part 37

40.9K 1.3K 20
                                    

🌺🐞Happy Reading🐞🌺

Suara seperti gumahan berhasil masuk kegendang telingan seorang mama yang setiap hari menangisi anaknya yang berbaring manis dikasur rumah sakit.

"Aya. Kamu udah bangun." Ucap Iren sambil menitihkan air matanya sedangkan Yanti disampingnya juga menitihkan air matanya melihat sang cucu kesayangannya.

Seminggu ini bahkan Yanti tak henti-hentinya menangisi sang cucu dipelukan sang suami Marco melihat sang cucu yang tengah dibantu alat-alat medis membuat hatinya teriris.

"Ren pencet tombol itu ren." Iren yang mendengar lalu mengangguk dan segera memencet tombol merah didekat brankar itu. Dan bebapa menit seorang suster dan dokter datang memeriksa Aya yang mulai membuka matanya.

"Ma." Gumah Aya samar-samar.

"Iya sayang mama disini." Ucap Iren menggenggam tangan Aya lalu melihat dokter yang selesai memeriksa Aya lalu tersenyum pada Iren.

"Puji syukur pasien mulai membaik dan untung saja kecelakan itu tidak membuat pasien amnesia atau apapun." Yanti maupun Iren yang mendengar tersenyum senang melihat putri kecil mereka membaik. Dan tak lama dokter keluar lalu disusul Marco dan Marcus masuk melihat wanita kesayangan mereka tersenyum senang itu membuat hati mereka lega.

"Ada apa aku tadi melihat dokter keluar dari sini?" Tanya Marco.

"Gak papa pi keadaan cucu kita mulai membaik." Yanti dengan senyum merekah dikedua sudut bibirnya.

"Alhammdulilah." Sahut Marcus lalu mendekat ke kedua perempuan berbeda usia itu didekat brankar.

"Pa anak kita." Isak Iren memeluk Marcus, Marcus lalu mengusap punggung istrinya.

"Oya mami sebaiknya pulang dirumah ada Al. Pi bawa mami pulang mami pasti butuh istirahat sejak siang sudah menemani Iren. Makasih mi." Ucap Marcus.

"Kamu ngusir mami, mami mau disini nunggu cucu mami."

"Mi bener apa yang dibilang Marcus mi sebaiknya kita pulang mami pasti butuh istirahat mami kan sudah sejak tadi." Ucap Marco yang mau tak mau harus dituruti lalu Yanti mengangguk lemah dan keluar dari sana.

Sejak dinyatakan membaik saat itu semua keluarga Marco memanjatkan puji syukurnya dan berdoa semoga hal ini tidak terjadi lagi pada keluarga mereka. Dan seperti saat ini sudah 6 hari setelah pernyataan itu Aya semakin membaik dan membaik.

"Ma kapan Aya pulangnya? Gak betah tauk." Ucap Aya merajuk bukannya semua keluarga luluh malah mereka tertawa melihat itu. Melihat Aya yang saat ini masih berbaring diatas brankar rumah sakit dengan rengekannya.

"Ma."

"Aya dengerin mama ya ini demi kamu." Sedang Aya mendengar ucapan Iren hanya mengerucutkan bibirnya.

ayolah Aya ini sudah sembuh bukankah 7 hari sakit plus 6 hari menginat yang menurut Aya membosankan sudah cukup. Pikirnya.

Huaa Aya gak suka disini...

"Kak Al." Sekarang Aya yang merajuka pada Al sukses mendapat gelengan kepala.

"No Aya yang ada nanti kamu gangguin kakak kalo dirumah." Aya sukses melotot dengan perkataan kakaknya.

"Sayang kamu gak pengen ngerengek ke papa?" Yang sukses mendapat gelengan Aya lalu berkata, "yang ada belum sempet ngerengek udah ditolak duluan." Seru Aya yang sukses membuat yang lain tertawa.

"Yaudah mau tidur, jangan ganggu." Aya lalu berbalik memunggungi mereka membuat yang lain geleng-geleng.

"Yaudah papa pamit ya mama sayang." Membuat Aya yang memunggungi mereka membatin, "dasar papa papa alay."

"Papa mau kemana?"

"Papa mau balik dulu kekantor." Ucap Marcus lalu melihat jam tanggannya yang diangguki Iren lalu keluar yang diikuti Al.

"Al juga ma?"

"Yaudah hati-hati ya kalian."

"Kita juga pergi dulu ya kak kita mau ke Surabaya saat ini." Pamit Rara diikuti suaminya dan anak terkecilnya yanh diangguki lagi Iren mengucapkan hal yang sama seperti tadi.

