Farhana

289 35 12
                                    


Upload yang kedua hari ini. Happy reading, guys...


Melihatnya menghapus air mata membuatku ingin menangis juga. Membayangkannya saja aku tidak pernah. Laki-laki di depanku yang selama ini aku anggap nakal dan petakilan ternyata bisa menangis. Sedihnya, hari ini dia ulang tahun. Dan tidak ada yang ingat. Aku pun tidak tahu. Sepuluh tahun kenal dia aku tidak pernah tahu kapan ulang tahunnya. Maafkan aku, Dra.

"Kamu sukanya makan apa?" tanyanya.

"Aku apa aja kok, Dra. Bakso boleh, mie ayam ayo. Mau yang sehat seperti gado-gado juga ga nolak," jawabku sambil tertawa.

Dia terperangah. Aku bingung.

"Kenapa, Dra?"

"Kamu ternyata bisa tertawa ya Na," katanya.

Aku langsung terdiam. Masa aku tidak pernah tertawa? Aku kan manusia normal. Jadi selama ini dia melihatku bagaimana ya?

"Makasih ya, Na. Kamu sudah mau aku ajak makan saja aku sudah senang. Dan hari ini kamu sudah ngasih aku hadiah terindah."

"Hadiah?"

"Iya, kamu ketawa."

Dia mengungkapkannya sambil berbinar, aku jadi salah tingkah. Ingin rasanya menyembunyikan wajahku. Tapi tidak tahu bagaimana caranya. Dilipat dan disimpan dalam tas kah?

"Udah, jangan tegang begitu. Ayo berangkat. Ke bakso pojok ya. Disana ada menu lain juga. Jadi kamu bisa milih," katanya.

Aku mengangguk dan bergegas ke motorku.

Demi Indraka, hari ini aku sudah berani berbohong pada mamak. Aku berbohong agar Indraka tidak sendirian di hari ulang tahunnya. Aku berbohong ada belajar kelompok. Iya, kelompok makan bakso.

Indraka dan FarhanaWhere stories live. Discover now