Farhana

200 31 2
                                    

....lagi, selamat membaca. Thanks vote nya...


Aku tahu teman-teman cowoknya sedang membicarakan syal yang dia pakai. Duh, malu benar rasaku. Tapi Indraka sama sekali tidak melihat ke arahku, sementara teman-temannya tersenyum. Entah apa yang dia bilang pada mereka. Jujur aku deg-degan. Kalau dia bilang sesuai apa adanya, bagaimana ya? Semenjak dekat dengan Indraka aku kok jadi takut dengan kejujuran?

"Na, hari ini Indrek beda ya?" tanya Dianti tiba-tiba.

"Beda? Apanya?"

"Ternyata dia cakep juga ya kalo ga lagi tengil."

Deg! Aku kok merasa ada bagian dada yang sakit ya? Dianti yang biasanya tidak pernah akur dengan Indraka dan hari ini dia bilang Indraka cakep? Dianti juga suka Indraka? Duh, kenapa jadi ingin nangis lagi nih?

Tahan...tahan..., batinku.

"Cakep?"

"Iya. Apa karena syalnya itu ya? Rajutannya bagus. Dapat ide darimana ya dia?"

Kembali aku terdiam. Aku tidak mungkin bilang itu rajutanku. Tidak mungkin juga aku bilang itu kadoku untuk ulang tahunnya.

"Pantas jika Adis suka Indrek. Sayangnya Indrek suka kamu. Padahal kakakku juga suka kamu, Na."

Cukup, semakin ada yang menekan rasanya dada ini.

"Di, aku mau ke musholla dulu ya. Ada undangan rapat yang belum aku ambil," kataku mencari alasan. Padahal sekarang ini mana ada undangan pake kertas. Cukup disebarkan pake whatsapp, selesai.

Aku bangkit dari bangku dan berjalan meninggalkan kelas. Sebenarnya ini waktu pelajaran kimia. Aku tidak tahu ada apa dengan pak Sholeh, guru kimia kami. Biasanya orangnya tepat waktu. Kali ini sudah 10 menit beliau belum masuk kelas. Jadi aku punya waktu untuk keluar kelas.

"Na."

Aku merasa ada yang memanggilku. Aku menoleh tanpa tahu itu suara siapa. Aku hanya melihat Indraka bangkit meninggalkan bangkunya. Tahulah aku bahwa itu suara dia.

"Bisa minta tolong?"

Aku mengangguk bingung.

"Tolong apa?"

Dia melepaskan syal yang melilit di lehernya. Kemudian melipatnya dan memberikannya padaku. Aku sempat sakit hati. Indraka mau mengembalikan kado ini? Dia tidak suka? Tapi aku tetap menerimanya. Sementara air mata sudah di pelupuk.

Tahan...tahan....

"Titip ya. Pulang sekolah nanti aku ambil."

"Titip?"

"Iya, yang suka syal ini banyak. Ada yang mau pinjam segala. Enak saja. Itu kan syal kenangan."

Duh...ucapan Indraka membuat aku berpaling ke arah lain. Malu ingin tersenyum. Rasa sakit di hati tiba-tiba hilang.

"Kalo sama kamu teman-teman kan sungkan. Jadi aku yakin syal ini aman ditanganmu. Titip ya," katanya sambil menatap dalam mataku. Tadi aku sudah berpaling dari tatapannya. Kenapa sekarang dia ada tepat di depanku?

Dan senyum nakalnya membuat hatiku... nyesss....

Indraka dan FarhanaUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum