Farhana

195 25 1
                                    

Upload kedua hari ini. Semoga bisa menghapus kesalahan selama 2 bulan menghilang, hehehe... happy reading ya....


Sebenarnya canggung juga makan bareng sama Indraka. Ya sebenarnya makan sama laki-laki manapun akan terasa canggung, apalagi sama Indraka. Berdua lagi. Tapi demi ulang tahunnya, sudahlah. Semoga ada yang lihat. Kalau sampe ada yang lihat...ya sebenarnya ga apa-apa, karena memang ga ada apa-apa. Tapi nanti akan jadi trending topic di sekolah. Dan pasti bumbunya akan tambah banyak! Astaghfirullah, kenapa aku jadi suudzon begini ya.

Biar ga canggung, abis doa langsung makan. Jangan ngobrol, tambah keliatan canggungnya. Jangan diliat dia makan, konsentrasi ke areal makanan. Meski tadi dia bilang mau mencicipi mie ayamku, jangan diingatkan, cepat habiskan!

"Makannya pelan, Na. Kalo kurang boleh pesen lagi kok," kata Indraka tiba-tiba.

Aku terbatuk. Minum.

"Iya," jawabku malu.

"Enak?" tanyanya.

Aku mengangguk.

"Baksonya juga enak," tambahnya. "Aku coba mie mu ya. Kamu coba deh baksoku."

Tanpa bertanya dia menukar mangkokku dengan mangkoknya. Aku kaget setengah mati. Dia menyendok mie ku dengan lahapnya. Aku bingung harus bagaimana.

"Dicoba, Na. Enak tau. Percaya deh!"

Aku melihat mangkok yang ada didepanku. Meski suka pedas, Indraka tidak menaburi baksonya dengan bersendok-sendok sambal. Tadi dia hanya menambahkan sesendok sambal. Sepertinya dia sengaja, karena tahu aku tidak terlalu suka pedas. Akhirnya aku coba baksonya, dan memang enak. Kuahnya gurih.

"Enak kan?"

Aku mengangguk.

"Mie mu juga enak. Tapi tidak seenak baksonya. Iya kan?"

Sekali lagi aku mengangguk.

"Tapi karena sudah kamu makan, jadi enak banget mie nya," katanya dengan senyum menggoda.

Dasar, Indrek sedeng!

Entah ini kali ke berapa dia menggodaku. Aku juga menyumpahi dia dalam hati. Mana berani aku nyumpah-nyumpahi langsung di depannya. Kata abi itu ga baik. Iya bi, ga baik. Ini karena sudah nahan sekian lama. Jadinya, selama menyumpahi dalam hati aku diam, agak lama.

"Kok diam, Na?"

Aku menggeleng.

"Maaf deh, kalo aku sering bikin kamu kesal. Sekarang kamu lagi kesal sama aku?"

Adduh ini anak, kenapa bisa menebak rasaku. Terpaksa aku menggeleng. Ga mungkin aku bilang aku memang kesal.

"Terus?"

"Lagi mikir hadiah buat kamu. Kamu pengen apa?" tanyaku mengalihkan rasa.

"Hadiah? Ini sudah hadiah kamu mau nemeni aku."

"Jangan gitu, Ndra. Hadiah ya hadiah. Tapi jangan mahal-mahal ya. Aku ga punya uang," kataku.

"Udah ga usah. Gini aja aku sudah senang kok."

"Ya udah. Nanti aku pikirkan, yang ga mahal. Tapi kalo murah, kamu jangan marah ya, Ndra."

"Kamu ini apaan sih. Kamu ga ngasi hadiah aja aku seneng, apalagi kamu pikirkan, aku tambah seneng."

Hadeuh ini anak, katanya tadi ga usah. Sekarang seneng. Ternyata basa-basi itu memakan korban ya.

Indraka dan FarhanaWhere stories live. Discover now