Part 16

5.5K 329 4
                                    

Richard Pov

Aku akhirnya bisa mengungkapkan yang sebenarnya kepada Marie, aku tahu dia sangat kecewa dan terluka. Tapi Jess benar, aku tak boleh menyakitinya. Apa lagi dia anak dari David Reed yang cukup berpengaruh dan merupakan saudara jauh yang saling terikat oleh status.

Aku memeluk Marie. "Apa kau mencintaiku Marie?" tanyaku dan gadis itu menggeleng. "Tidak, terlalu banyak kekecewaan yang ada di hatiku dan memang sejak awal aku merasa ragu denganmu." ucap Marie. "Maafkan aku..." ucapku tulus. "Lalu bagaimana dengan orang tua kita? Aku tak mau hidup seperti ini, menikah tanpa di landasi cinta dan.... " Marie terdiam. "Kenapa Marie?" tanyaku. "Aku malu Rich.." ucap Marie lemah.

Aku sangat mengerti dengan apa yang di maksudnya. Aku memeluknya sambil mengelus rambutku. "Kau tak jijik padaku?" tanyaku. Marie tersenyum kecut. "Tentu saja aku jijik. Ini aneh dan aku tak menyangka!" ucap Marie. "Apapun yang terjadi, aku akan bertanggung jawab. Tapi aku mohon, beri aku waktu.." ucap Rich. "Aku ingin bercerai.." ucap Marie membuatku terkejut.

Aku menghela nafas. "Tapi jangan sekarang..." pintaku. "Lalu kapan? Kita bisa bercerai secara diam-diam." ucap Marie dan aku tersenyum kecut. "Kau tak bisa menjalin hubungan dengan dua orang, kau harus memilih antara aku dan Jess. Tapi kau jangan khawatir, aku yang mundur Rich.." ucap Marie. Aku mengangguk pelan. Baiklah..." ucapku pasrah.

Mungkin ini sudah seharusnya seperti ini, aku harus menguatkan mental andai dalam waktu dekat ini, perceraian kami terbongkar dan orientasi seks-ku pun terbongkar. Aku menatap wajah Marie yang tampak terluka.

Marie Pov

Aku berjalan menuju kantorku, aku sudah meminta Richard yang menggugat cerai agar tak mencurigakan. Bagaimana pun aku menyayangi Rich, aku tak mau aibnya terbongkar dan biar aku saja yang tahu tentang prilaku menyimpangnya.

Aku tak marah atau dendam pada Rich, meski aku belum bisa menerima hal ini tapi satu yang aku pahami, bahwa cinta tak bisa di paksakan!

Aku melihat Andre sedang bercanda dengan staf wanitanya. Ya, aku juga tak dapat mempercayai Andre. Bagaimana pun aku tahu reputasi playernya dan akulah yang bodoh memasrahkan tubuhku untuk di sentuhnya. Andre melihatku, namun aku pura-pura tak melihanya. Aku sedang tak mau berbicara dengan siapapun.

Andre menarik lenganku. "Kau baru datang?" tanya Andre sambil menatap wajahku. Aku tahu wajahku masih terlihat hancur meski make up tebal menutupi kekacauanku. "Maafkan aku.." ucap Andre. "Ini bukan karena kau.." ucapku singkat. "Lalu?" tanya Andre yang tampak penasaran. "Rich sudah mengakuinya. Masalah selesai..." ucapku datar.

Andre mengernyitkan dahinya. "Selesai?" tanya Andre dan aku menariknya masuk ke dalam ruanganku agar tak ada yang menguping pembicaraan kami. "Aku akan bercerai dengan Rich.." ucapku. "Semudah itu? Apa kau tak mau memperjuangkan rumah tanggamu? Maksudku, buat Rich kembali ke jalan yang benar.." ucap Andre.

Aku tertawa sinis. "Aku tak bisa memaksakan perasaan seseorang, aku juga manusia dan aku tak mau terlibat jauh dengan ini semua." ucapku tegas. "Kau yakin akan bercerai?" tanya Andre. "Ya, aku yakin. Andre kau mengerti posisiku kan?" tanyaku dan Andre mengangguk. "Aku turut bersedih Marie.." ucap Andre.

Biarkan aku menjanda, setidaknya aku akan fokus pada perusahaan daddy. Aku sudah tak bergairah untuk menjalin hubungan dengan laki-laki. Meski Andre pernah menyentuhku, tapi itu adalah kesalah yang besar dan takkan aku ulangi lagi.

Andre menatapku lalu mengecup keningku. "Kita bisa menjadi player yang hebat, Marie.." bisik Andre membuatku sebal. "Apa maksudmu?" tanyaku ketus. "Aku menjadi play boy dan kamu play girl!" godanya. Aku mencubit perutnya. "Kau memang menyebalkan!" rutukku dan Andre hanya tertawa.

Aku menatap jam yang sudah menunjukan pukul 9 malam, sungguh hari ini aku malas pulang. Aku tak mau bertemu Richard, aku masih mencoba untuk menerima kenyataan dan berfikir bagaimana aku kedepannya?

Daddy pasti sedih jika aku bercerai dan alasan perceraian? Mungkin akubakan bilang saja diantara kami tak ada kecocokan. Aku menghela nafas lelah, aku memasuki ruang pribadiku dan merebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Ruangan ini jarang aku huni, aku memakainya jika aku merasa lelah ingin tidur siang atau sedang sakit.

Aku mengusap spreinya, merasakan kehampaan yang mulai melandaku.

Drrrt..drrrt..

Ponselku bergetar, dengan malas aku mengambilnya di tasku. Andre menelepon? Untuk apa?

Aku membiarkannya dan sebuah pesan masuk.

Andre
Marie, kau dimana?

Aku mengabaikannya.

Andre
Aku mengkhawatirkanmu Marie...

Aku menatap pesan terakhir Andre dengan mata berkaca-kaca. Andre begitu perhatian, namun aku tak mau hatiku lemah dan malah jatuh cinta kepadanya. Andre memang pria tampan dan baik. Dia selalu baik pada semua orang bahkan wanita. Apa aku rela berbagi Andre dengan wanita lain? Apa aku takkan terluka jika Andre dekat dengan orang lain?

Aku menghela nafas lalu mematikan ponselku. Aku harus kuatkan hatiku, tak ada cinta di hatiku dan Andre, aku tahu siapa dia dan aku tak mau terluka. Sudah cukup!!

Aku menelan beberapa butir obat aspirin, entah berapa butir yang pasti aku ingin segera tertidur dan melupakan masalahki sejenak....

Tbc

No Body's Perfect (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang