lapangan parkir sekolah mereka.

"Kalau lo mukul, ya balesannya dipukul juga, kan?" tanya Ghali dengan tenang.

Raka menggeram, ia lekas berdiri dan menerjang Ghali yang kemudian menyambutnya dengan pukulan tepat ke wajah Raka. Perkelahian akhirnya terjadi antara keduanya. Harry bersama para murid yang menyaksikan dengan segera memisahkan mereka berdua.

"Kalau orang bilang nggak sengaja, ya nggak sengaja. Udah baik tadi Arya minta maaf dan pengin bawa motor lo bengkel kalau ada yang rusak, lo malah nyolot!" ucap Harry disela-sela usahanya menahan Ghali yang masih ingin melawan Raka. Harry memang menjadi saksi mata kebaikan hati Arya yang jarang sekali terjadi itu. Kaki Arya tidak sengaja terpeleset ketika sedang mengeluarkan motornya, supaya tidak jatuh, refleks tangan Arya bertumpu pada motor yang ada di dekatnya. Sialnya, motor itu malah tumbang. Sialnya lagi, pemilik motor yang tumbang itu adalah Raka.

Our YearsNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