Part 44

4.5K 340 9
                                    

Happy Reading.....


Richard Pov

Tak biasanya Jess memintaku membawanya keluar teras untuk menikmati sunrise.

"Anginnya besar Jess.. " ucapku namun dia tetap memaksa dengan tatapan memohonnya. Akhirnya aku pun menyetujuinya, aku mengalaskan lantai dengan selimut tebal dan bantal agar Jess merasa nyaman.

"Aku ingin duduk di pelukanmu.." ucap Jess dan aku pun menyandarkan kepalanya di dadaku. Burung camar tampak berterbangan ke arah pantai.

"Mereka tampak seperti keluarga.." ucap Jess sambil menatap nanar ke arah burung itu pergi.

"Ya, yang besar itu kau, dan aku yang satunya lagi.." ucapku.

"Dan yang di belakang itu anak-anak kita.." candaku dan Jess tertawa senang.

"Lalu yang di sebelah sana siapa?" tanya Jess.

"Emh... Mereka Dad, mom, Marie, Andre...." Aku menggantungkan ucapanku, aku baru sadar jika apa yang aku ucapkan adalah keluargaku semua.

Selama aku mengenal Jess aku tak tahu siapa keluarganya kecuali sekretarisku itu.

"Lalu?" tanya Jess.

"Mereka keluargamu, juga keluarga kita." ucapku dan Jess menatapku.

"Terima kasih.." ucapnya lalu mengecup tanganku dengan bibirnya yang lembut.

"Lihat ada burung lagi.." ucapku.

"Sepertinya mereka tetangga kita!" candaku membuat Jess tertawa.

Hening di antara kami.

"Aku mencintaimu Rich.." bisik Jess membuat air mataku mengalir.

"Aku tidak mencintaimu!" dustaku ddngan nada bergetar dan Jess hanya tersenyum tipis.

Aku tak suka sesuatu yang sentimentil, entahlah ucapannya seperti perpisahan dan aku tak mau!

"Kau bisa merasakan perasaanku padamu!" ucapku lagi.

"Cium aku kalau begitu!" perintah Jess membuatku tersenyum geli.

"Kau ingin merasakan ciumanku?" godaku dan dia mengangguk.

Aku mengusap pipinya, mendongkakkan wajahnya agar dengan mudah aku cium.

"Kau bisa merasakan jika ciumanku tak ada cintanya sama sekali!" candaku lalu menciumnya dengan lembut dan penuh gairah. Jess berguman namun aku terus menciumnya dengan dalam.

Aku melepaskan pagutanku dan Jess tersenyum.

"Tak ada cinta!" ucapnya geli dan aku terkekeh. Namun entahlah, tawa ini terasa hambar, terasa menakutkan. Karena rasa takutku akan kehilangan Jess semakin besar. Aku takut....

"Sekali lagi!" bisik Jess sambil menatapku, air mataku menetes membasahi wajah Jess.

"Jangan menangis..." ucap Jess lemah. Aku tersenyum.

"Kau harus bahagia.." ucap Jess lagi.

Aku mengangguk lalu memajukan wajahku dan menciumnya dengan lembut. Aku bisa merasakan hembusan nafas terakhirnya di wajahku.

"Jess..." panggilku namun dia tak menjawab, tangannya terkulai lemas.

"Jess bagaimana dengan anak kita?"

"Kita akan memiliki anak bukan? Jadi kau harus bertahan, kau harus kuat. Kita akan menjadi daddy buat anak-anak kita. Jess..." isakku sambil memeluk tubuh tak bernyawa Jess..

"Rich.." sapa dad membuat tubuhku menegang, apa aku bermimpi? Aku melihat ke arah pria yang sedang bersiri di hadapanku.

"Daddy?" gumanku namun Dad dan kakek tak mampu berkata apapun.

"Jess sudah pergi dad..." isakku pilu, aku seperti anak kecil yang mengadu pada ayahnya jika mainannya rusak. namun dad diam membisu.

Kakek menjauh, dia menelepon seseorang lalu pergi entah kemana.

Aku memeluk Jess dengan erat tu uh Jess yang mulai mendingin.

"Menghangatlah.. Menggangatlah, aku mohon jangan tinggalkan aku Jess.." isakku sambil menggoyangkan tubuh Jess.

Aku berharap Tuhan akan berbaik hati menghidupkan Jess untukku. Aku bersumpah jika Jess hidup aku akan pergi ke gereja sesering mungkin. Aku akan menjsdi umatnya yang paling taat.

"Rich, sudahlah. Dia sudah pergi." ucap dad dengan nada bergetar.

"Dia akan kembali dad.. Akan kembali.." isakku mencoba meyakinkan hatiku yang ternyata aku sendiri tak meyakininya.

Jess memang sudah tak ada.

Ambulan datang dan memeriksa Jess, dokter itu menggelengkan kepala segera membawa jenazah Jess.

"Jangan ambil dia dariku.." gumanku namun aku sendiri tak sanggup melerainya dan Dad memelukku dengan erat.

"Maafkan Daddy.." isak Dad perih.

Kami terdiam sejenak, aku bisa merasakan penyesalan dad dan rasa bersalahnya. Disini memang aku yang salah bukan dad. Dad sudah mendidikku dengan sangat benar dan akulah yang sudah mengecewakannya.

"Dadd..." isakku sambil membalas pelukan Dad dengan erat.

"Aku ingin pulang, aku lelah dad.." isakku.

Ya, aku ingin pulang, aku membutuhkan keluargaku setelah sekian lama aku meninggalkan kehidupanku demi cintaku kepada Jess. Aku tak memungkiri kebahagiaanku dengan Jess begitu pun dengan semua yang terjadi.

Aku sudah lelah bertarung melawan dunia, aku sudah lelah berjuang mempertahankan apa yang ingin aku dapat dan hasilnya ternyata hanyalah perpisahan.

Mungkin ini memang kutukan, cinta terlarang yang tak di terima oleh siapa pun dan tak ada yang pernah merestui hubungan ini hingga akhirnya perpisahanlah yang aku dapat.

Jess... Aku mencintaimu, biarlah raga kita terpisah tapi jiwa kita tetap satu. Aku mencintaimu untuk selamanya.....



Tbc

No Body's Perfect (Tamat)Where stories live. Discover now