Indraka

449 37 1
                                    


Happy sunny day, guys...

...and happy reading....


Hari ini aku tidak mengaji. Aku ada tanding bola dengan anak-anak kampung Farhana. Menjelang maghrib kami menghentikan permainan dengan kemenangan di tanganku dan teman-teman.

Dari kejauhan aku melihat Farhana berjalan bersama 2 teman ceweknya yang kemudian bergabung dengan anak-anak bola yang tadi berhasil kami kalahkan. Mereka bergerombol hendak pulang. Melewati kebun pak Anwar, salah seorang dari mereka melempari pohon mangga yang buahnya mulai ranum. Tindakan itu diikuti oleh teman-temannya yang lain termasuk Farhana. Aku kaget.

Belum selesai kagetku, mereka lari terbirit-birit kecuali Farhana yang masih jongkok mencari batu. Pak Anwar dan Dedy, anak tertuanya, mengusir anak-anak itu sambil membawa bambu panjang.

Aku berlari mendekat.

"Dasar maling! Kurang ajar. Masih anak-anak sudah belajar mencuri," kata Pak Anwar kesal.

"Hey, kamu! Kamu mau mencuri juga?" Dedy mendekati Farhana.

Farhana diam tak bergerak. Wajahnya seakan bingung tidak tahu apa yang terjadi.

"Loh, kamu anak Ustadz Jamal kan? Kamu mau mencuri juga?"

Aku bisa melihat mata Farhana yang mulai berkaca-kaca.

Dia menggeleng tapi tidak bersuara. Sementara batu masih di tangannya.

"Bukan bang, dia tadi kebetulan mau pulang saat anak-anak itu sedang melempari mangga. Ga sengaja dia lewat di tempat yang sama," belaku.

"Terus, kenapa juga pegang batu?"

"Tadi aku mengganggunya Bang. Dia marah dan mau melempariku dengan batu," belaku lagi.

"Betul?" tanya pak Anwar pada Farhana.

Farhana tetap mematung. Duh, ini anak memang tidak pernah berbohong. Tapi dia ketakutan. Aku yakin tadi dia tidak tahu apa yang dilakukan teman-temannya. Dia hanya ikut-ikutan saja.

"Iya pak. Bapak kok ga percaya sih?"

Aku lagi yang menjawab.

"Ya sudah, sana pulang. Nanti dicari sama abi mu," ujar pak Anwar.

"Kamu lagi Indra, pulang. Ini sudah maghrib," tambahnya.

"Iya pak," jawabku.

Aku menoleh ke Farhana.

"Ayo pulang Na. Bareng aku."

Indraka dan FarhanaWhere stories live. Discover now