Indraka

246 32 0
                                    


"Tumben belakangan? Kirain ga makan."

"Iya, lagi kena introgasi barusan."

"Diintrogasi siapa? Pak Slamet?"

"Pak Slamet? Iya kali aku bikin salah."

"Lah, terus?"

"Dicegat Farhana."

"Farhana? Nana?"

"Iya. Siapa lagi"

Indraka terdiam. Dia meneruskan makannya.

"Cemburu?" goda Wicak. Dia tersenyum melihat sahabatnya.

Indraka tetap diam.

"Dia nanyain kamu tadi."

Kali ini Indraka berhenti menyuapi dirinya. Sendok bakso yang dia makan tergeletak di mangkoknya.

"Kepo kan?"

"Dia beneran nanyain aku, Cak?"

"Hahaha...kalian ini memang aneh kok. Yang satu pengen ngobrol terus tapi ditolak. Jadinya cuma berani nyari-nyari cara buat modusin. Yang satu ga pengen ngobrol tapi nanyain terus. Sudahlah, kalian jadian aja biar ga bingung begini. Yang lihat itu loh, geregetan!"

"Cak, dia nanyain apa tentang aku?"

"Dia nanya, kamu sudah sholat dhuhur belum?"

"Cak, aku serius."

"Hahaha..."

Indraka menyerah. Sepertinya Wicak tidak berniat memberitahunya.

"Dia nanya harga gitar yang kamu rusak kemarin."

Indraka sudah mulai menyedok baksonya lagi ketika Wicak mengucapkan kalimat terakhir. Dia menoleh ke arah sahabatnya.

"Buat apa?"

"Mana aku tahu? Katanya cuma ingin tahu."

"Begitu saja?"

Wicak mengangguk.

Indraka dan FarhanaOnde histórias criam vida. Descubra agora