"Papi sama mami juga!" Iren yang melihat Marco dan Yanti berdiri diangguki kedua.

Dan sekarang tinggallah Iren dan Aya.

"Ma Aya kapan sih pulangnya?" Aya membalikkan diri ke Iren.

"Sabar sayang. Oya kepala kamu masih sakit gak." Iren lalu mengelus puncak kepala Aya.

"Masih ma kadang-kadang."

"Ma Aya udah gak betah nih disini."

Iren yang mendengar itu lalu tersenyum, "yaudah mama mau keluar cari dokter kamu nanti mama tanyain tapi mama suruh suster nemenin kamu. Mama kawatir kalo temen kamu yang kabur itu dateng kesini terus nyelakain kamu."

"Ih mama kebanyakan liat sinetron nih. Aya gak papa ma tenang aja."

Dengan berat hati Iren meninggalkan Aya sendiri walau kadang hatinya merasa was was meninggalkan anaknya.

Iren keluar, seseorang dengan kacamata hitam dengan jaket kulit yang melapisinya masuk dengan bebasnya keruangan Aya yang sejak ditinggal Iren Aya memilih memejamkan matanya.

"Ok gue emang gak berhasil nyelakain lo dalam balap itu, tapi akan jadi sekarang." Batin orang itu memandang Aya lalu mengambil bantal yang ada disofa ruang itu dan menuju kearah Aya dan..

Emmmmm

"Rasain lo Aya. Rasain gue benci sama lo, gue benci karena Raka lebih suka sama lo, gue benci karena lo lebih beruntung dari gue, gue benci lo Aya." Ucap Kanaya sambil membekap wajah Aya dengan bantal hingga seseorang masuk dan menarik Kanaya kasar hingga berbalik menghadap orang yang masuk itu.

"Kanaya."

"Atarik." Ucap mereka bersamaan.

Seketika Kanaya yang melihat itu menjatuhkan bantal itu. Sedangkan orang yang masuk yah Atarik lalu melihat kearah Aya yang kehilangan banyak nafas.

"Aya bangun." Ucap Atarik menggoyangkan bahu Aya supaya tidak menutup matanya sedangkann Kanaya yang bingung karena ketahua langsung saja lari dari sana namun seperti Tuhan tidak pernah berpihak pada niatnya hingga diambang pintu dia dihadang oleh seorang dokter dan Iren.

Atarik yang menyadari orang datang langsung saja berbalik dan berkata, "tolong tangkap dia, dia mau bunuh Aya." Seketika dokter dan Iren yang mendengar itu langsung mencekal Kanaya atau lebih tepatnya dokterlah yang menangkapnya. Dan Iren segera menghampiri Aya yang masih kehilangan banyak nafas.

"Suster tolong pegangin dia." Ucap dokter itu pada dua suster yang baru lewat disana.

"Tolong minggir biar saya tangani."

"Dok tolong anak saya." Ucap Iren sambil terisak sedang Atarik mundur dari sana dan segera menelefon entah siapa.

Dan tiba datanglah tiga orang keruangan itu dengan pakaian khas polisinya dan hal itu langsung disergap Atarik.

"Pak tangkap dia, dia mau melakukan pembunuhan. Tunjuknya pada Kanaya yang sudah melotot dan mencoba melepaskan diri dari dua suster itu namun naas sebelum lolos Kanaya lebih dulu ditangkap polisi itu dan dibawa keluar ruangan.

"Lepasin." Seru Kanaya yang masih didengar Atarik didalam ruangan.

Iren yang melihat Atarik memandang pintu itu lalu menghampirinya, "makasih ya kamu udah menyelamatkan anak tante." Atarik yang mendengar itu lalu melihat Iren dan tersenyum.

"Ini bukan apa-apa tante." Atarik lalu melihat kearah Aya yang sepertinya mulai tenang setelah dokter memberikan alat bantu pernafasan agar lebih mudah.

Dan sekarang disinilah para keluarga Marco diruangan Aya yang tengah tidur dengar lelap setelah kejadian tadi siang dan Atarik dia sudah pulang setelah semua keluarga Aya yang datang kesana. Marcus dan Al yang tiba-tiba dikabari tentang itu pun langsung kembali kerumah sakit setelah tiba dari kantor. Begitupun Yanti dan Marco yang juga langsung pergi dari urusannya setelah mendapat berita itu. Dan semua keluarga mereka menucapkan banyak terima kasih kepada Atarik yang datang menyelamatkan Aya.








The end...

The Nerd Badgirl ✔Where stories live. Discover now