Farhana

258 30 0
                                    


Kak Gilang memang bersinar di mataku. Dia sudah bukan ketua OSIS lagi, tetapi dia diundang untuk memberikan pandangan tentang apa yang harus kami lakukan untuk menyelenggarakan acara ini berdasarkan pengalaman tahun lalu. Dia begitu jujur memaparkan bagian yang berhasil dilakukan dan bagian yang kurang bahkan gagal dilakukan. Dari pengalaman itu, dia memberikan saran-saran pada kami. Buatku, dia keren sekali.

Kadang aku heran sendiri, kenapa Indraka tidak menyukainya. Indraka? Kenapa juga denganku? Memangnya penting ya Indraka suka apa ga? Bad boy kayak dia ga penting. Suka maksa lagi. Mana maksanya pake rasa lagi. Apalagi kalau pas dia maksa aku lagi lihat matanya. Duh, suka ga tega. Dia punya ilmu hipnotis jangan-jangan. Makanya, kata abi harus jaga pandangan. Jangan suka nantang pandangan cowok!

Beda kalau sama kak Gilang. Dia ga pernah maksa. Tapi cara dia ngomong bikin aku yakin bahwa apa yang dia bilang itu benar. Ya seperti rapat siang ini. Sebenarnya ini cuma rapat briefing sebelum pembentukan panitia, tapi aku sangat menikmatinya. Aku berharap rapatnya lebih dari satu jam. Terus yang ngomong kak Gilang terus ( hehehe...ngarep.com). Makanya kau bilang ke Indraka si tukang maksa itu biar ga usah nunggu.

Selesai rapat, kami keluar ruangan. Jalanku agak belakangan karena masih diajak ngobrol sama kak Sarah dan kak Gilang. Tiba-tiba dianti berdiri di depanku.

"Ada apa?" tanyaku.

"Ditunggu tuh."

"Siapa?" tanyaku lagi.

"Temen ngajimu."

"Heh?"

Dan di belakang Dianti aku melihat Indraka duduk di pinggir koridor sambil memegang gitar. Kemudian dia berdiri dan membiarkan gitarnya berdiri disampingnya. Dia tersenyum padaku. Aku tidak membalasnya.

Entah kenapa, ada yang mendorongku dari belakang. Aku tidak tahu siapa dan apa maksudnya. Aku sempat berpegang pada lengan Dianti tapi keburu jatuh dan menabrak gitar Indraka. Gitarnya jatuh dan aku melihat retakan di samping kanannya. Aku menengadah, dan di depanku aku melihat Indraka dan kak Galang sedang berhadapan. Saat ini, keduanya sedang melihat ke arahku.

Indraka dan FarhanaWhere stories live. Discover now