Part 48

5.4K 407 17
                                    

Happy Reading.....

Marie menatap David yang tersenyum lembut ke arahnya.

"Daddy.." sapa Marie dan David mengelus lembut pipi Marie.

"Berbahagialah..." bisik David sambil mengecup kening Marie, mereka berjalan-jalan di hamparan padang rumput yang hijau dan indah.

"Kau tak mau pulang dad?" tanya Marie yang entah kenapa mengajak ayahnya pulang. David menggelengkan kepalanya lalu tersenyum.

"Perjuangan daddy sudah selesai, lihatlah.." ucap David sambil menunjuk kepada seorang wanita bermata biru dan cantik seperti dirinya.

"Mommy?" guman Marie tak percaya.

David pun berjalan ke arahnya dan menggenggam tangan wanita itu. Mereka tersenyum ke arah Marie lalu menjauh.

"Daddy, aku ikut dad.." teriak Marie namun David dan wanita itu melangkah pergi.

"Daddy" teriak Marie sedih.

"Jangan tinggalkan aku!" isak  Marie sambil mengerjapkan matanya.

Dia melihat Andre sedang menggenggam tangannya dengan erat. Marie teringat kembali kenapa dia bisa berbaring seperti ini, Marie tak terima daddy-nya meninggalkannya begitu saja.

"Andre, daddy.." isak Marie sedih.

"Bersiaplah, kita kembali ke tempat daddy." ucap Andre dan Marie pun mengangguk pelan. Semoga ini hanyalah mimpi, daddy masih hidup dan Marie janji takkan jauh-jauh lagi dari daddy.

Namun semua hanyalah mimpi, Marie menatap rumahnya sudah di hiasi karangan bunga, Marie berjalan ke dalam rumah dan peti mayat yang tertutup.

"Kenapa di tutup?" tanya Marie.

"Daddy tewas karena mobilnya meledak." ucap Rafael membuat mata Marie kembali meneteskan air mata.

"Apa? Bisa saja ini bukan mayat daddy!" ucap Marie sambil mencoba membuka peti mayat David namun Rafael mencegahnya.

"Lepas kak!" bentak Marie tak suka.

"Biarkan daddy Marie!" ucap Rafael namun Marie memaksa, dia membuka peti itu dengan cepat dan....

Marie melihat wajah David yang setengah hancur dan tubuhnya yang tak berbentuk lagi..

"Tidaak... Daddy..." jerit Marie histeris tak terima melihat kondisi ayahnya yang mengenaskan. Rafael memeluk  Marie dengan erat.

"Ini tidak benar, ini tidak benar!!" isak Marie tak rela.

"Sayang sudahlah, kasihan bayi kita.." pinta Andre.

"Kakak..." panggil Devon membuat tubuh Marie menegang, dia melihat ke arah suara itu. Devon adalah adik  kandung sebapak yang wajahnya sangat mirip dengan David.

"Kau baru pulang?" tanya Marie yang tak suka melihat adiknya.

Devon sangat pembangkang dan dia lebih tinggal di Rusia dan menjadi mafia di sana. Devon sering bersitegang dengan daddy karena Devon lebih sadis dan tak berprikemanusiaan. Apa yang di anggapnya salah dia musnahkan dan itu yang membuat David dan Devon berselisih paham. Dari kecil watak Devon memang sangat keras, dia  berbeda dari sifat anggota keluarga lainnya.

Devon tersenyum lalu memeluk kakaknya dengan sayang.

"Kau baru datang setelah daddy pergi, kau kejam, kau tak sayang pada kami." isak Marie dan Devon mengeratkan pelukannya.

"Maaf kak.." ucap Devon lirih.

"Aku benci kau Devon!" isak Marie sambil membalas pelukan adiknya.

"Aku takkan meninggalkan kakak lagi, aku akan mengurus kepindahanku kak.." bisik Devon membuat hati Marie sedikit tenang. Setidaknya sekarang Marie bisa melihat wajah ayahnya di dalam diri Devon.

*****

Marie berjalan ke kamar Nadia, dia tahu ibunya pasti sangat terpukul dan benar saja. Nadia sedang menangis tersedu-sedu sambil memeluk foto David.

"Mommy.." sapa Marie dan Nadia langsung menatap anaknya.

"Marie.." isak Nadia dan Marie pun berlari ke arah Nadia lalu memeluknya. Saat ini hanya Nadia yang tahu bagaimana rasanya kehilangan lelaki yang di cintainya.

"Daddy mom.."

"Iya sayang, Tuhan telah mengambilnya dari kita.." isak Nadia perih. Mereka pun menangis bersama dalam keadaan saling berpelukan.  Marie menatap ke arah foto ayahnyanyang sedang tersenyum bahagia bersama Nadia.

Terkadang hidup itu terasa tak adil, kenapa orang baik selalu cepat mati...

*****

Devon menatap lurus ke arah peti mati ayahnya, Devon tahu siapa yang sudah membuat daddy-nya menemui ajal dengan cara yang mengenaskan. Devon takkan lengah dan dia tahu pria itu sudah masuk ke dalam keluarga Mahendra.

"Paman.." sapa Wira.

"Mana Mirza?"

"Kakak sedang mengurus pemakamannya..."

"Katakan padanya, dia harus lebih peka. Aku akan mengawasinya. Takkan ada lagi pertumpahan darah di keluarga kita." ucap Devon dan Wira hanya mengangguk tidak mengerti. Apa yang di bahas pamannya? Apa dia baik-baik saja?

Karena di keluarga Mahendra, Devon seperti pangeran yang terbuang. Dia benar-benar berbeda dengan anggota keluarga lainnya. Terlalu idealis dan radikal.

Devon berjalan menuju kar Nadia, dia merindukan ibunya. Pintu kamar di buka dan pria itu mendekati mom.dan kakaknya.

"Mom.." sapa Devon membuat tubuh Nadia menegang.

"Da.. David?" tanya Nadia bingung.

"Devon mom." ucap Devon lembut sambil mengecup kening ibunya.

"Ya, mom tahu, kau benar-benar mirip daddy..." isak Nadia. Ya, melihat anaknya yang satu ini membuat Nadia teringat akan masa lalunya dulu.

David yang posesif...

David yang penyayang...

David, suami sempurna yang Nadia cintai...

Tbc

No Body's Perfect (Tamat)Where stories live. Discover now